14 April 2016: Gempa M 6,2 Guncang Jepang 20 Detik, 9 Warga Tewas dan 800 Orang Terluka

Wilayah barat daya Jepang berguncang hebat pada Kamis 14 April 2016. Gempa magnitudo 6,2 melanda negara dengan wilayah berisiko gempa tinggi ini telah dilaporkan setidaknya menewaskan sembilan orang.

oleh Najma Ramadhanya diperbarui 14 Apr 2024, 06:16 WIB
Gempa Jepang 2016 (Koji Ueda/AP)

Liputan6.com, Kumamoto - Tanah berguncang hebat di Pulau Kyushu, wilayah barat daya Jepang pada Kamis 14 April 2016, tepat delapan tahun lalu.

Menurut kantor manajemen bencana Prefektur Kumamoto, setidaknya terdapat sembilan orang tewas ketika gempa bumi mengguncang malam hari itu.

Seperti dikutip dari CNN, Minggu (14/4/2024), tim pencari diketahui bergegas untuk menggali reruntuhan mencari orang-orang yang terjebak di bawah bangunan yang runtuh akibat gempa bumi bermagnitudo 6,2 di dekat Ueki. Demikian dilaporkan oleh Survei Geologi Amerika Serikat (US Geological Survey/USGS). Puluhan gempa susulan yang lebih kecil kemudian juga dilaporkan terjadi.

"Tanah berguncang selama sekitar 20 detik sebelum gempa berkekuatan magnitudo 6,2 berhenti," jelas saksi Lim Ting Jie.

Dua orang meninggal ditemukan di Mashiki, demikian disampaikan oleh kantor Preferektur Kumamoto. Salah satunya tewas karena tertimbun reruntuhan rumah, sedangkan yang lainnya meninggal dalam kebakaran yang dipicu oleh gempa.

Jurnalis Mike Fern mengatakan kepada CNN bahwa puluhan bangunan telah runtuh atau terbakar, sementara guncangan gempa tersebut menyebabkan tanah longsor, jalan yang rusak, dan bahkan menyebabkan satu kasus di mana kereta peluru tergelincir.

Hampir 800 orang terluka, 50 di antaranya dalam kondisi parah. Kantor preferektur mengatakan 44.449 orang telah berhasil dievakuasi.

Perdana Menteri Jepang saat itu, Shinzo Abe memberitahu parlemen awal Jumat (15/4/2016) bahwa ia telah menggerakkan 3.000 anggota Pasukan Bela Diri Jepang, polisi, dan layanan pemadam kebakaran untuk bergabung dalam upaya penyelamatan semalaman.

Ia mengatakan pemerintah "berlomba melawan waktu dan akan menyediakan lebih banyak personel jika diperlukan."


Gempa Susulan

Ilustrasi Gempa Bumi (Liputan6.com/Sangaji)

Direktur divisi gempa bumi Badan Meteorologi Jepang, Gen Aoki, memperingatkan bahwa gempa susulan lebih lanjut bisa terjadi dalam seminggu ke depan.

"Ini merupakan gempa bumi yang akan bergetar untuk waktu yang lama," lapor ahli meteorologi CNN Chad Myers.

Itu menandakan kemungkinan banyak lagi bangunan yang akan kembali runtuh.

"Gedung-gedung yang rusak akibat guncangan asli sekarang telah rusak kembali atau terguncang kembali," kata Myers. "Dan tiba-tiba Anda melihat gedung yang retak, dan gedung tersebut rubuh kembali dengan guncangan kedua."

Robert Geller, seorang ahli seismologi di Universitas Tokyo, mengatakan bahwa gempa ini meningkatkan kemungkinan letusan Gunung Aso, gunung berapi aktif terbesar di Jepang pada masa itu, meskipun belum ada laporan aktivitas tambahan, menurut Badan Meteorologi.

Sekitar 750.000 orang dilaporkan merasakan "getaran keras hingga sangat parah," ungkap Myers.

"Getaran terkuat terjadi tepat di tempat di mana sebagian besar orang tinggal di daerah tersebut," tambah Myers.


Tak Menimbulkan Tsunami Besar

Gempa Jepang 2016 (Yusuke Ogata/AP)

Meskipun magnitudonya mungkin tidak terlihat esktrem, kedalaman dangkal gempa yang hanya mencapai 10 meter, sangat signifikan.

"Ketika Anda memiliki gempa bumi dangkal, seperti kasus ini, Anda memiliki potensi untuk kerusakan lebih besar karena gerakannya dekat dengan permukaan," kata John Bellini dari Survei Geologi AS.

Selain menghancurkan 19 rumah, gempa ini juga melontarkan barang-barang dari rak toko dan memenuhi jalanan dengan puing-puing.

Namun, terdapat kabar baik. Gempa tersebut terjadi di bawah permukaan tanah, bukan di lautan, sehingga tidak menimbulkan tsunami besar.

Regulator setempat juga bergerak untuk meredakan kekhawatiran seputar pembangkit listrik tenaga nuklir di negara itu, dengan fasilitas satu-satunya yang pada saat itu beroperasi, tidak terpengaruh oleh gempa tersebut. 

Selain itu, pembangkit listrik Genkai yang terletak di Kyushu juga melaporkan tidak ada masalah setelah gempa tersebut.


Negara dengan Risiko Gempa yang Tinggi

Gempa besar di Jepang. (Kyodo News via AP)

Sebagai negara dengan daerah berisiko tinggi, Jepang yang terletak di sepanjang jalur yang dikenal sebagai Ring of Fire atau Cincin Api Pasifik, bukanlah negara yang asing dengan gempa bumi.

Gempa bumi terbesar yang tercatat pernah mengguncang Jepang terjadi pada 11 Maret 2011, ketika gempa berkekuatan 9,0 skala richter terpusat 372 kilometer di timur laut Tokyo menghancurkan negara tersebut.

Gempa tersebut akhirnya memicu tsunami besar yang menelan seluruh komunitas di bagian timur Jepang. Hal tersebut menyebabkan bencana melelehnya reaktor nuklir di pembangkit listrik Fukushima Daiichi.

Bencana tersebut menewaskan sekitar 22.000 orang, hampir 20.000 karena gempa dan tsunami awal, dan sisanya karena kondisi kesehatan yang berhubungan dengan bencana tersebut.

Jie, salah satu saksi dan juga penyintas, mengatakan bahwa gempa bumi yang terjadi pada Kamis (14/4/2016) telah membuatnya lebih menghargai hidup.

"Pengalaman tersebut telah membantu saya untuk lebih menyayangi anggota keluarga dan kerabat saya, dan tidak menganggap enteng apa yang saya miliki dan orang-orang yang mendukung saya."

Infografis Rentetan Gempa di Cincin Api Pasifik. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya