Rupiah Melemah terhadap Dolar AS, Ini Kata Ekonom

Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menuturkan,rupiah masih berpotensi melemah terhadap dolar AS ke depan.

oleh Agustina Melani diperbarui 13 Apr 2024, 15:53 WIB
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah pada perdagangan Jumat, 12 April 2024. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah pada perdagangan Jumat, 12 April 2024. Selama libur Lebaran 2024, rupiah cenderung lesu terhadap dolar AS.

Berdasarkan data Google Finance, dikutip Sabtu, (13/4/2023),nilai tukar rupiah  sudah tembus level 16.000 per dolar AS. Tepatnya pada pukul 21.55 WIB, rupiah berada di posisi 16.135 per dolar AS pada Jumat, 12 April 2024. Terakhir, nilai tukar dolar AS terhadap rupiah di kisaran 16.117,80.

Berdasarkan data tradingeconomics.com pada Sabtu, 13 April 2024, rupiah menguat terhadap dolar AS sebesar 0,49 persen ke posisi 16.110. Selama libur Lebaran 2024, berdasarkan data tradingeconomics, rupiah cenderung melemah terhadap dolar AS.

Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menuturkan, rupiah melemah seiring harapan bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) masih akan menahan suku bunga acuan lebih lama dari perkiraan pada Juni 2024. “Kemungkinan (penurunan-red) bergeser ke kuartal IV 2024 karena ekonomi AS yang masih solid,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, Sabtu pekan ini.

David menilai, pelemahan rupiah masih wajar. Hal ini seiring mata uang negara berkembang lainnya melemah. “Masih wajar. Hitungan saya memang fundamental rupiah harusnya sudah di atas 16 ribu. Negara-negara berkembang lain banyak yang melemah di atas 5 persen, rupiah hanya 2,5 persen year to date (ytd). Yen Jepang saja sudah melemah 15 persen ytd,” tutur dia.

Selain itu, Bank Indonesia (BI), menurut David aktif melakukan stabilisasi rupiah sejak bulan lalu. Hal ini juga berdampak terhadap cadangan devisa pada Maret 2024 sekitar USD 4 miliar. Pada 28 Maret 2024, cadangan devisa tercatat USD 140,39 miliar.

"(Cadangan devisa-red) April kemungkinan juga masih turun karena pembayaran dividen, pembayaran utang dan upaya stabilitasi rupiah oleh BI,” kata dia.

 


Prediksi Rupiah

Teller tengah menghitung mata uang dolar AS di penukaran uang di Jakarta, Rabu (10/7/2019). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup stagnan di perdagangan pasar spot hari ini di angka Rp 14.125. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

David prediksi, ke depan dalam jangka pendek, rupiah masih akan dinamis dengan kecenderungan melemah sesuai dengan perkembangan data ekonomi AS.

Mengenai dampak pelemahan rupiah terhadap ekonomi, David menilai, ekonomi Indonesia masih solid asalkan rupiah tidak terlalu volatile. Selain itu, indeks kepercayaan bisnis dan konsumen masih akan menguat.

Ia mengusulkan sejumlah langkah-langkah untuk stabilkan rupiah terutama ke arah stabilisasi sehingga tidak terlalu volatile di pasar non deliverable forward (NDF), SBN dan spot. “Kebijakan devisa hasil ekspor juga perlu dioptimalisasi,” kata dia.

David prediksi rupiah akan bergerak di kisaran 15.800-16.200 terhadap dolar AS pekan depan.


Masuk Musim Mudik Lebaran, Rupiah Ditutup Perkasa Lawan Dolar AS

Pegawai memperlihatkan mata uang rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta, Kamis (5/1/2023). Mengutip data Bloomberg pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup turun 0,22 persen atau 34 poin ke Rp15.616,5 per dolar AS. Hal tersebut terjadi di tengah penguatan indeks dolar AS 0,16 persen ke 104,41. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya diberitakan, Indeks dolar Amerika Serikat (USD) melemah menjelang akhir pekan dan libur Lebaran pada Jumat, 5 April 2024.

USD melemah ketika antisipasi data utama nonfarm payrolls mendorong lebih banyak kehati-hatian terhadap suku bunga Federal Reserve.

Selain itu, juga ada kekhawatiran akan memburuknya konflik di Timur Tengah, ketika Iran mengancam akan melakukan tindakan militer terhadap Israel, membuat selera risiko sebagian besar tetap lemah. Adapun perdagangan regional yang melemah karena libur di pasar Tiongkok.

“Komentar hawkish dari pejabat Federal Reserve juga mendukung greenback, setelah Presiden Fed Minneapolis Neel Kashkari mengatakan bahwa inflasi yang tinggi dapat menyebabkan bank sentral tidak memangkas suku bunga sama sekali pada tahun 2024,” ungkap Ibrahim Assuaibi, Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka dalam paparan tertulis, dikutip Jumat (5/4/2024).

Komentar Kashkari datang menyusul serangkaian sinyal serupa dari pejabat The Fed lainnya. Hal itu memicu kerugian besar di Wall Street dan membuat sebagian besar pedagang waspada terhadap aset-aset yang didorong oleh risiko.

Sementara itu, di Asia, beberapa pejabat tinggi Jepang memperingatkan risiko pelemahan Yen yang berkelanjutan dapat menyebabkan pemerintah melakukan intervensi di pasar mata uang. Ini menjadi peristiwa yang pasti akan memicu kenaikan kuat yen dalam jangka pendek.

“Namun komentar terbaru dari pejabat BOJ juga menunjukkan bahwa mereka memperkirakan akan lebih memperketat kebijakan moneter tahun ini di tengah meningkatnya inflasi,” jelas Ibrahim.

 


Rupiah Menguat pada Jumat, 5 April 2024

Teller menunjukkan mata uang rupiah di bank, Jakarta, Rabu (22/1/2020). Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan penguatan nilai tukar rupiah yang belakangan terjadi terhadap dolar Amerika Serikat sejalan dengan fundamental ekonomi Indonesia dan mekanisme pasar. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Rupiah ditutup menguat 44 point dalam perdagangan Jumat sore (5/4), walaupun sebelumnya sempat melemah 25 point dilevel 15.848 dari penutupan sebelumnya di level 15.892.

Sedangkan untuk perdagangan pada 16 April 2024 mendatang, Rupiah diprediksi fluktuatif tetapi ditutup menguat direntang 15.810-15.870

Posisi cadangan devisa Indonesia melanjutkan tren penurunan pada Maret 2024.

Bank Indonesia (BI) mencatat, cadangan devisa Indonesia mencapai USD 140,4 miliar pada akhir Maret 2024, menurun dibandingkan posisi USD 144,0 miliar pada akhir Februari 2024.

Penurunan ini antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah, antisipasi kebutuhan likuiditas valas korporasi, dan kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar rupiah seiring dengan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.

Sedangkan, posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,4 bulan impor atau 6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

Meski turun, Ibrahim melihat, posisi cadangan devisa tersebut tetap tinggi.

“Di samping itu, Bank Indonesia juga menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,” katanya.

Ke depan, Bank Indonesia memandang cadangan devisa akan tetap memadai, didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi nasional yang terjaga, seiring dengan sinergi respons bauran kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia. Dan pemerintah dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” tutup Ibrahim.

 

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya