Liputan6.com, New Delhi - India dan China harus segera mengatasi perselisihan perbatasan untuk meningkatkan hubungan bilateral. Hal tersebut disampaikan Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi.
Kedua negara berbagi perbatasan yang tidak jelas sepanjang 3.440 km di Himalaya, yang telah menjadi sumber ketegangan selama beberapa dekade.
Advertisement
Pernyataan tersebut disampaikan Modi dalam sebuah wawancara yang jarang dilakukan dengan majalah Newsweek.
Partai-partai oposisi sering menuduhnya diam atas laporan serangan China di sepanjang perbatasan.
Selama hampir 10 tahun masa jabatannya, PM Modi hanya meluangkan sedikit waktu untuk wawancara dengan media dan belum pernah tampil dalam konferensi pers tunggal di India.
Namun, hanya beberapa hari sebelum pemungutan suara pemilu India, sang PM memberikan wawancara kepada tiga kantor berita, yakni kepada Thanthi TV dan Assam Tribune di India dan majalah Newsweek, yang berbasis di Amerika Serikat (AS).
Dalam wawancara terakhir, Modi tidak secara langsung mengomentari tuduhan oposisi bahwa China telah merebut sebagian besar wilayah India. Dia malah berbicara tentang pentingnya hubungan India dengan China. Lebih dari itu, dia menegaskan bahwa hubungan damai antara kedua negara penting bagi seluruh kawasan dan dunia.
"Saya berharap dan percaya bahwa melalui keterlibatan bilateral yang positif dan konstruktif di tingkat diplomatik dan militer, kita akan mampu memulihkan dan mempertahankan perdamaian dan ketenangan di perbatasan kita ... Saya yakin kita perlu segera mengatasi situasi yang berkepanjangan di perbatasan kita sehingga ketidaknormalan dalam interaksi bilateral kita dapat dilupakan," ujar PM Modi seperti dilansir BBC, Jumat (12/4/2024).
Dia juga mengomentari persaingan India dengan China sebagai pusat manufaktur. Di masa lalu, raksasa global seperti Apple, Boeing, dan Tesla dilaporkan sedang mempertimbangkan untuk mendirikan pabrik di India atau meningkatkan pasokan dari negara tersebut.
"India, sebagai negara demokratis dan mesin pertumbuhan ekonomi global, adalah pilihan wajar bagi mereka yang ingin mendiversifikasi rantai pasokan mereka," kata Modi.
Bentrokan Langsung India Vs China
Ketegangan antara India dengan China meningkat pada tahun 2020 ketika pasukan kedua negara bentrok di perbatasan dekat Sektor Tawang di Negara Bagian Arunachal Pradesh, ujung timur India.
Peristiwa itu disebut pertempuran Lembah Galwan - yang dilakukan dengan tongkat dan pentungan, bukan senjata - dan merupakan konfrontasi fatal pertama antara kedua belah pihak sejak tahun 1975. Bentrokan menyebabkan sedikitnya 20 tentara India dan empat tentara China tewas.
Sejak itu, telah terjadi beberapa bentrokan kecil antar pasukan bahkan ketika para pejabat di kedua belah pihak berupaya mencapai rencana deeskalasi.
Wawancara Modi dengan Newsweek, yang diterbitkan pada hari Rabu (10/4) dilakukan hampir seminggu sebelum pemilu India dimulai. Para ahli strategi dan jajak pendapat memperkirakan Modi akan menjabat untuk ketiga kalinya secara berturut-turut.
Advertisement
Diskriminasi Minoritas hingga Kebebasan Pers
Dalam wawancara dengan Newsweek, Modi juga membahas topik lain, termasuk tuduhan diskriminasi terhadap minoritas oleh pemerintahannya. Kelompok hak asasi manusia mengatakan mereka sering menghadapi diskriminasi dan serangan, dan dipaksa hidup sebagai warga negara "kelas dua" di bawah pemerintahan Modi – sebuah tuduhan yang dibantah oleh BJP. Dalam 10 tahun terakhir, sejumlah kasus kekerasan terhadap umat Islam yang dilakukan oleh kelompok sayap kanan dilaporkan terjadi di India.
Terkait isu itu, Modi menegaskan bahwa kelompok minoritas dari semua agama hidup bahagia di India.
Dia juga membahas tuduhan pemerintahnya mengekang kebebasan pers.
"Ada beberapa orang di India dan Barat yang telah kehilangan (koneksi dengan) masyarakat India – proses berpikir, perasaan dan aspirasi mereka. Orang-orang ini juga cenderung hidup dalam ruang gaung realitas alternatif mereka sendiri. Mereka menyamakan disonansi mereka dengan masyarakat dengan klaim yang meragukan mengenai berkurangnya kebebasan media," tutur PM Modi.
Reporters Without Borders tahun lalu menempatkan India di peringkat 161 dari 180 negara dalam laporan Indeks Kebebasan Pers Dunia mereka.