Liputan6.com, Manado - KH Arsyad Thawil, seorang ulama dan pejuang asal Banten yang melawan Belanda, wafat dan dimakamkan di Kota Manado, Sulut. Menghormati jasanya, namanya akan diabadikan sebagai nama jalan di Manado, selain itu juga diusulkan menjadi Pahlawan Nasional.
Saat Wapres RI KH Ma’ruf Amin mengunjungi Kota Manado, pekan lalu, nama KH Arsyad Thawil direkomendasikan kepada Wapres RI untuk dijadikan Pahlawan Nasional.
Ketua MUI Kota Manado KH Yaser Bachmid mengatakan, usulan nama KH Arsyad Thawil untuk dijadikan nama jalan sudah disetujui langsung Wali Kota Manado Andrei Angouw.
“Bapak Wali Kota Manado sudah menyetujui untuk menamai salah satu jalan di Kota Manado ini dengan nama KH Arsyad Thawil,” katanya usai menemani KH Ma’ruf Amin salat Isya sekaligus tarawih di Masjid Agung Awwal Fathul Mubien, Kampung Islam, Kelurahan Tuminting, Kota Manado, Rabu (3/4/2024).
Yaser Bachmid mengungkapkan KH Arsyad Thawil merupakan ulama yang memiliki asal yang sama dengan Ma’ruf Amin yakni dari Banten.
“Dan kami sampaikan kepada beliau bahwa KH Arsyad Thawil ini asal dari daerah Banten. Satu asal dengan bapak Wapres di Banten juga,” ujarnya.
Dia mengatakan, pihaknya mendorong agar Wapres bisa mendukung upaya menjadikan KH Arsyad Thawil sebagai Pahlawan Nasional.
Menurutnya, di tahun 2024 ini memasuki tahun ke 90 wafatnya KH Arsyad Thawil di Manado. Ulama besar itu dimakamkan di Kelurahan Mahakeret, Kecamatan Wenang, Kota Manado.
“Jadi sekarang ini sudah masuk 90 tahun KH Arsyad Thawil wafat dan makamkan di Kelurahan Mahakeret, Kota Manado,” jelasnya.
KH Arsyad Thawil yang memiliki nama lengkap Syekh Mas Mohammad Arsyad Thawil al-Bantani al-Jawiatau yang lebih dikenal sebagai Syekh Arsyad Thawil adalah ulama sekaligus pahlawan Indonesia yang berjuang dalam Perang Cilegon dari 9 sampai 30 Juli 1888 bersama Ki Wasyid, Tubagus Ismail, dan pejuang lainnya dari Banten.
Setelah kalah dalam Perang Cilegon tahun 1888, Arsyad ditangkap bersama 100 pejuang lain yang terlibat dalam pertempuran tersebut. Dia dipenjara di Serang, lalu dipindahkan ke Batavia. Tak lama setelah dipenjara di Batavia, ia kemudian diasingkan ke Manado, Sulut.
Arsyad aktif mengajar masyarakat di tempat pengasingannya di Manado. Ia mengajar di bidang ilmu pengetahuan Islam, di antaranya adalah fikih, nahwu-sharaf, tasawuf, hadis dan lain-lain. Tidak kurang ratusan ulama dari Manado, Gorontalo, Ambon, Ternate, Kabupaten Poso, Kabupaten Tolitoli, Kabupaten Donggala, dan daerah lainnya belajar kepada Arsyad.
Arsyad meninggal di Manado, Sulut 19 Maret 1935 Masehi dan dimakamkan di Kelurahan Mahakeret. Di kompleks itu dikenal sebagai pemakaman para ulama dan pejuang dari berbagai daerah di Indonesia.
“Salah satu masjid di kelurahan Komo Luar diberi nama Masjid Arsyad Thawil, untuk mengenang jasa dan perjuangan beliau,” ujar Yaser Bachmid.
Baca Juga
Advertisement