Liputan6.com, Jakarta - Sekaliber ahli tafsir KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha ternyata tidak tahu bagaimana cara mengelola nyawa agar tidak keluar dari tubuh kita.
"Ketika saya masih hidup saya ndak tahu bagaimana cara kelola nyawa saya kenapa kok nggak pergi. Kamu tahu cara kelola nyawa biar gak mati kan?" kata Gus Baha seperti unggahan pada akun TikTok @Amri Nbf.
"Tahu-tahu masih hidup, tahu-tahu nduwe utang, macem macem lah," katanya.
Ia menambahkan, sebenarnya saat masih hidup kita tidak tahu bagaimana cara kelola nyawa kita. Cara kerja jantung, cara kerja paru. Sampai pada saat mati pun kita jelas tidak tahu bagaimana cara hidup.
"Tapi anehnya kita sudah di tanah bisa hidup lagi ya? Memangnya kita hidup saat ini karena kita? Tahu-tahu ya hidup, ditakdir anake wong mlarat, pesek, elek. Orang lain ditakdir anak kiai, gus, mulyo," sebut Gus Baha.
Baca Juga
Advertisement
Simak Video Pilihan Ini:
Gus Baha Yakin akan Baik-baik Saja di Akhirat
Selain itu, kita juga tidak bisa memilih siapa bapak kita. "Ngerti-ngerti anakke Karmin, anakke Karlan, sudah nggak tahu," sebutnya.
"Artinya gini ya, sudah ya Allah ketika saya hidup ya, nggak tahu kenapa saya pasti Engkau yang menghidupkan, ketika saya mati juga nggak tahu kenapa saya mati, pasti engkau yang menghidupkan dan mematikan," ujarnya.
Dia juga meyakini, dirinya akan baik-baik saja di akhirat. "Ketika di dunia, tuhannya Engkau, di akhirat tuhannya juga Engkau. Dan sifat Engkau tetap Arhamur Rahimin," sebutnya.
Ia mengisahkan, adanya hal tersebut para wali kalau mau wafat santai saja.
Menurut Gus Baha, ulama-ulama dulu kalau ada keluarga menangis karena ada yang meninggal akan marah besar. Sebab, sebenarnya semua orang akan mati.
"Memangnya mau kemana kamu nangisin saya. kamu kan mau mati. Kalu mau mati ya kembali lagi ke Allah. Susahnya apa di duniaya milik Allah, di akhirat milik Allah," ujarnya.
Advertisement
Gus Baha Tidak Pernah Takut Mati, Karena Ini
Oleh sebab itu, Gus Baha mengaku selama ini tidak takut mati. "Saya itu tidak pernah takut mati, meskipun saya masih muda," ujarnya.
Menurutnya yang aneh itu orang-orang, sudah melarat, tapi takut mati. "Yang aneh itu sampeyan, sudah mlarat takut mati, apa mungkin karena tahu nanti di akherat tambah miskin, iya kan?," ujar murid Mbah Maimoen Zubair ini.
Ia meminta orang-orang untuk menstatuskan diri 'biadillah'. "Jangan sampai salah status kehidupan adalah momen untuk mencari kesejahteraan, mencari karir. Kamu mensifati kehidupan secara salah. Sehingga terjebak mencari karir, mencari karir, mencari kaya," ungkapnya.
Ia meminta masyarakat yang sudah terjebak itu menggunakan mewnggunakan madzhabnya sufi yaitu, kehidupan adalah pemberian dari Allah, untuk kembali kepada Allah. Kematian juga seperti itu.
"Akhirnya, ya santai saja. Istri juga gitu, saya tidak sombong, saya mulai nikah sampai saat ini tidak pernah tukaran sama istri," ujarnya.
Sampai-sampai istrinya bilang jika istrinya sedang ngamuk minta dilawan. Supaya istrinya punya musuh.
"Saya cuma bilang gini, Allah itu maha baik sama saya. ketika harmonis ganjaran saya ya lewat harmonis itu, sehingga saya ngasih uang menyenanghan Anda (istri). Ketika Anda marah, ganjaran saya lewat sabar. Ya sudah itu semuanya baik," tandsasnya.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda Cingebul