Gus Baha: Ini Makanan Paling Enak Sedunia

Mau tahu makanan paling enak sedunia? Jawabannya ada di sini menurut Gus Baha

oleh Liputan6.com diperbarui 10 Apr 2024, 05:30 WIB
KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha. (TikTok)

Liputan6.com, Jakarta - Ulama Nahdlatul Ulama (NU) asal Rembang Jawa Tengah, KH Ahmad Bahauddin Nursalim, atau Gus Baha membeberkan ada makanan paling enak sedunia.

Penasaran apa makanan paling enak sedunia menurut Gus Baha? Ternyata bukanlah makanan mahal, bukan pula makanan western atau yang ada di resto mahal, dengan toping-toping dan penyajian tertentu.

"Cara makan enak gimana? Jawabannya lucu, ya gampang idamuhu alju," kata Gus Baha seperti dikutip dalam video pendek di Youtube channel AlGhifari27.

Gus Baha menjelaskan, 'idam' itu lauk. "Kalau kamu ingin makan lauknya paling enak apa? Alju kamu harus lapar banget," jelasnya.

Ia menganalogikan, jika saat puasa lauk dengan tempe itu sudah luar biasa enaknya, bahkan jika hanya dikombinasikan dengan air putih sekalipun.

 

Simak Video Pilihan Ini:


Lauk dan Makanan Terbaik Menurut Gus Baha

ilustrasi makanan. (Sumber Foto: Archana's Kitchen)

"Sampeyan kalau puasa itu melihat tempe luar biasa, tapi kalau kamu enggak puasa air putih itu enggak menantang. Tapi kalau puasa tempe dan air putih itu menarik dan Anda tetap lahab," jelas ulama ahli tafsir Al-Qur'an ini.

Menurut Gus Baha karena lauk terbaik adalah alju yaitu lapar.

Sementara mengutip lampung.nu.or.id, salah satu hikmah disyariatkan puasa adalah kita merasakan lapar dan haus yang sama dengan saudara kita seluruh umat manusia di dunia, baik orang kaya maupun fakir miskin. Saat berbuka puasa, kita akan merasa bahagia ketika berbuka bertemu makanan dan minuman.

Meski hanya sekedar gorengan dan air putih pun dapat menjadikan kita bahagia. Sebuah kebahagian yang sangat sederhana, yakni tercipta dari kelaparan.

Seorang ulama pernah ditanya, apa makan yang paling enak. Dijawab Idamuhu alju’, sangat lapar. Karena ketika engkau lapar, maka makan dan minum apa saja menjadi nikmat. Bahkan makanan yang biasa saja menjadi menantang.

Manusia sendiri sehebat apapun ia, kebutuhan primernya yang pertama adalah makan, baru yang lainnya. Dengan berpuasa kita merasa lapar, serta menghormati makanan dan minuman dengan begitu syukur.


Inilah Hikmah Puasa

ilustrasi makanan (Sumber: taste.com.au)

Ketika kita berpuasa, melihat makanan yang biasa kita sepelekan setiap hari menjadi spesial semua saat berbuka. Bahkan seteguk air dan sesuap nasi saja menjadi nikmat sekali. Kita sering menghormati makanan itu tahunya setelah kita lapar. Dengan berpuasa sebenarnya kita dilatih bersyukur kepada Allah. Kita turut merasakan betapa sakitnya orang-orang miskin dan kelaparan yang setiap hari kadang tidak menjumpai makanan di rumahnya.

Kadang sekedar ketemu makanan sudah seneng sekali. Maka dengan berpuasa kita juga ikut merasakan perasaan mereka. Dan sebaik-baiknya manusia yang tinggal di masyarakat, bukan karena banyaknya harta, tingginya pangkat sosial, dan dalamnya keilmuan seseorang, melainkan sikap sosial kepada tetangganya dan masyarakatnya. Ia akan tahu jika tetangganya kelaparan, ia akan membagi makanan, jika tetangganya sakit, ia akan memberikan bantuan.

Nabi Yusuf pernah berpuasa ketika ia menjadi Pejabat Menteri Perekonomian di negara Mesir kala itu. Beliau berkata, "Karena aku khawatir apabila aku kenyang, nanti aku akan melupakan perut fakir miskin".

Imam Izzuddin bin Abdissalam al-Sulami sering memberikan makan kepada orang yang lapar. Seperti yang termaktub di dalam kitabnya Maqashid al-Shaum, hal 16, ia berkata "Sesungguhnya orang berpuasa, ketika ia merasakan lapar, ia mengingat rasa lapar itu. Hal itulah yang memberikan dorongan kepadanya untuk memberikan makan kepada orang yang lapar".

Dari pemaparan di atas, hikmah dari rasa lapar ketika berpuasa memiliki dampak positif bagi mental dan spiritual kita, sehingga kita akan lebih peka terhadap fenomena sosial yang ada di masyarakat, dan mendekatkan diri kita kepada Allah SWT. Itulah hikmah dari rasa lapar ketika berpuasa.Semoga kita selalu dijadikan oleh Allah swt sebagai hamba yang selalu bersyukur dan qanaah atas segala yang ditakdirkan oleh-Nya kepada kita semua. Amin ya Rabbal Alamin.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda Cingebul

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya