Liputan6.com, Cilacap - Secara bahasa hajat artinya kehendak atau keinginan. Tatkala manusia memiliki hajat atau sebuah keinginan, maka dianjurkan untuk melaksanakan sholat hajat.
Untuk dapat melaksanakannya dengan baik penting mengetahui tata cara sholat hajat yang benar.
Baca Juga
Advertisement
Sholat hajat dilakukan sedikitnya 2 rakaat dan paling banyak 12 rakaat dengan setiap dua rakaat satu kali salam. Jika seseorang menghadapi permasalah, maka solusinya salah satunya ialah melaksanakan sholat hajat.
Tentu saja jika ada hajat atau keinginan yang akan kita capai, selain berusaha mencapai keinginan tersebut, maka ikhtiar lainnya ialah melaksanakan sholat hajat.
Dalam pelaksanaannya sholat hajat tidak sulit dan tidak jauh berbeda dengan sholat-sholat sunah lainnya. Namun penting mengetahui tata caranya agar ibadah kita diterima Allah SWT.
Simak Video Pilihan Ini:
Tata Cara Sholat Hajat
Menukil laman kemanag.go.id, cara melaksanakan shalat hajat sebenarnya tidak jauh berbeda dengan shalat sunnah pada umumnya, namun demikian ada perbedaan yang mendasar yaitu pada niat dan doanya.
Syekh Nawawi Al-Bantani dalam kitab Nihayatuz Zain (Syekh M Nawawi Banten, Nihayatuz Zain, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyyah: 2002], cetakan I, halaman 103) menyebutkan bahwa orang yang sedang mengalami kesempitan, berhajat untuk kemaslahatan agama dan dunianya, dan merasakan kesulitan, hendaklah melakukakun shalat hajat.
Adapun cara melaksanakan shalat hajat adalah sebagaimana berikut:
1. Niat melaksanakan shalat hajat:
أُصَلِّيْ سُنَّةَ الحَاجَةِ رَكْعَتَيْنِ أَدَاءً لِلهِ تَعَالَى
Ushallî sunnatal ḫâjati rak‘ataini adâ‘an lillâhi ta‘âlâ.
“Aku menyengaja shalat sunnah hajat dua rakaat tunai karena Allah SWT.”
2. Membaca Surat Al-Fatihah yang dilanjutkan dengan membaca surat-surat pendek (dianjurkan untuk membaca surat Al-Ikhlas dan ayat kursi).
3. Setelah selesai shalat, dianjurkan untuk membaca shalawat dan doa sebagaimana berikut:
سُبْحَانَ الَّذِي لَبِسَ العِزَّ وَقَالَ بِهِ، سُبْحَانَ الَّذِي تَعَطَّفَ بِالمَجْدِ وَتَكَرَّمَ بِهِ، سُبْحَانَ ذِي العِزِّ وَالكَرَمِ، سُبْحَانَ ذِي الطَوْلِ أَسْأَلُكَ بِمَعَاقِدِ العِزِّ مِنْ عَرْشِكَ وَمُنْتَهَى الرَّحْمَةِ مِنْ كِتَابِكَ وَبِاسْمِكَ الأَعْظَمِ وَجَدِّكَ الأَعْلَى وَكَلِمَاتِكَ التَّامَّاتِ العَامَّاتِ الَّتِي لَا يُجَاوِزُهُنَّ بِرٌّ وَلَا فَاجِرٌ أَنْ تُصَلِّيَ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
Subḫânal-ladzî labisal-‘izza wa qâla bihi. Subḫânal-ladzî ta‘aththafa bil-majdi wa takarrama bihi. Subḫâna dzil-‘izzi wal-kirami, subḫâna dzith-thauli as’aluka bimu‘âqidil-‘izzi min ‘arsyika wa muntahar-raḫmati min kitâbika wa bismikal-a‘dhami wa jaddikal-a‘la wa kalimâtikat-tâmmâtil-‘âmmâtil-latî lâ yujâwizuhunna birrun wa lâ fâjirun an tushalliya ‘ala sayyidinâ Muḫammadin wa ‘ala âli sayyidinâ Muḫammadin.
“Mahasuci Zat yang mengenakan keagungan dan berkata dengannya. Mahasuci Zat yang menaruh iba dan menjadi mulia karenanya. Mahasuci Zat pemilik keagungan dan kemuliaan. Mahasuci Zat pemilik karunia. Aku memohon kepada-Mu agar bershalawat untuk Sayyidina Muhammad dan keluarganya dengan garis-garis luar mulia Arasy-Mu, puncak rahmat kitab-Mu, dan dengan nama-Mu yang sangat agung, kemuliaan-Mu yang tinggi, kalimat-kalimat-Mu yang sempurna dan umum yang tidak dapat dilampaui oleh hamba yang taat dan durjana,”
Advertisement
Dianjurkan Membaca Doa dari Rasulullah
Setelah itu, dianjurkan juga untuk membaca doa Rasulullah saw sebagaimana riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim.
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ الحَلِيمُ الكَرِيْمُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ العَلِيُّ العَظِيْمُ سُبْحَانَ اللهِ رَبِّ العَرْشِ العَظِيْمِ والحَمْدُ لِلهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ
Lâ ilaha illallâhul-ḫalîmul-karîmu, lâ ilaha illallâhul-‘aliyyul-adhîmu subḫânallâhi rabbil-‘arsyil-‘adhîmi wal-ḫamdulillâhi rabbil-‘alamîna.
“Tiada Tuhan selain Allah yang santun dan pemurah. Tiada Tuhan selain Allah yang maha tinggi dan agung. Mahasuci Allah, Tuhan Arasy yang megah. Segala puji bagi Allah, Tuhan sekalian alam,”
Selanjutnya, orang yang sedang memiliki hajat tertentu bisa melanjutkan bacaan doa Rasulullah saw riwayat Imam At-Tirmidzi sebagaimana berikut:
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ مُوْجِبَاتِ رَحْمَتِكَ، وَعَزَائِمَ مَغْفِرَتِكَ، وَالغَنِيْمَةَ مِنْ كُلِّ بِرٍّ، وَالسَلَامَةَ مِنْ كُلِّ إِثْمٍ، لَا تَدَعْ لِيْ ذَنْبًا إِلَّا غَفَرْتَهُ، وَلَا هَمًّا إِلَّا فَرَّجْتَهُ، وَلَا حَاجَةً هِيَ لَكَ رِضىً إِلَّا قَضَيْتَهَا يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
Allâḫumma innî as’aluka mûjibâti raḫmatika, wa ‘azâ’ima maghfiratika, wal-ghanîmata min kulli birrin, was-salâmata min kulli itsmin lâ tada‘ lî dzanban illâ ghafartahu, wa lâ hamman illâ farrajtahu, wa lâ ḫâjatan hiya laka ridlan illâ qadlaitahâ yâ arḫamar-râḫimîna.
“Tiada Tuhan selain Allah yang maha lembut dan maha mulia. Maha suci Allah, penjaga Arasy yang agung. Segala puji bagi Allah, Tuhan alam semesta. Aku mohon kepada-Mu bimbingan amal sesuai rahmat-Mu, ketetapan ampunan-Mu, kesempatan meraih sebanyak kebaikan, dan perlindungan dari segala dosa. Janganlah Kau biarkan satu dosa tersisa padaku, tetapi ampunilah. Jangan juga Kau tinggalkanku dalam keadaan bimbang, karenanya bebaskanlah. Jangan pula Kau telantarkanku yang sedang berhajat sesuai ridha-Mu karena itu penuhilah hajatku. Hai Tuhan yang maha pengasih,”.
Setelah doa-doa tersebut dipanjatkan, tahapan terakhir adalah memanjatkan doa dengan khusu memohon kepada Allah agar urusan atau hajat khususnya itu bisa dikabulkan. Wallahu a‘lam.
Penulis : Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul