Liputan6.com, Jakarta - Malam Lailatul Qadar menjadi dambaan umat Islam. Makanya, pada 10 hari terakhir Ramadhan mereka berlomba-lomba meraih malam mulia dengan meningkatkan amal dan ibadah yang pahalanya setara dengan 1.000 bulan.
Ulama meyakini, berdasar nash Al-Qur'an dan hadis, malam Lailatul Qadar terjadi pada di antara 10 malam terakhir, terutama malam ganjil. Ada yang berusaha mengkhatam Al-Qur'an, sholat sunnah sebanyak-banyaknya, amal sedekah digencarkan dan lain-lain.
Baca Juga
Advertisement
Namun begitu, menurut Gus Baha, cara mendapatkan Lailatul Qadar tak mesti harus seheboh itu. Ada cara sederhana yang diyakininya juga akan tetap memperoleh Lailatul Qadar. Lantas, apa itu?
Penjelasan Gus Baha mengenai cara sederhana mendapatkan malam Lailatul Qadar ini menjadi artikel terpopuler di kanal Islami Liputan6.com, Jumat (5/4/2024).
Artikel kedua yang tak kalah menyita perhatian adalah cara Gus Baha apabila mendapat penghinaan.
Sementara, artikel ketiga yaitu hukum sholat kafarat pada Jumat terakhir Ramadhan, menurut Buya Yahya dan Ustadz Abdul Somad (UAS).
Selengkapnya, mari simak Top 3 Islami.
Simak Video Pilihan Ini:
1. Cara Mendapat Lailatul Qadar ala Gus Baha, Bukan yang Banyak Sholatnya tapi Begini
Pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan, tiap muslim berburu kebaikan. Sebab, Allah SWT menganugerahkan satu malam yang istimewa yakni, malam Lailatul Qadar.
Sebuah malam yang jika diisi dengan ibadah keutamaannya lebih daripada seribu bulan.
Malam Lailatul Qadar begitu agung. Tidak heran kalau banyak muslim yang memburunya, sebagaimana telah dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Bukan hanya menganjurkan, Nabi SAW juga telah mencontohkan.
Lailatul Qadar adalah malam diturunkannya Al-Qur’an pertama kali ke langit dunia atau Baitul Izzah. Setelah itu, Al-Qur’an diturunkan secara berangsur kepada Nabi Muhammad SAW.
Lailatul Qadar adalah malam yang penuh dengan keberkahan. Allah SWT berfirman dalam QS Ad-Dukhan ayat 3, yang artinya, “Sesungguhnya kami turunkan Al-Qur’an itu pada malam yang penuh berkah (malam Lailatul Qadar)”.
Semua orang berlomba untuk meraih malam Lailatul Qadar. Namun bagi ulama asal Rembang Jawa Tengah, KH Ahmad Bahauddin Nursalim, Gus Baha, lailatul qadar seolah-olah tidak perlu disikapi secara berlebihan, cukup dengan mudah dan sederhana.
Advertisement
2. Gus Baha: Jika Dihina Orang lain Diam Saja, Kalau Perlu Bayar Sekalian si Penghina
Sebenarnya wajar jika seseorang merasa sakit hati ketika dihina oleh orang lain. Penghinaan atau perlakuan buruk dari orang lain dapat menimbulkan rasa malu, kesedihan, marah, atau bahkan depresi.
Ini karena penghinaan seringkali menyerang harga diri seseorang dan mengganggu kesejahteraan emosionalnya.
Tapi ternyata ada jawaban unik dari Gus Baha ketika dirinya atau seseorang mendapat dihina oleh orang lain.
Sebagai manusia, memiliki perasaan dan emosi adalah hal yang alami, dan merasa sakit hati dalam situasi seperti ini adalah reaksi yang lumrah.
"Dinyek wong iku ibadah, sing ngenyek kui kersane Allah. Kersane Allah iku mesti apik," kata Gus baha dalam sebuah pengajian yang diupload ulang di Youtube channel Khovil_Ipm031.
Hal ini setidaknya berati, baha dihina orang itu termasuk ibadah. Orang yang menghina itu kemauan Allah SWT, dan kemauan Allah itu pasti baik.
3. Hukum Sholat Kafarat di Jumat Terakhir Ramadhan, Penjelasan Buya Yahya dan UAS
Seorang jemaah Al Bahjah menanyakan hukum sholat kafarat atau sholat al-bara’ah yang dilakukan pada Jumat terakhir Ramadhan kepada ulama kharismatik KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya. Jemaah tersebut mengutip sebuah hadis nabi yang menyebutkan bahwa sholat kafarat bisa mengganti sholat yang ditinggalkan hingga ratusan tahun.
Menurut hadis yang ditanyakan jemaah tersebut, sholat kafarat tidak hanya bisa mengganti sholat yang ditinggalkan oleh diri sendiri, tapi juga bisa mengganti sholat yang ditinggalkan oleh orang tua, anak, kerabat, dan orang-orang terdekat.
Ia pun bertanya, apakah benar ada sholat kafarat di Jumat terakhir Ramadhan yang bisa mengganti sholat ratusan tahun yang ditinggalkan?
Sebelum menjawab bagaimana penjelasan hukumnya, Buya Yahya mengatakan bahwa terlepas benar atau tidaknya sholat kafarat dilakukan dengan macam-macam model. Ada yang dilakukan dengan empat rakaat sekali salam, 17 rakaat seperti sholat fardhu lima waktu, dan sholat dengan dua kali salam.
“Kalau sholat kafarat dengan satu tasyahud, satu salaman dengan baca ini-ini (surah tertentu setiap rakaatnya), para ulama menjelaskan bahwasanya ini hadis tidak ada, tidak dibenarkan,” kata Buya Yahya dikutip dari YouTube Al Bahjah TV, Kamis (4/4/2024).
Advertisement