Liputan6.com, Jakarta - Gerhana matahari total diprediksi terjadi pada 8 April 2024. Fenomena ini akan terlihat di sebagian Meksiko, Amerika Serikat, dan Kanada.
Gerhana matahari total ini akan memberi para ilmuwan kesempatan unik untuk mempelajari matahari, bumi, dan interaksi keduanya. Dikutip dari laman resmi NASA pada Jumat (05/04/2024), para ilmuwan NASA akan mengerjakan beberapa proyek sains interdisipliner untuk gerhana 2024 ini.
Hal ini dilakukan untuk memanfaatkan peluang kesempatan ini dengan maksimal. Proyek yang dipimpin oleh para peneliti di berbagai institusi akademis, akan mempelajari matahari dan pengaruhnya terhadap bumi.
Berbagai instrumen akan digunakan, termasuk kamera di pesawat penelitian ketinggian, radio ham, dan banyak lagi. Dua dari proyek tersebut juga mendorong partisipasi ilmuwan warga atau citizen scientists.
Baca Juga
Advertisement
Berikut eksperimen NASA yang akan dilakukan saat gerhana matahari total 8 April 2024 nanti.
1. Memotret Gambar Gerhana
NASA menggunakan salah satu teknologi canggih yakni pesawat penelitian high-altitude WB-57. Eksperimen ini akan menangkap gambar gerhana dari ketinggian 50.000 kaki di atas permukaan bumi.
Dengan mengambil gambar-gambar gerhana di atas sebagian besar atmosfer bumi, tim peneliti berharap bisa melihat detail baru dari struktur di tengah dan bawah corona. Pengamatan tersebut juga dapat membantu mempelajari cincin debu di sekitar matahari.
Para ilmuwan NASA juga akan mencari asteroid yang mungkin mengorbit di dekat Matahari. Eksperimen yang dipimpin oleh Amir Caspi di Southwest Research Institute di Boulder.
Eksperimen ini merupakan lanjutan dari eksperimennya yang sukses pada 2017 dengan rangkaian kamera baru.
Eksperimen Spektroskopi Korona
2. Eksperimen Spektroskopi Korona
Eksperimen NASA yang akan dilakukan saat gerhana matahari total 8 April 2024 selanjutnya adalah spektroskopi korona. Pesawan penelitian WB-57 milik NASA juga akan menerbangkan kamera dan spektrometer (alat untuk meneliti komposisi cahaya). I
Hal ini dilakukan untuk mempelajari lebih lanjut tentang suhu dan komposisi kimia dari corona dan semburan besar material matahari. Dengan menerbangkan alat tersebut di sepanjang jalur gerhana, para ilmuwan berharap dapat memperpanjang waktu mereka berada di bayangan bulan lebih dari dua menit.
Tim peneliti berharap pengamatan ini akan memberikan wawasan baru tentang struktur di korona dan sumber aliran partikel konstan yang dipancarkan matahari. Tim eksperimen ini dipimpin oleh Shadia Habbal dari Universitas Hawaii.
3. Mendengarkan Gerhana Matahari
Di atas atmosfer Bumi, energi dari matahari melepaskan elektron dari atom. Hal ini menjadikan wilayah tersebut bermuatan listrik, atau "terionisasi".
Wilayah ini, ionosfer, dapat membantu komunikasi radio menempuh jarak yang jauh, seperti yang terjadi pada operator radio amatir di seluruh dunia. Namun, ketika bulan menghalangi matahari selama gerhana matahari, ionosfer dapat berubah secara dramatis sehingga mempengaruhi komunikasi tersebut.
Nathaniel Frissell dari Universitas Scranton mengundang operator radio ham untuk berpartisipasi dalam Pesta QSO Gerhana Matahari. Dalam eksperimen ini, mereka akan mencoba melakukan kontak radio sebanyak mungkin (QSO) dengan operator lain di lokasi berbeda.
Operator radio akan mencatat seberapa kuat sinyal mereka dan seberapa jauh mereka mengamati ionosfer berubah selama gerhana. Eksperimen serupa di masa lalu telah menunjukkan bahwa perubahan kandungan elektron ionosfer akibat gerhana matahari berdampak signifikan terhadap perjalanan gelombang radio.
Advertisement
Pengaruh Radiasi Matahari
4. Pengaruh Radiasi Matahari
Bagian paling gelap dari bayangan gerhana 2024 akan dilengkapi dengan radar Super Dual Auroral Radar Network atau SuperDARN. Super Dual Auroral Radar Network akan memantau kondisi cuaca luar angkasa di lapisan atas atmosfer Bumi.
Hal ini memberikan kesempatan unik untuk mempelajari dampak radiasi matahari pada lapisan atas atmosfer Bumi selama gerhana. Eksperimen yang dipimpin oleh Bharat Kunduri, dari Virginia Polytechnic Institute & State University, akan menggunakan tiga radar SuperDARN untuk mempelajari ionosfer selama gerhana.
Tim Kunduri akan membandingkan pengukuran tersebut dengan prediksi dari model komputer untuk menjawab pertanyaan tentang bagaimana ionosfer bereaksi terhadap gerhana matahari.
5. Mengamati Titik Panas Matahari
Ilmuwan Jet Propulsion Laboratory NASA, Thangasamy Velusamy, pendidik di Lewis Center for Education Research di California Selatan, akan mengamati hot spot matahari saat gerhana nanti. Daerah tersebut merupakan area di permukaan matahari yang memiliki aktivitas magnetik yang tinggi.
Daerah ini juga seringkali terlihat sebagai bintik gelap pada gambar matahari. Daerah aktif matahari terbentuk ketika medan magnetik matahari teregang dan membelok, menciptakan area yang lebih dingin dan lebih gelap di permukaan Matahari.
Bintik matahari ini sebenarnya lebih dingin daripada bagian lain permukaan Matahari. Tetapi masih memiliki suhu yang sangat tinggi, sekitar 3.500 hingga 4.500 derajat Celsius.
Bulan akan melintasi Matahari secara bertahap dan menutupi wilayah aktif yang berbeda pada waktu yang berbeda. Hal ini memungkinkan para ilmuwan membedakan sinyal cahaya yang datang dari satu bagian dengan bagian lainnya.
Tim peneliti akan menggunakan Teleskop Radio Goldstone Apple Valley (GAVRT) sepanjang 34 meter. Alat ini akan mengukur perubahan halus pada emisi radio dari daerah aktif selama gerhana cincin pada 2023 dan gerhana total pada 2024.
(Tifani)