Liputan6.com, Jakarta - Hari Raya Idul Fitri merupakan momen penuh kebahagiaan dan suka cita. Hari itu menjadi perayaan penting bagi umat IsIam di seluruh dunia.
Beragam kegiatan sudah dirancang untuk dirayakan bersama keluarga hingga kerabat terdekat. Selain itu, aneka makanan dan minuman juga turut disajikan untuk merayakan hari besar ini.
Terlepas dari itu, ada banyak tradisi maupun adat istiadat yang unik dilakukan oleh umat muslim dunia. Misalnya tradisi membuat ketupat di Indonesia sebagai makanan khas lebaran.
Baca Juga
Advertisement
Bahkan salah satu tradisi yang tidak pernah ketinggalan hingga saat ini yaitu pemberian tunjangan hari raya (THR) kepada orang yang lebih muda. Tak hanya itu, THR juga bisa didapatkan bagi para pekerja.
Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan (Permenaker) Nomor 6 Tahun 2016 tentang THR Keagamaan bagi Pekerja/Buruh di Perusahaan.
Lantas bagaimana sejarah THR ini muncul di kalangan umat Islam? Simak uraian selengkapanya merangkum dari laman dream.co.id.
Saksikan Video Pilihan ini:
Awal Mula Tradisi Pemberian THR
Tradisi memberikan THR kepada orang yang lebih muda, sudah ada sejak abad pertengahan ketika Khalifah Fatimiyah biasa membagikan uang, permen atapun pakaian kepada warganya pada hari pertama Idul Fitri.
Karena hal itu, pada akhir periode Ottoman, istilah ini berkembang menjadi uang tunai yang diberikan kepada anak-anak oleh orang tua dan kerabat mereka yang lebih tua.
Meskipun kebiasaan ini tidak bersifat universal, namun kebiasaan ini menonjol di banyak budaya Muslim di seluruh dunia.
Banyak juga keluarga yang memanfaatkannya sebagai “hadiah” bagi anak-anak yang berhasil menyelesaikan puasa Ramadhan selama berbulan-bulan.
Advertisement
Sejarah THR di Indonesia
Melansir dari Indonesia Baik, sejarah tradisi pemberian THR sudah ada sejak tahun 1951. Pada saat itu, Perdana Menteri Soekiman memberikan tunjangan kepada Pegawai Negeri Sipil (PNS) berupa uang persekot atau pinjaman awal.
Tujuannya supaya dapat mendorong kesejahteraan lebih cepat pada saat merayakan hari besar keagamaan itu. Namun, uang tersebut nantinya harus dikembalikan lagi ke negara dalam bentuk pemotongan gaji di bulan berikutnya.
Budaya memberikan THR itu pun juga terjadi di negara tetangga Indonesia, yakni Malaysia dan Singapura. "Uang Raya" merupakan julukan di kedua negara tersebut.
Uang tersebut sering diberikan dalam amplop atau bungkusan berwarna hijau melambangkan keberuntungan dan berkah. Jumlah uang yang diberikan pun bervariasi, tergantung pada situasi keuangan keluarga dan praktik budaya.