Liputan6.com, Jakarta Banyak cerita mengenai pengalaman spiritual saat menunaikan ibadah di Tanah Suci, termasuk yang baru-baru ini disampaikan Tantowi Yahya. Mantan Duta Besar RI untuk Selandia Baru ini, mengungkap peristiwa yang terjadi satu dekade lampau saat menjadi bintang tamu podcast Merry Riana yang dipublikasikan baru-baru ini di YouTube.
Awalnya, ia ditanya mengenai pengalaman spiritual yang pernah ia alami, di luar nalar manusia. Kala itu, tahun 2013, ia melaksanakan umrah dan hendak berdoa di Taman Raudhah.
Advertisement
“Taman ini diperebutkan orang, bayangin ratusan ribu ngantri untuk masuk ke tempat yang sejengkal itu. Karena itu tempat paling mustajab berdoa,” tuturnya.
Kakak Helmy Yahya ini kemudian ikut masuk dalam antrian yang begitu panjang tersebut. Namun begitu tiba waktunya masuk, pikirannya berubah.
“Begitu sampai ke depan pagar itu, terus saya mau melangkah, saya urungkan, saya batalkan niat saya,” pria 63 tahun tersebut menerangkan. Rupanya, begitu sampai di tempat itu pikirannya menjadi blank.
“Saya enggak tahu mesti berdoa apa,” kata dia.
Tantowi Yahya mengungkap bahwa kala itu ia merasa lebih baik orang-orang di belakangnya yang masuk ke Raudhah dan memanjatkan doa mereka. Namun saat hendak mundur dari antrian, satu tempat di tempat itu kosong, sehingga ia akhirnya memutuskan untuk masuk dan duduk.
Ganteng, Harum, Berbahasa Palembang
Di dalam Raudhah, rasa bingung kembali menghampirinya.
“Begitu saya duduk, saya bengong lagi. ‘Ah udah ah, saya keluar.’ Karena saya memikirkan antrian yang begitu panjang itu. Labih bagus I give up this space for them kan, yang lebih perlu,” tuturnya.
Begitu ia berpikir seperti ini, ada tangan di samping kanan yang memegangnya. “Ganteng, orang Arab, harum, berbahasa Palembang,” ia mendeskripsikan sosok yang ditemuinya di Raudhah.
Advertisement
Doa-Doa di Raudhah
Sosok tersebut menyapanya dengan bahasa Palembang, “’Nak ke mano? Pak Tantowi, mau ke mana?’”
Tantowi yang heran bertanya kepada sosok ini, apa ia orang Palembang, dan dibenarkan oleh pria tersebut. Tantowi juga menjelaskan kepadanya, bahwa ia hendak keluar karena tak tahu mesti berdoa apa di Raudhah.
“Dari sakunya ia keluarkan sebuah buku, saya ingat banget bukunya berwarna silver. Judul bukanya Doa-Doa di Raudhah. You know what, semua doa itu dalam bahasa Indonesia, karena saya enggak bisa baca Arab,” jelas Tantowi.
Bukunya Lenyap
Sosok tersebut kemudian menghadiahkan buku ini untuk Tantowi. “Selama saya di Mekkah dan Madinah, buku itu ada,” kata Tantowi. Ia juga ingat betul alamat pondok pesantren di Palembang yang menerbitkan buku ini.
Begitu ia pulang ke Jakarta, buku itu lenyap. Ia pun meminta kakaknya, untuk mengecek keberadaan pondok pesantren ini di Palembang, untuk berterima kasih. Laporan sang kakak mengejutkannya, karena tak ada pesantren di alamat yang dituju.
“MasyaAllah, siapa orang itu. Itulah kebesaran Tuhan. Ia kirim malaikat,” kata Tantowi Yahya. Ia melanjutkan, “InsyaAllah dalam hidup saya, saya pernah ketemu malaikat.”
Advertisement