Liputan6.com, Tel Aviv - Penentang PM Israel Benjamin Netanyahu mengatakan 100.000 orang telah berunjuk rasa menentang pemerintah dan menuntut kesepakatan soal sandera di Gaza.
Unjuk rasa di Tel Aviv dan kota-kota lain terjadi setelah Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menemukan jenazah sandera Elad Katzir.
Advertisement
Para pengunjuk rasa meneriakkan elections now (pemilu sekarang), dan "Elad, kami minta maaf", media lokal melaporkan seperti dikutip dari BBC, Minggu (7/4/2024).
Belakangan, polisi membubarkan paksa massa di Tel Aviv.
Adapun para pengunjuk rasa anti-pemerintah bergabung dengan keluarga sandera yang ditahan di Gaza. Para pengunjuk rasa mengungkapkan rasa frustrasi mereka terhadap ketidakmampuan pemerintah membebaskan sekitar 130 sandera yang masih berada di Gaza, yang ditahan oleh Hamas dan sekutunya.
Sebelumnya pada hari Sabtu (6/4) Israeli Defense Forces (IDF) menemukan jenazah Elad Katzir, yang ditangkap dan dibawa ke Gaza selama serangan Hamas di Israel selatan pada 7 Oktober 2023. Dia terlihat hidup dalam video penyanderaan yang dirilis pada Januari 2024.
"Elad Katzir berhasil bertahan hidup selama tiga bulan di penyanderaan. Dia seharusnya bersama kita hari ini. Dia bisa saja bersama kita hari ini," kata pengunjuk rasa Noam Peri kepada wartawan BBC.
Penyelenggara aksi mengatakan para pengunjuk rasa telah melakukan unjuk rasa di sekitar 50 lokasi di seluruh Israel. Ini adalah yang terbaru dari serangkaian protes besar-besaran anti-pemerintah yang menuntut Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mundur, di tengah kemarahan karena ia gagal membebaskan sandera yang tersisa.
Sementara itu, sebuah mobil dilaporkan menabrak kerumunan orang saat protes di Tel Aviv, melukai lima orang. Penyebab insiden itu tidak jelas.
Perundingan Gencatan Senjata di Kairo, Mesir
Pada hari Minggu 6 April 2024 – tepat enam bulan sejak serangan Hamas memicu perang di Gaza – para perunding berencana bertemu di Kairo untuk mencoba mencapai gencatan senjata dalam perang brutal tersebut.
Menurut beberapa laporan media, Direktur CIA Bill Burns dan Perdana Menteri Qatar Mohammed bin Abdulrahman Al Thani akan bergabung dengan perunding dari Mesir, Israel dan Hamas.
Advertisement
Pihak Berwenang Israel Disalahkan Atas Kematian Sandera Elad Katzir
Adik perempuan Elad Katzir, Carmit Palty Katzir, menyalahkan pihak berwenang Israel atas kematian saudara laki-lakinya dalam sebuah postingan di media sosial, dan mengatakan bahwa dia akan kembali hidup jika mereka menyetujui perjanjian gencatan senjata baru.
"Kepemimpinan kami pengecut dan didorong oleh pertimbangan politik, itulah sebabnya kesepakatan ini belum terjadi," tulisnya di Facebook.
Lebih dari 33.000 orang telah terbunuh selama serangan Israel di Gaza sejak saat itu, kata kementerian kesehatan yang dikelola Hamas – banyak dari mereka adalah wanita dan anak-anak.
Menurut hitungan Israel, 253 warga Israel dan orang asing diculik selama serangan Hamas.
Sekitar 129 sandera masih belum ditemukan setelah diculik - setidaknya 34 di antaranya diperkirakan tewas. 12 jasad telah ditemukan oleh IDF.
Israel memberikan angka resmi yang sedikit lebih tinggi karena mencakup empat orang yang disandera pada tahun 2014 dan 2015. Dua di antaranya diyakini telah tewas.
Sekjen PBB ke Israel: Kami Ingin Tahu Penyebab Kematian 196 Pekerja Kemanusiaan
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (Sekjen PBB) Antonio Guterres pada Jumat (5/4/2024) menyerukan dilakukannya penyelidikan independen atas kematian 196 pekerja bantuan di Jalur Gaza selama perang Hamas Vs Israel sejak 7 Oktober 2023. Dia berharap Israel dapat segera dan efektif meningkatkan akses terhadap bantuan.
Kemarahan dunia terhadap situasi kemanusiaan di wilayah pendudukan Palestina yang dihuni oleh 2,3 juta orang semakin meningkat setelah tiga serangan udara Israel pada Senin mengakibatkan tujuh pekerja World Central Kitchen (WCK) tewas. WCK adalah badan amal pangan yang berbasis di Amerika Serikat (AS).
Militer Israel pada Jumat menyatakan penyelidikan mereka atas serangan terhadap konvoi bantuan itu mengungkap adanya kesalahan serius dan pelanggaran prosedur.
"Pemerintah Israel telah mengakui kesalahannya," kata Guterres seperti dilansir VOA Indonesia, Sabtu (6/4). "Namun, masalah inti bukanlah siapa yang membuat kesalahan, tetapi strategi militer dan prosedur yang ada yang memungkinkan kesalahan-kesalahan tersebut berkali-kali terulang."
"Memperbaiki kegagalan tersebut membutuhkan penyelidikan independen serta perubahan yang signifikan dan dapat diukur di lapangan," ujar Guterres, tanpa menyebutkan secara spesifik siapa yang harus melakukan penyelidikan tersebut.
"Sebanyak 196 pekerja kemanusiaan tewas terbunuh dan kami ingin mengetahui penyebab pasti dari setiap kematian mereka."
Dewan Keamanan PBB yang beranggotakan 15 orang bertemu pada Jumat untuk membahas kelaparan yang mengancam Jalur Gaza dan serangan terhadap pekerja bantuan.
"Jika kami berada di wilayah Gaza Utara, kami sebagai kelompok yang terdiri dari 15 orang akan mengalami kelaparan," kata Duta Besar Slovenia untuk PBB Samuel Zbogar. "Sepuluh dari kami akan menjalani hari dan malam tanpa makanan. Dan setengah dari kami sangat bergantung pada bantuan kemanusiaan."
Advertisement