Liputan6.com, Jakarta - Hubungan bonding antara ibu dan anak sangat penting dalam membangun fondasi mental dan emosional anak, terutama di periode emas mereka. Kedekatan antara ibu dan anak bagaikan fondasi kokoh yang menopang tumbuh kembangnya seorang anak.
Kedekatan dan kelekatan ini menghadirkan rasa aman, nyaman, dan dicintai, menjadi bekal penting bagi anak untuk menjelajahi dunia. Namun, ketika ikatan ini rapuh, dampak negatif pun siap mengintai, meninggalkan luka emosional yang berpotensi bertahan lama.
Advertisement
Kurangnya bonding dengan anak selama periode ini dapat menimbulkan berbagai dampak negatif yang signifikan bagi perkembangan anak di masa depan.
Anak yang tidak memiliki kelekatan dengan, bagaikan terombang-ambing tanpa nahkoda. Ketidakmampuan mereka untuk menceritakan kehidupannya kepada orang tua, menjadi bukti nyata renggangnya hubungan ini.
"Ketika anak kok dikasih tau susah, ketika dinasihati kok ngelawan terus, nah ini nol sampai 2 tahunnya kita koreksi. Apa yang terjadi ketika nol sampai 2 tahun masa bonding itu? Apakah kelekatan itu betul-betul terbentuk antara ibu dan anak?," kata psikolog dan konselor, Lieke Puspasari dalam diskusi media pada Senin, 2 April 2024.
Kurangnya kelekatan dapat berdampak serius, seperti kesulitan menerima arahan dan masalah emosional di masa depan. "Ini merupakan alarm bahwa bonding tidak terjalin dengan baik. Luka emosional ini, jika tidak segera disembuhkan, dapat bertransformasi menjadi stres dan depresi di masa depan," ujarnya.
Kedekatan Anak dengan Ibu Lebih Penting
Lieke menekankan bahwa attachment antara ibu dan anak lebih penting dibandingkan dengan anggota keluarga lainnya. "Usia nol sampai 2 tahun itu anak butuh attachment. Ketika anak sering ditinggal dan lebih banyak dengan pengasuh, pasti pada suatu hari dia akan mencari pengasuh bukan ibunya," kata Lieke.
Kelekatan anak usia nol hingga dua tahun akan terbangun dengan orang yang biasa dia dengar, sentuh, dan lihat. Bonding dilakukan agar anak memiliki kelekatan dengan orang tuanya.
"Apabila bonding dilakukan dengan optimal, akan terbentuk hubungan kelekatan dan rasa aman pada sang anak," kata Lieke.
Jika bonding dilakukan dengan baik, anak akan merasa aman dan terikat pada orang tuanya. Ini dapat berdampak pada hubungan anak dengan ibunya hingga dewasa.
Jika anak dekat dengan ibunya dan mendengarkan nasihatnya, kelekatan pada masa 0-2 tahun dapat dikatakan berhasil.
Advertisement
Faktor yang Mempengaruhi Proses Bonding dengan Anak
Dilansir dari situs Kementerian Kesehatan RI, terdapat faktor internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi proses bonding itu sendiri. Faktor-faktor ini dapat memproyeksikan apakah bonding yang dibangun benar-benar menuju pada secure attachment.
Faktor Internal
- Pola asuh yang diterapkan oleh ibu: Pola asuh yang responsif dan penuh kasih sayang dapat membantu membangun bonding yang kuat.
- Kebudayaan yang diinternalisasikan dalam diri: Budaya yang menekankan pentingnya keluarga dan hubungan dekat dapat membantu ibu membangun bonding dengan bayinya.
- Nilai-nilai kehidupan yang ditanamkan: Nilai-nilai seperti kasih sayang, empati, dan kesabaran dapat membantu ibu dalam membangun bonding dengan bayinya.
- Hubungan ibu dengan sekitar: Dukungan dari keluarga dan teman dapat membantu ibu dalam membangun bonding dengan bayinya
- Riwayat kehamilan sebelumnya: Pengalaman kehamilan yang positif dapat membantu ibu membangun bonding dengan bayinya.
Faktor Eksternal
- Keinginan menjadi orangtua yang telah diimpikan: Ibu yang memiliki keinginan kuat untuk menjadi orangtua lebih mudah membangun bonding dengan bayinya.
- Sikap dan perilaku anggota keluarga lain: Dukungan dan kerjasama dari anggota keluarga lain dapat membantu ibu membangun bonding dengan bayinya.