Rentetan Gempa Vulkanik di Gunung Awu Sangihe, Pertanda Apa?

Perlu diwaspadai kejadian gempa-gempa dengan energi besar dan menerus yang berpotensi untuk mendobrak kubah lava dan mengakibatkan erupsi eksplosif.

oleh Arie Nugraha diperbarui 15 Apr 2024, 08:00 WIB
(flickr.com)

Liputan6.com, Bandung - Selama empat hari berturut-turut rentetan gempa vulkanik terjadi di Gunung Awu di Kabupaten Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara.

Menurut Kepala Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Muhammad Wafid, gempa vulkanik itu terjadi dari 10-13 April 2024.

"Pada 10 April 2024 pukul 18.12 WITA dan 18.54 WITA terjadi 5 gempa vulkanik dalam dan 46 gempa vulkanik dangkal," ujar Wafid, Bandung, Sabtu, 13 April 2024.

Sedangkan 11 April 2024 pukul 22.46-22.53 WITA terjadi 1 gempa vulkanik dalam, 5 vulkanik dangkal. Di hari yang sama terekam pula 1 kali gempa low frequency dengan amplituda 4 mm dan lama gempa 26 detik.

Wafid menuturkan pada 12 April 2024 pukul 09.42-09.57 WITA terjadi 1 gempa vulkanik dalam, 14 vulkanik dangkal. Hari yang sama pukul 12.11-12.21 WITA terekam 3 gempa vulkanik dalam, serta 11 vulkanik dangkal.

"Setelah rentetan gempa-gempa vulkanik pada tanggal 12 April 2022 ini, diikuti terekamnya 2 kali gempa tektonik lokal. Energi gempa mengalami peningkatan yang terdeteksi dari grafik RSAM yang meningkat," kata Wafid.

Pada hari ini 13 April 2024 pukul 02.43 WITA terjadi 8 gempa vulkanik dangkal dan pukul 04.23 WITA terekam 6 gempa vulkanik dangkal dengan 1 gempa tektonik lokal.

Pemantauan perubahan fisik gunung (deformasi) Gunung Awu dengan menggunakan alat Tiltmeter sejak tanggal 25 Februari 2024 di Stasiun Kolongan dan Stasiun Puncak menunjukkan adanya inflasi atau peningkatan tekanan.

"Dari hasil pengamatan visual, kegempaan dan deformasi pada periode ini, intrusi magma di kedalaman menuju permukaan masih terekam secara instrumental, hal ini diindikasikan dengan kemunculan kegempaan vulkanik dalam dan vulkanik dangkal," terang Wafid.

Soal kemunculan gempa-gempa tektonik lokal berintensitas besar, Wafid menerangkan dapat pula memicu peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Awu.

Selain itu, perlu diwaspadai kejadian gempa-gempa dengan energi besar dan menerus yang berpotensi untuk mendobrak kubah lava dan mengakibatkan erupsi eksplosif.

"Secara visual, aktivitas permukaan belum mengalami perubahan yang signifikan. Namun perubahan secara visual dapat terjadi dengan cepat," ucap Wafid.

Meskipun pada saat ini secara visual aktivitasnya belum teramati signifikan, Wafid mengimbau para pemangku kepentingan dan masyarakat agar tetap mematuhi rekomendasi Gunung Awu pada Level II (Waspada) dan senantiasa mengikuti perkembangan aktivitasnya dari waktu ke waktu untuk mengantisipasi potensi bahaya yang dapat berubah dinamis.

 

Simak Video Pilihan Ini:


Potensi Bahaya Gunung Awu

Potensi bahaya Gunung Awu yang mungkin terjadi berupa erupsi magmatik eksplosif menghasilkan lontaran material pijar dan atau aliran piroklastik, magmatik efusif menghasilkan aliran lava, maupun erupsi freatik yang didominasi uap, gas gunung api maupun material erupsi sebelumnya.

Wafid menuturkan potensi pembongkaran kubah lava dapat terjadi jika tekanan di dalam sistem magmatik mengalami peningkatan signifikan.

"Potensi bahaya lain berupa emisi gas gunungapi seperti CO, CO2, H2S, N2 dan CH4. Gas-gas tersebut dapat membahayakan jiwa jika konsentrasi yang terhirup melebihi nilai ambang batas aman," ungkap Wafid.

Wafid meminta masyarakat mewaspadai bahaya aliran lahar di sungai-sungai yang berhulu dari puncak Gunung Awu pada musim penghujan.

Berdasarkan pemantauan visual dan instrumental hingga tanggal 13 April 2024, Badan Geologi Kementerian ESDM menyatakan tingkat aktivitas Gunung Awu masih berada pada Level II (Waspada).

"Dalam tingkat aktivitas Level II (Waspada), masyarakat dan pengunjung, wisatawan agar tidak mendekati dan beraktivitas di dalam radius 3 km dari kawah puncak Gunung Awu terkait potensi bahaya gas vulkanik konsentrasi tinggi jika terjadi erupsi tanpa didahului oleh gejala kenaikan aktivitas yang jelas," tandas Wafid. Radius dan jarak rekomendasi ini akan dievaluasi terus untuk antisipasi jika terjadi gejala perubahan ancaman bahaya.

Tingkat aktivitas Gunung Awu akan ditinjau kembali jika terdapat perubahan visual dan kegempaan yang signifikan.

 


Geografis Gunung Awu

Secara geografis, Gunung Api Awu terletak pada posisi koordinat 3.6828460 derajat LU dan 125.455980 derajat BT.

Puncak Gunung Awu berada pada ketinggian 1320 m di atas permukaan laut (mdpl). Secara administratif, Gunung Awu berada di Pulau Sangihe yang termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara.

Gunung api Awu diamati secara visual dan instrumental dari Pos Pengamatan Gunung api (PGA) yang berlokasi di Jl. Radar Tahuna, Kecamatan Apeng Sembeka, Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara.

Gunungapi Awu memiliki interval erupsi berkisar antara 1 hingga 101 tahun. Erupsi terakhir terjadi pada Juni 2004, berupa erupsi magmatik menghasilkan kolom erupsi setinggi 3000 m di atas puncak.

Tingkat aktivitas Gunung Awu adalah Level II (Waspada) sejak 25 Agustus 2022. Perkembangan terakhir aktivitas Gunungapi Awu hingga tanggal 13 April 2024 secara visual tinggi kolom hembusan tidak teramati pada periode ini.

Pemantauan secara visual belum menunjukkan adanya manifestasi hembusan asap ke permukaan di sekitar Kawah Gunung Awu, sehingga secara visual belum ada indikasi peningkatan keluarnya gas atau asap kawah.

Sementara jumlah gempa-gempa vulkanik baik vulkanik dalam dan vulkanik dangkal berfluktuatif dengan jumlah di atas kondisi normal.

Rentetan gempa vulkanik terekam pada tanggal 22 Maret 2024 pukul 17.00 WITA berupa 3 kali vulkanik dalam, 12 kali vulkanik dangkal dan pada pukul 19.15 WITA terjadi 7 kali vulkanik dangkal.

Pada tanggal 18 Maret dan 19 Maret 2024, terekam getaran tremor non harmonik dengan lama gempa 45-57 detik yang menunjukkan adanya aktivitas gempa-gempa permukaan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya