Bos Supermarket Beri Cuti Tidak Bahagia untuk Pegawai, Tentang Keras Lembur

Seorang bos perusahaan raksasa ritel di China menyiapkan cuti khusus untuk pegawai yang tidak bahagia.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 14 Apr 2024, 02:01 WIB
Ilustrasi Cuti Bersama 2020 | pexels.com/@thngocbich

Liputan6.com, Jakarta - Banyak cara perusahaan untuk menyejahterakan karyawannya. Salah satunya lewat aturan cuti yang tidak biasa. Hal itu dilakoni Yu Donglai, pendiri sekaligus kepala Pang Donglai, perusahaan raksasa ritel di Henan yang menjalankan department store dan supermarket.

"Saya ingin setiap karyawan memiliki kebebasan," kata Yu di Supermarket China Week 2024 bulan lalu, dikutip dari AsiaOne, Jumat, 12 April 2024. "Setiap orang pasti pernah merasa tidak bahagia. Jadi, jika kamu tidak bahagia, jangan datang bekerja."

Ia menjelaskan bahwa pegawainya harus diperbolehkan menentukan waktu istirahatnya sendiri dan mendapatkan relaksasi yang cukup di luar pekerjaan. "Cuti ini tidak bisa ditolak oleh manajemen (HRD). Penolakan itu merupakan pelanggaran," tambah Yu.

South China Morning Post melaporkan bahwa Yu dikenal karena memperkenalkan tunjangan karyawan yang memprioritaskan keseimbangan kehidupan kerja. Beberapa fasilitas lain yang didapatkan pekerjanya adalah hanya bekerja tujuh jam sehari, libur di akhir pekan, mendapat cuti tahunan selama 30 hingga 40 hari.

Pada tahun lalu, Yu menyalahkan para bos di China karena memaksakan waktu kerja yang panjang. "Membuat pekerja lembur itu tidak etis dan menghilangkan kesempatan orang lain untuk tumbuh," katanya.

Ketika ditanya tentang masa depan perusahaannya, Yu menjawab, "Kami tidak ingin menjadi besar. Kami ingin karyawan kami memiliki kehidupan yang sehat dan santai, sehingga perusahaan juga demikian." Pang Donglai yang didirikan pada 1995 kini memiliki lebih dari 30 gerai di Henan.


Didukung Jack Ma

Ilustrasi supermarket. (dok. Unsplash.com/Mehrad Vosoughi @mehrad_vosoughi)

Kebijakan ketenagakerjaan Yu mendapat banyak pujian dan dukungan di media sosial Tiongkok. "Bos yang baik dan budaya perusahaan ini harus dipromosikan secara nasional," tulis salah satu pengguna di Weibo.

Warganet lainnya berkata, "Saya ingin bekerja di Pang Donglai. Saya merasa akan mendapatkan kebahagiaan dan rasa hormat di sana."

Kebijakan ketenagakerjaan perusahaan juga mendapat persetujuan dari petinggi ritel Tiongkok seperti pendiri Alibaba Jack Ma dan CEO Xiaomi Lei Jun. "Kebijakan Yu menstimulasi cara berpikir baru di kalangan peritel di China dan menjadi sebuah contoh untuk perusahaan-perusahaan di China," kata Ma.

Di sisi lain, tidak semua pegawai menyukai aturan cuti. Seorang pegawai di China tega meracuni teman kantornya yang sedang hamil untuk mencegahnya mengambil cuti melahirkan. Hal ini kemudian memicu kemarahan di media sosial.

Dilansir SCMP, Senin, 1 April 2024, insiden yang diketahui publik melalui sebuah video yang beredar secara online, memperlihatkan seorang karyawan dari Provinsi Hubei yang sedang mencoba mencampurkan sesuatu ke minuman rekan kerjanya. Tempat kerjanya, Biro Investigasi Hidrologi dan Sumber Daya Air di Prefektur Otonom Enshi Tujia dan Miao, Provinsi Hubei, adalah lembaga publik yang berafiliasi dengan pemerintah.


Modus Pegawai Racuni Rekan Kerjanya yang Hamil

Ilustrasi racun. (dok. Arek Socha/Pixabay)

Lembaga-lembaga tersebut dikenal dengan proses rekrutmennya yang sangat selektif yang memerlukan ujian dan wawancara yang ketat, dan sering disebut sebagai "iron rice bowl" karena keamanan dan stabilitas pekerjaannya.

Dalam video tersebut, seorang wanita yang mengenakan rompi hitam terlihat mendekati meja rekannya, membuka botol kecil dan menuangkan zat mirip bubuk ke dalam minuman di meja kemudian pergi. Berdasarkan tangkapan layar percakapan WeChat, situasi terungkap ketika korban menyadari air minumannya terasa aneh.

Awalnya, ia mencurigai bahwa air minum di kantornya terasa aneh sehingga ia mencoba minum dari air kemasan yang direbus tetapi menyadari rasa aneh itu tetap ada. Teringat akan lelucon seorang teman yang mengatakan bahwa seseorang mungkin telah meracuni minumannya, dia memutuskan untuk menggunakan iPad-nya untuk merekam mejanya dan melihat siapa saja yang mendekati.

Ia justru menangkap rekannya yang sedang beraksi. Alasan pegawai itu meracuni rekan kerjanya yang sedang hamil tersebut adalah karena tidak ingin dia mengambil cuti hamil karena dia tidak mampu menangani peningkatan beban kerja sendirian.


Diselidiki Polisi

Ilustrasi Racun Berbahaya. (Dok. Pixabay/Davide Baraldi)

Korban melaporkan kejadian tersebut ke polisi dan pihak berwenang sedang menyelidikinya. Pada 18 Maret 2024, staf Biro Investigasi Hidrologi dan Sumber Daya Air mengatakan mereka menangani insiden tersebut dengan sangat serius dan menunggu hasil penyelidikan polisi sebelum mengambil tindakan.

Seorang pengacara mengatakan kepada National Business Daily bahwa jika tindakan perempuan tersebut didorong oleh niat untuk menyakiti, hal tersebut dapat dianggap sebagai kejahatan yang melukai, terlepas dari apakah zat tersebut beracun atau benar-benar menyebabkan cedera fisik.

Insiden tersebut menuai kecaman luas di media sosial. "Meracuni seseorang hanya karena Anda tidak ingin mereka mengambil cuti? Apakah dia terlalu banyak menonton drama kriminal?" tulis salah seseorang.

"Kami semua di sini hanya berusaha mencari nafkah, mengapa harus begitu jahat? Dia terlalu parah," kata yang lain.

"Bagaimana orang seperti itu bisa lulus ujian untuk bekerja di lembaga yang berhubungan dengan pemerintah? Tampaknya ujian hanya dapat menyingkirkan kandidat yang buruk secara akademis, bukan kandidat yang buruk secara moral," kata orang lainnya lagi.

Infografis cuti bersama Idul FItri bertambah (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya