Liputan6.com, New York - Sejumlah data ekonomi seperti inflasi dan musim laporan keuangan kuartal pertama 2024 akan menyambut investor pekan ini.
Mengutip Yahoo Finance, Selasa (9/4/2024), laporan data tenaga kerja yang kuat tidak dapat menyelamatkan saham dari koreksi mingguan. Hal ini didorong lonjakan harga minyak karena ketegangan di Timur Tengah dan kekhawatiran mengenai potensi penurunan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) telah meredam kinerja yang baik pada awal 2024.
Advertisement
Pada pekan lalu di wall street, indeks Dow Jones turun hampir 2,3 persen dan memimpin koreksi. Hal ini menunjukkan kinerja mingguan terburuk dalam setahun. Sementara itu, indeks S&P 500 dan Nasdaq merosot 0,8 persen.
Pada pekan ini, pembacaan baru mengenai inflasi dan musim laporan keuangan kuartal I akan bayangi pasar saham.
Di sisi korporasi, JPMorgan, Wells Fargo, BlackRock, dan Citi akan melaporkan kinerja laba bersama dengan Delta Air Lines.
Berita ekonomi lainnya yakni risalah pertemuan the Federal Reserve pada Maret dan pembaruan sentimen konsumen.
Selama sepekan, pasar akan hadapi informasi terkini mengenai inflasi dengan dirilisnya Indeks Harga Konsumen pada Maret 2024 pada Rabu pekan ini. Setelah sejumlah pihak mencatat dampak musiman dapat menyebabkan pembacaan inflasi yang kaku pada awal tahun, ekonom akan cermati apakah inflasi kembali ke tren penurunannya pada Maret.
Wall street prediksi kenaikan tahunan untuk consumer price index (CPI) utama yang mencakup harga pangan dan energi sebesar 3,5 persen, naik signifikan dari 3,2 persen pada Februari. Sedangkan secara bulan ke bulan naik 0,4 persen, sejalan dengan kenaikan Februari.
Untuk inflasi yang tidak mencakup harga pangan dan energi, inflasi diprediksi naik 3,7 persen dari tahun ke tahun, melambat dari kenaikan 3,8 persen yang terlihat pada Februari. Kenaikan inflasi inti bulanan diprediksi 0,3 persen, lebih lambat dibandingkan kenaikan 0,4 persen yang terjadi pada Januari dan Februari.
Laporan Keuangan Perusahaan
“Laporan CPI pada Maret akan menjadi indikasi utama apakah kenaikan inflasi pada awal 2024 merupakan fungsi dari kebisingan pada awal tahun atau apakah perjalanan inflasi sesuai target The Federal Reserve. Kami yakin ini akan menunjukkan petunjuk mengenai kedua dinamika yang terjadi,” ujar Ekonom Senior Wells Fargo, Sarah House.
Selain inflasi, sejumlah perusahaan akan melaporkan kinerja keuangan pada kuartal I 2024. Wall street prediksi kuartal pertama akan menentukan tahun pertumbuhan untuk laba yang kuat di antara perusahaan S&P 500. Konsensus perkirakan pertumbuhan kuartal I untuk perusahaan S&P 500 sebesar 3,2 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Selama setahun, wall street melihat laba perusahaan di S&P 500 tumbuh 10,9 persen.
Adapun Rabu pekan ini, Delta akan merilis laporan keuangan dan sebagai pembuka bagi investor sebelum lembaga keuangan terbesar di AS. JPMorgan akan merilis kinerja keuangan kuartal I 2024 pada Jumat, 12 April 2024.
Advertisement
Pasar Saham AS Disebut Berada di Posisi Berbahaya, Ada Apa?
Sebelumnya diberitakan, CEO Smead Capital Management, Cole Smead mengatakan pasar saham Amerika Serikat (AS) berada dalam posisi yang sangat berbahaya karena tingginya angka lapangan kerja dan pertumbuhan upah.
Menurut Smead ini menunjukkan kenaikan suku bunga the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS tidak memberikan dampak yang diinginkan. Nonfarm payrolls tumbuh sebesar 353.000 pada Januari, data baru menunjukkan minggu lalu, jauh melampaui perkiraan Dow Jones sebesar 185.000.
Sementara pendapatan rata-rata per jam meningkat 0,6% pada basis bulanan, dua kali lipat perkiraan konsensus. Pengangguran tetap stabil pada level terendah dalam sejarah yaitu 3,7%.
Angka tersebut muncul setelah Ketua The Fed, Jerome Powell mengatakan bank sentral kemungkinan tidak akan menurunkan suku bunga pada Maret, seperti yang telah diantisipasi oleh beberapa pelaku pasar.
Smead, yang sejauh ini telah memperkirakan dengan tepat ketahanan konsumen Amerika Serikat dalam menghadapi kebijakan moneter yang lebih ketat.
Smead menuturkan, risiko sebenarnya selama ini adalah seberapa kuat perekonomian meskipun terjadi kenaikan suku bunga sebesar 500 basis poin. Satu basis poin sama dengan 0,01%
"Kami tahu The Fed telah menaikkan suku bunganya, kami tahu hal itu menyebabkan bank bangkrut pada musim semi lalu dan kami tahu hal itu merusak pasar,” kata Smead, dikutip dari CNBC, Selasa (6/2/2024).
Inflasi telah melambat secara signifikan dari puncak era pandemi pada Juni 2022 sebesar 9,1%, namun indeks harga konsumen AS meningkat sebesar 0,3% bulan ke bulan pada Desember sehingga menjadikan tingkat inflasi tahunan menjadi 3,4%, juga di atas perkiraan konsensus dan lebih tinggi dari perkiraan The Fed 2 % sasaran.
Penurunan Suku Bunga Kurang Mendesak
Beberapa ahli strategi menunjukkan keuntungan dari data terbaru berarti upaya The Fed untuk merekayasa “soft landing” bagi perekonomian mulai membuahkan hasil, dan resesi tampaknya tidak akan terjadi lagi, sehingga dapat membatasi pertumbuhan ekonomi. Namun, sisi buruknya bagi pasar yang lebih luas.
Direktur pelaksana di Charles Schwab UK. Richard Flynn pada Jumat mencatat hingga saat ini, laporan pekerjaan yang kuat akan menimbulkan peringatan di pasar.
“Dan walaupun suku bunga yang lebih rendah pasti akan disambut baik, menjadi semakin jelas bahwa pasar dan perekonomian mampu mengatasi dengan baik kondisi suku bunga yang tinggi, sehingga investor mungkin merasa bahwa kebutuhan akan pelonggaran kebijakan moneter tidak terlalu mendesak,” ujarnya dalam sebuah catatan.
Hal serupa juga disampaikan oleh Daniel Casali, kepala strategi investasi di Evelyn Partners, yang mengatakan intinya adalah investor menjadi sedikit lebih nyaman bank sentral dapat menyeimbangkan pertumbuhan dan inflasi.
Advertisement