Pertama dalam 2 Tahun, Pejabat Pertahanan AS dan China Bertemu

China memutus kontak militer-ke-militer-nya dengan AS pada tahun 2022, menyusul kunjungan Nancy Pelosi ke Taiwan saat itu.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 06 Apr 2024, 13:10 WIB
Bendera AS dan China berkibar berdampingan (AP/Andy Wong)

Liputan6.com, Washington, DC - Pertama kalinya dalam hampir dua tahun, para pejabat pertahanan Amerika Serikat (AS) dan China bertemu minggu ini untuk membahas insiden kapal dan pesawat yang tidak aman dan agresif antara militer kedua negara di kawasan Pasifik.

Tatap muka ini memulai kembali dialog yang tiba-tiba diakhiri oleh China karena perselisihan yang melibatkan Taiwan.

Pertemuan, yang diadakan pada hari Rabu (3/4/2024) dan Kamis (4/4) di Hawaii, terjadi saat kedua negara berupaya memperluas komunikasi dan meredakan ketegangan yang meningkat.

Kontak militer-ke-militer terhenti pada Agustus 2022, ketika China menangguhkan semua komunikasi pasca kunjungan ketua DPR AS saat itu, Nancy Pelosi, ke Taiwan, pulau yang memiliki pemerintahan mandiri, namun diklaim China sebagai miliknya. Demikian seperti dilansir AP, Sabtu (6/4).

Mencairnya hubungan kedua negara dimulai pada November lalu ketika Presiden Joe Biden dan Presiden Xi Jinping bertemu di sela-sela KTT Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik di San Francisco. Sekitar sebulan kemudian, ketua Kepala Staf Gabungan Jenderal CQ Brown berbicara dengan mitranya dari China melalui panggilan video – yang merupakan kontak senior militer-ke-militer pertama sejak kunjungan Pelosi.

Pembicaraan tingkat tinggi lainnya terus berlanjut, termasuk pembicaraan telepon awal pekan ini antara Biden dan Xi Jinping, dan kunjungan Menteri Keuangan Janet Yellen ke China yang dimulai pada hari Kamis.

Kebangkitan diskusi para pemimpin senior militer mencakup peluncuran kembali keterlibatan rutin, termasuk China-U.S. Military Maritime Consultative Agreement di Hawaii dan Pembicaraan Koordinasi Kebijakan Pertahanan bilateral, yang diadakan awal tahun ini.

Adapun pertemuan maritim di Hawaii fokus pada insiden tidak aman dan tidak profesional yang melibatkan militer AS dan China. Ini pertama kalinya sejak tahun 2019 pertemuan diadakan secara langsung,

Di tengah masa pandemi COVID-19 pada tahun 2021, pertemuan dilakukan secara virtual.

Menurut para pejabat, pertemuan pekan ini dihadiri sekitar 18 pejabat senior militer dan sipil dari masing-masing pihak. Delegasi AS dan China masing-masing mengemukakan beberapa insiden spesifik selama beberapa tahun terakhir yang mereka yakini menimbulkan kekhawatiran keselamatan operasional dan kelompok tersebut mendiskusikannya.

"Komunikasi yang terbuka, langsung, dan jelas dengan PLA – dan dengan semua kekuatan militer lainnya di kawasan – sangat penting untuk menghindari kecelakaan dan miskomunikasi," kata kepala delegasi AS, Kolonel Angkatan Darat Ian Francis.


Kritik China Tidak Kendur

Presiden AS Joe Biden berfoto dengan Presiden China Xi Jinping sebelum pertemuan di sela-sela KTT G20 di Nusa Dua, di Bali, Senin (14/11/2022). Joe Biden dan Xi Jinping bersama dengan kepala negara yang hadir di G20 akan membahas kondisi global mulai dari isu ekonomi, politik hingga kesehatan dunia. (AP/Alex Brandon)

Dua pejabat AS mengatakan mereka telah melihat penurunan jumlah insiden tidak aman yang dilakukan oleh pesawat dan kapal militer China selama beberapa bulan terakhir. Mereka mengatakan pertemuan di Hawaii adalah cara untuk memastikan bahwa tren ini terus berlanjut dan keamanan keseluruhan di wilayah tersebut meningkat bagi pasukan yang beroperasi di sana. Para pejabat berbicara dengan syarat anonim karena pertemuan tersebut bersifat pribadi.

AS secara konsisten memandang komunikasi militer dengan China sebagai hal yang penting untuk menghindari kesalahan langkah di antara angkatan bersenjata kedua negara dan demi menjaga perdamaian Indo-Pasifik.

Pelosi menjadi anggota parlemen AS dengan jabatan tertinggi yang mengunjungi Taiwan sejak tahun 1997, setelah ketua DPR saat itu, Newt Gingrich. Kunjungannya memicu peningkatan manuver militer oleh China, di mana China mengirimkan kapal perang dan pesawat melintasi garis tengah Selat Taiwan, mengklaim bahwa batas de facto tidak ada, menembakkan rudal ke wilayah Taiwan, dan menantang norma-norma yang sudah ada dengan menembakkan rudal ke zona ekonomi eksklusif Jepang.

Sementara itu, pada saat bersamaan, Kementerian Pertahanan China mengkritik AS atas apa yang mereka sebut sebagai campur tangan di Taiwan dan Laut China Selatan dan menegaskan bahwa penjualan senjata AS ke Taiwan membuat situasi menjadi lebih berbahaya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya