Liputan6.com, Jakarta Truong My Lan adalah salah satu figur terkemuka dalam dunia bisnis Vietnam yang telah mengukir namanya sebagai seorang taipan sukses. Dikenal karena kepemimpinan yang visioner dan dedikasi yang tak kenal lelah terhadap bisnisnya, Truong My Lan telah menjadi inspirasi bagi banyak pengusaha muda di Vietnam dan di seluruh dunia.
Sayang, sosoknya ternyata tak lepas dari berita negatif. Terbaru, taipan properti Vietnam itu dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan di Ho Chi Minh City pada Kamis (11/4/2024). Truong terbukti bersalah atas kasus penipuan terbesar yang pernah terjadi di negara itu.
Advertisement
Menurut laporan media pemerintah Thanh Nien, ia dituduh melakukan penipuan sebesar 12,5 miliar dolar AS atau sekitar Rp200 triliun, hampir tiga persen dari PDB Vietnam pada tahun 2002. Aksi yang ia lakukan adalah secara ilegal mnengendalikan Saigon Joint Stock Commercial Bank antara tahun 2012 hingga 2022.
Tak heran, penangkapannya pada Oktober 2022 menjadi salah satu penangkapan paling terkenal dalam upaya pemberantasan korupsi di Vietnam. Berikut profil Truong My Lan tersebut:
Profil Truong My Lan
Truong My Lan lahir pada tahun 1956 dan memulai karier sebagai pedagang di kios pasar, menjual kosmetik bersama ibunya. Pada tahun 1986, ketika Vietnam membuka diri terhadap ekonomi pasar dalam periode yang dikenal sebagai “Doi Moi” atau “renovasi,” Lan mulai membeli properti dan tanah. Hal ini membawanya pada jalur yang tepat untuk menjadi tokoh bisnis mapan dan salah satu wanita terkaya di dunia.
Lan mendirikan perusahaan Van Thinh Phat pada tahun 1992, yang memiliki portofolio mencakup hotel dan kompleks apartemen mewah, seperti Windsor Plaza Hotel di Kota Ho Chi Minh. Sebelumnya, ia bekerja sebagai pedagang di kios pasar dan menjual kosmetik bersama ibunya.
Kasus yang dialami melibatkan Truong My Lan mengagetkan banyak pihak. Kasus ini mengejutkan banyak orang karena melibatkan seorang wanita taipan yang sebelumnya dikenal sebagai salah satu tokoh bisnis sukses di Vietnam. Namun, tindakan korupsi yang dilakukannya telah mengakhiri karier gemilangnya dan mengantarnya pada hukuman mati.
Kasus Korupsi dan Hukuman Mati:
Tuduhan Utama: Lan dituduh melakukan penggelapan uang dari Saigon Commercial Bank antara tahun 2018 dan 2022. Panel hakim menjatuhkan hukuman mati padanya untuk tuduhan ini.
Dakwaan Lain: Selain penggelapan, pengadilan juga memvonisnya 20 tahun penjara atas dua dakwaan lainnya, yaitu penyuapan dan pelanggaran hukum perbankan.
Total Kerugian Finansial: Kasus ini melibatkan total kerugian finansial sekitar $20 miliar, atau sekitar 5 persen dari produk domestik bruto Vietnam.
Keterlibatan Keluarga: Suaminya, Eric Chu Nap-kee, juga terlibat dalam kasus ini dan dijatuhi hukuman sembilan tahun penjara. Keponakannya, Truong Hue Van, menerima hukuman penjara 17 tahun.
Advertisement
Reaksi masyarakat terhadap hukuman mati yang diterima Truong My Lan
Reaksi masyarakat terhadap hukuman mati yang dijatuhkan pada Truong My Lan bervariasi. Berikut beberapa tanggapan yang mungkin muncul:
Kontroversi dan Kritik: Beberapa orang mengkritik keras hukuman mati ini. Mereka berpendapat bahwa kasus korupsi seharusnya ditangani dengan cara lain, seperti hukuman penjara seumur hidup. Beberapa juga menyoroti adanya ketidaksetaraan dalam sistem peradilan yang memungkinkan orang kaya dan berpengaruh mendapatkan hukuman lebih ringan.
Dukungan Terhadap Keadilan: Di sisi lain, ada yang mendukung hukuman mati sebagai bentuk keadilan. Mereka berpendapat bahwa tindakan korupsi yang merugikan negara dan masyarakat harus diberikan hukuman setimpal. Bagi mereka, hukuman mati adalah sanksi yang sesuai untuk kasus semacam ini.
Pertimbangan Sosial dan Politik: Beberapa orang melihat kasus ini dari sudut pandang sosial dan politik. Mereka mempertimbangkan dampaknya terhadap citra Vietnam di mata dunia, serta bagaimana pemberitaan tentang hukuman mati ini dapat mempengaruhi persepsi terhadap sistem peradilan dan bisnis di negara tersebut.
Perdebatan Etika: Reaksi masyarakat juga mencakup perdebatan etika seputar hukuman mati. Beberapa orang mempertanyakan apakah hukuman mati benar-benar efektif dalam mencegah tindakan korupsi di masa depan, ataukah ada alternatif lain yang lebih manusiawi.