Liputan6.com, Jakarta - Pemandangan tak biasa dirasakan oleh masyarakat di Wonosobo, Jawa Tengah saat melaksanakan salat id. Bukan di sebuah masjid megah, tapi warga setempat memilih lapangan terbuka di perbukitan yang tampak menghadap Gunung Sumbing.
Pengalaman salat id dengan pemandangan "mewah" itu terungkap oleh akun @sayaizin di platform X yang dulunya Twitter. "Minimal sekali sholat ied with view maksimal," tulisnya pada Rabu, 10 April 2024.
Advertisement
Unggahan yang kemudian viral dengan 2,2 ribu repost dan 6,7 ribu tanda suka itu bahkan mendapat tanggapan dari penyanyi Kunto Aji. Ia menulis "Uapikeee di mana ini," tulisnya di akun @KuntoAjiW.
Melihat balasan pembuat konten, lokasi salat id tersebut ternyata berada di basecamp via Garung, Gunung Sumbing. Pengguna X lainnya @ Yudhawpa juga memperlihatkan pemandangan dari baris pertama tanpa terhalang jemaah lainnya.
Tampak dalam tayangan video yang diunggah, dzikir kalimat tauhid lailahaillallah terus menggema. Para warganet mengomentari unggahan tersebut.
"Kalau suasananya begini, kayaknya ibu-ibu ngga ada yang pulang duluan setelah solat dengan alesan ngangetin lauk," tulis warganet.
"Alhamdulilah jemaahnya betah sampai akhir khotbah," balas pembuat konten.
"View pegunungan emang selalu cakep! Demi ke sini berapa jam jaraknya dari rumah?" tanya warganet yang dibalas pembuat konten butuh 30 menit saja dari rumahnya.
"Wonosobo emang indah," yang lain menimpali.
"MasyaAllah cakep banget pemandangannya," kata yang lain.
"Pengen rasanya vibes sholat ied di sini," sambung warganet.
Halaman Gereja Kayutangan Malang Jadi Tempat Salat Idul Fitri 2024
Lusinan konten mengenai Lebaran membanjiri media sosial. Selebrasi ini tak hanya soal keriaan, tapi juga indahnya toleransi dalam berbagai cara. Salah satunya pada Lebaran 2024, potret halaman Gereja Kayutangan di Malang, Jawa Timur dijadikan tempat salat Idul Fitri sukses menarik perhatian.
Komentar-komentar pujian dan semangat toleransi pun tidak ragu dibubuhkan warganet, dengan tak sedikit dari mereka berbagi momen toleransi versi masing-masing. Narasinya kian riuh lantaran Gereja Kayutangan merupakan salah satu bangunan bersejarah di Malang.
Mengutip laman HKY Kayutangan, Rabu, 10 April 2024, pembangunan tempat ibadah yang juga dikenal dengan nama Gereja Paroki Hati Kudus Yesus ini diprakarsai sejak 4 Juni 1897. Gereja bergaya Neo Gothic tertua di Malang ini memiliki panjang 41 meter, lebar 11,4 meter, dan tinggi ruangan 15,2 meter.
Pembangunan rumah ibadah yang menelan biaya 30,972 gulden ini melibatkan banyak tokoh penting. Tokoh tersebut antara lain Ir. Marius J. Hulsuit sebagai perancang; C. Vis, Van’t Pad dan Bourguignon sebagai pemborong; dan Moulijn sebagai pengawas pembangunan.
Advertisement
Sejarah Gereja
Peletakan batu pertama oleh Pater G.D.A. Jonckbloet, S.J. pada 11 Mei 1905 menandakan dimulainya pembangunan gereja yang memakan waktu sekitar tujuh bulan. Penempatan salib di gereja di Malang itu dilakukan pada 30 Desember 1905, sementara penempatan patung Hati Kudus Yesus yang didatangkan dari Belanda dilakukan tahun 1906.
Kedua menara dengan tinggi 33 meter rancangan Ir. Albert Grunberg mulai dibuat pada 3 Oktober 1930, dan diberkati Mgr. Clemens Van der Pas pada 14 Desember 1930. Lonceng gereja, yang telah ada sebelum gereja didirikan, tercatat memiliki berat 303 kg, diameter 78 cm dengan nada A.
Lonceng kedua memiliki berat 185 kg, diameternya 65 cm dengan nada E. Kedua lonceng ini dibuat perusahaan peleburan logam yang sangat terkenal, yakni Petit en Fritsen di Aarle-Rixtel, Belanda.
Sayangnya, terjadi kecelakaan pesawat yang menabrak salib menara kiri pada 27 November 1967. Beberapa saat kemudian, pesawat itu jatuh di sekitar daerah Buring, menewaskan tiga penumpang.
Arsitektur Gothic yang Jadi Cagar Budaya
Sekitar lima tahun lalu, pemerintah Kota Malang menetapkan Gereja Hati Kudus Yesus sebagai salah satu benda cagar budaya di antara 32 benda lain. Keberadaannya berperan penting dalam perkembangan kota Malang. "Gereja ini jadi saksi eksistensi umat Katolik sejak masa kolonial Belanda di Kota Malang," kata Agung H Buana, Sekretaris Tim Ahli Cagar Budaya Kota Malang, dikutip dari merdeka.com, Rabu (10/4/2024).
Kendati berarsitektur gothic, denah bangunan gereja berbentuk kotak, bukan salib, seperti kebanyakan gereja gothic. Selain itu, tidak ditemukan adanya ruang double aisle dan sejenisnya.
Hingga kini, Gereja Hati Kudus Yesus Kayutangan masih kokoh berdiri jadi ikon kota Malang. Wisatawan tidak pernah luput menyaksikan dan mengunjungi gereja menterang itu. Wali Kota Malang saat itu, Sutiaji, menjanjikan memberi insentif bagi bangunan Cagar Budaya. Ini termasuk dalam bentuk dana pembiayaan perawatan atau keringanan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
Pemberian insentif diklaim sebagai upaya menjaga bangunan bersejarah yang masih tersisa. Karena sudah banyak bangunan bersejarah yang hilang dibongkar dan beralih fungsi. "Kalau kita tidak perhatikan, pelan tapi pasti ini akan punah," tegasnya.
Advertisement