Liputan6.com, Jakarta - Cerita Gus Baha kedatangan tamu yang sedang mendalami filsafat dan tidak mau sholat menjadi artikel terpopuler di kanal Islami Liputan6.com, Sabtu (13/4/2024).
Gus Baha tak marah ketika tamunya itu bilang tak mau sholat. Responsnya justru bikin ngakak. Meski lucu, namun mengandung kebenaran tingkat tinggi.
Baca Juga
Advertisement
Artikel kedua yang juga populer adalah pertanyaan umum mengenai apakah puasa Syawal boleh tidak dilaksanakan berurutan. Buya Yahya menjelaskan dengan gamblang.
Sementara, artikel ketiga yakni tentang mencukur rambut kemaluan. Sebaiknya dicabut atau dicukur?
Selengkapnya, mari simak Top 3 Islami.
Simak Video Pilihan Ini:
1. Cerita Gus Baha Didatangi Orang Filsafat yang Tidak Mau Sholat, Jawabannya Asyik Banget
Tamu yang datang kepada ulama muda kharismatik ahli tafsir asal Rembang Jawa Tengah KH Ahmad Bahaudin atau Gus Baha bermacam-macam.
Mulai dari kalangan ulama, santri, guru, pejabat, bahkan orang Islam yang tidak mau sholat gara-gara belajar filsafat pun mendatanginya.
Tamu-tamu Gus baha pun datang dengan berbagai persoalan dan keinginan, termasuk minta doa dan barokah murid Mbah Moen ini.
Kadang jawaban-jawaban Gus Baha adem, dan asyik banget, tidak menyinggung, tapi kena. Jika dalam pepatah bahasa Jawa, kena iwake ora buthek banyune, kena ikannya, airnya tidak keruh.
Khusus yang terakhir, orang yang belajar filsafat ini ada kisah yang menarik, orang tersebut mempertanyakan Tuhan, bahkan orang yang awalnya sholat ini lantas tidak tidak mau sholat.
Advertisement
2. Bolehkah Puasa Syawal Tidak Berurutan? Ini Penjelasan Buya Yahya
Pengasuh LPD Al Bahjah, KH Yahya Zainul Ma’arif atau Buya Yahya menjelaskan, puasa Syawal adalah puasa sunnah yang dilakukan mulai hari kedua. Puasa Syawal dikerjakan sebanyak enam hari.
Pertanyaan yang muncul kemudian, apakah harus berurutan?
“Menurut Mazhab Imam Syaf’ii, enam itu tidak harus berurutan. Bahkan, sebagian ulama memakruhkan kalau langsung, Syawal takut dianggap wajib,” kata Buya Yahya dikutip dari YouTube Al Bahjah TV, Jumat (12/4/2024).
Sebagian ulama berpendapat, puasa Syawal lebih baik dilakukan di pertengah atau menuju akhir. Itu karena ada kekhawatiran puasa tersebut wajib dilakukan sehingga memberatkan. Akan tetapi, jumhur ulama berpendapat dilakukan langsung setelah Idul Fitri juga tidak masalah dan tidak harus berurutan.
“Akan tetapi kalau ada yang berurutan ini adalah memang lebih baik karena kebaikan itu memang hendaknya segera dilaksanakan. Sebab, kalau menunda, nanti-nanti, eh Syawal hilang (berakhir). Kan begitu bisa jadi,” tutur Buya Yahya.
Buya Yahya menyimpulkan, amalan itu utamanya segera diselesaikan, karena menunda amal baik takutnya tidak ada kesempatan lagi. Selagi sehat dan bisa, maka puasa Syawal secara berurutan agar cepat selesai dan meraih keutamaannya.
Namun, jika tidak berurutan pun tidak masalah. Kalau tidak berurutan, sebaiknya dilakukan di hari-hari sunnah berpuasa agar mendapat pahalanya dobel.
3. Perempuan Bersihkan Rambut Kemaluan, Baiknya Dicukur atau Dicabut? Ini Pendapat Ulama
Bersihkan rambut kemaluan perempuan bisa dilakukan dengan mencukur atau mencabut, tergantung pada preferensi pribadi dan kenyamanan. Beberapa perempuan memilih untuk mencukur rambut kemaluan karena lebih praktis dan cepat dilakukan.
Sedangkan yang lain memilih untuk mencabutnya dengan waxing atau menggunakan alat seperti epilator karena hasilnya bisa lebih tahan lama.
Setiap orang memiliki toleransi rasa sakit yang berbeda. Jadi jika Anda memilih untuk mencabut rambut kemaluan, pastikan Anda siap secara fisik dan mental untuk prosesnya.
Selain itu, pastikan untuk menggunakan alat-alat yang steril dan aman untuk menghindari iritasi atau infeksi.
Yang terpenting adalah menjaga kebersihan dan kesehatan area tersebut, baik dengan mencukur rambut kemaluan atau mencabut rambut kemaluan, serta melakukan perawatan yang sesuai dengan tubuh Anda
Lalu, bagamana pandangan Islam mengenai, cara membersihkan rambut kemaluan ini. Dicabut atau dicukur?
Advertisement