Liputan6.com, Jakarta - Pemudik disarankan istirahat setiap dua hingga tiga jam sekali selama 15-20 menit dssy melakukan perjalanan mudik Lebaran. Ahli gizi dari Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) dr Atmarita MPH mengatakan, hal itu untuk menghindari kondisi sttatis tubuh.
"Secara umum biasanya mengambil istirahat setiap 2-3 jam, waktu istirahat bisa 15-20 menit supaya tidak terjadi kondisi statis tubuh,” kata Atmarita, dilansir Antara.
Advertisement
Kondisi statis tubuh bisa terjadi karena posisi seseorang yang tidak berubah dalam waktu cukup lama sehingga mengakibatkan tubuh bisa menjadi kaku.
Istirahat yang cukup saat melakukan perjalanan mudik juga diperlukan untuk mencegah kelelahan fisik yang bsia berakibat kurangnya konsentrasi hingga kecelakaan.
“Prinsipnya istirahat cukup, kalau lelah kemungkinan konsentrasi berkurang, dan bisa terjadi kecelakaan,” ujar pakar kesehatan masyarakat dan epidemiolog itu melalui keterangannya.
Selain istirahat, pemudik juga diimbau untuk selalu mematuhi protokol kesehatan untuk mencegah kemungkinan tertular penyakit selama perjalanan mudik. Mulai dari selalu membiasakan mencuci tangan hingga menggunakan masker saat berada di tempat umum.
Dengan memperhatikan protokol kesehatan bagi diri sendiri, penyakit bisa dicegah selama perjalanan.
Atmarita juga mengatakan masyarakat tidak perlu khawatir terhadap isu penyakit menular yang sedang merebak di masyarakat seperti Flu Singapura selama pemerintah belum memberlakukan status peringatan terhadap penyakit tersebut.
Antisipasi Penyakit Menular dengan Kiat Pencegahan Saat Pandemi
Menurutnya, pencegahan seperti yang pernah dilakukan saat pandemi COVID-19 dapat dilakukan kembali sebagai benteng pertahanan dari segala macam penyakit yang mungkin ada karena pergerakan penduduk saat mudik.
“Kalau sudah 3-4 kali vaksin waktu COVID dulu nggak perlu lagi (vaksin), tapi pemerintah belum ada peringatan, kalau mau dikaitkan dengan mudik lebaran bisa saja jadi pandemi karena pergerakan penduduk, tapi dapat dicegah dengan cara-cara yang sudah pernah dilakukan pada waktu COVID,” begitu penjelasan Atmarita.
Advertisement