Dosa Bertumpuk Seperti 'Hamburger' Bagi Ustadz Penyebar Hoaks dan Hadis Palsu Soal Kiamat

Habib Husein: Ustadz yang menyebarkan hoaks kiamat, dosanya berlipat ganda.

oleh Liputan6.com diperbarui 14 Apr 2024, 09:30 WIB
Habib Husein al Jafar (SS TikTok)

Liputan6.com, Jakarta - Penyebaran hoaks dan hadis palsu tentang kiamat oleh beberapa individu yang mengaku sebagai ustadz memang menjadi masalah serius.

Tindakan ini tidak hanya menyesatkan masyarakat, tetapi juga merusak citra keilmuan dan otoritas agama. Penting untuk memahami bahwa agama Islam menekankan pentingnya kebenaran, kejujuran, dan keakraban dengan ilmu pengetahuan.

Bagaimanapun, penting juga untuk tidak mengeneralisasi semua ustadz karena adanya sebagian kecil yang melakukan hal tersebut. Banyak ustadz yang berkomitmen untuk menyebarkan ajaran agama secara benar dan bermanfaat bagi masyarakat.

Untuk mengatasi penyebaran hoaks dan hadis palsu, diperlukan peran aktif dari masyarakat dalam meningkatkan literasi informasi dan kritis terhadap apa yang mereka terima.

Selain itu, lembaga keagamaan dan pemerintah juga perlu melakukan upaya untuk memberikan pendidikan dan pelatihan kepada para pengajar agama agar mereka memahami pentingnya kebenaran dan keakuratan dalam menyampaikan informasi agama.

 

Simak Video Pilihan Ini:


Habib Husein Menyebut Sumber Hoaks dari Perawi Pembohong

Habib Husein al Jafar (SS TikTok)

Mengutip islami.co, Habib Husein Ja’far al-Haddar, salah satu habib dan dai muda menyebutkan bahwa salah satu berita datangnya dukhan yang dikutip oleh ustadz-ustadz belum lama ini bersumber dari hadis palsu. Dalam hadis tersebut ada seorang perawi yang bernama Ibn al-Haris al-Hamdani yang divonis tukang pembohong. Bahkan Ibn al-Jauzi menyebutkan bahwa hadis ini dipalsukan atas nama Nabi Muhammad SAW.

Dalam rangkaian sanad hadis tersebut ada juga seorang rawi bernama Ibnu Lahi’ah, yaitu seorang rawi yang hanya dhabit fil kitabah (hafalannya bergantung pada kitab), ketika kitabnya terbakar, hafalan hadis Ibn Lahi’ah ini menjadi kacau. Selain Ibn Lahiah, ada juga rawi lain yang divonis dhaif oleh para ulama.

Beberapa hal ini menunjukkan bahwa sumber-sumber yang digunakan oleh ustadz-ustadz akhir zaman ini bukanlah sumber yang valid, mulai dari kejadian yang disalahfahami di Arab Saudi, hingga hadis pertengahan Ramadhan yang bersumber dari hadis palsu.

Satu hal menarik dari Habib Husein adalah, menurutnya berbohong atas nama nabi kemudian digunakan untuk narasi-narasi yang dapat mempersulit banyak orang berdampak pada dosa yang berlipat-lipat.

 

 


Dosa Bertumpuk Kaya Hamburger

Ilustrasi dukhan. (Gambar oleh Janusz Jeziorski dari Pixabay)

“Orang-orang sudah ribut dengan Corona, sudah betul-betul “sesak napas” karena Corona, eh ini malah diperparah dengan hoaks atas nama nabi yang memperparah keadaan kita,” tutur Habib Husein.

Menurut Habib Husein, jika tidak bisa membantu menghilangkan duka banyak orang yang terdampak Corona, tidak bisa memberi manfaat, minimal diam.

“Karena yang nabi katakan, kan, minimal kamu itu kalau tidak bisa memberi manfaat, ya diamlah!” ujar Habib Husein.

Habib Husein juga melanjutkan bahwa orang yang tidak bisa memberi manfaat, malah memperkeruh suasana, disertai berbohong atas nama nabi, dosanya bertumpuk-tumpuk.

“Itu bagi saya, dosanya kombo, lah. tiga dosa berturut-turut yang bertumpuk kayak hamburger,” terang Habib Husein.

Tanda-tanda kiamat seperti yang dijelaskan para ustadz akhir zaman ini, sebenarnya tidak hanya muncul kali ini. Dahulu juga kita pernah menemukan sebuah buku yang berjudul “Dajjal Sudah Keluar dari Khurasan” yang menceritakan seorang pendeta bernama Sai Baba yang memiliki ciri-ciri seperti Dajjal. Sayangnya, hingga Sai Baba meninggal tahun 2011 lalu, juga tidak berdampak banyak bagi perkembangan kiamat di alam semesta.

Pun pada tahun 2012, ketika diramalkan kiamat akan terjadi pada akhir tahun ini atas dasar kalender suku Maya, bahkan telah dibuatkan filmnya, juga tidak terjadi hingga sekarang kiamat yang sebenarnya. Tanda-tanda kiamat yang diberikan Nabi itu hanya sebatas pada tataran bahwa kiamat akan terjadi.

Nabi sendiri tidak memperjelas kapan terjadinya tanda-tanda kiamat tersebut. Bisa jadi, salah satu tujuannya adalah agar kita bertakwa dan menjadi hamba-Nya yang beriman kapan saja, tidak menunggu tanda kiamat sudah muncul atau belum. Wallahu a’lam.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda Cingebul

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya