Liputan6.com, Jakarta - Pasar mata uang kripto mengalami aksi jual besar-besaran pada Sabtu 13 April 2024 malam menyusul serangan rudal Iran ke Israel. Aksi serangan rudal Iran ini merupakan aksi balasan kepada Israel.
Mengutip CNBC International, Senin (15/4/2024), harga Bitcoin (BTC) turun sekitar 8% pada Sabtu malam ketika pejabat AS mengkonfirmasi serangan rudal Iran di Israel.
Advertisement
Bitcoin menjadi satu-satunya aset kripto berisiko yang diperdagangkan selama akhir pekan, dan penurunan tersebut dipandang sebagai reaksi awal terhadap meningkatnya ketegangan di Timur Tengah.
Menurut data dari bursa Bitstamp, Bitcoin telah diperdagangkan sekitar USD 70.000 pada Sabtu malam dan kemudian anjlok di bawah USD 62.000. Kemudian pada Minggu 14 April 2024 pagi, harga Bitcoin kembali pulih dan diperdagangkan di atas USD 64.000.
Menyusul serangan rudal Iran, kripto lain seperti Ether juga mengalami penjualan besar-besaran, turun harga hingga 10% dalam beberapa kasus.
Laporan Bloomberg mengungkapkan, aksi jual Bitcoin adalah yang paling tajam dalam lebih dari satu tahun, dengan koin tersebut mencapai rekor baru baru-baru ini di tengah arus masuk ke ETF bitcoin spot AS yang terus mendorong pergerakan harga mata uang kripto tersebut.
Serangan drone dan rudal ke Israel dilaporkan sebagai respons terhadap serangan Israel yang menewaskan pejabat Iran di Suriah.
Mata uang Iran jatuh ke rekor terendah 705.000 rial per dolar AS di pasar tidak resmi sekitar pukul 10:30 waktu setempat pada hari Minggu (14/4/2024), menurut data dari situs pemantauan valuta asing Bonbast.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Robert Kiyosaki Optimistis Harga Bitcoin Bisa Tembus USD 2,3 Juta
Penulis terkenal Rich Dad Poor Dad, Robert Kiyosaki, kembali menegaskan sikap bullish terhadap Bitcoin.
Melansir News.Bitcoin, Jumat (12/4/2024) Rich Dad Poor Dad adalah buku rilisan tahun 1997 yang ditulis bersama oleh Robert Kiyosaki dan Sharon Lechter.
Buku tersebut telah berada di Daftar Buku Terlaris New York Times selama lebih dari enam tahun. Lebih dari 32 juta eksemplar buku tersebut telah terjual dalam lebih dari 51 bahasa di lebih dari 109 negara.
Buku ini menjelaskan tentang perbedaan pandangan antara orang kaya dan orang miskin dalam masalah keuangan.
Dalam postingan di platform media sosial X, Kiyosaki mengomentari pernyataan CEO Ark Cathie Wood yang memperkirakan nilai Bitcoin akan mencapai USD 2,3 juta per BTC.
"Apakah aku percaya padanya? Ya, benar," tulis Kiyosaki, yang juga memuji Wood “sangat pintar” dan dia memercayai pendapatnya.
"Mungkinkah dia salah? Ya bisa saja. Terus? Pertanyaan yang lebih penting adalah 'Apa yang Anda yakini?' Dan yang paling penting: ‘Berapa banyak Bitcoin yang Anda miliki?," ujarnya.
"Saya juga yakin Bitcoin akan mencapai USD 2,3 juta," lanjutnya.
Wood dan perusahaan manajemen asetnya, Ark Invest, telah membuat prediksi harga BTC bullish yang bahkan lebih tinggi dari yang dikutip Kiyosaki.
"Kami menempatkan bull case kami untuk Bitcoin sebesar USD 1,5 juta," kata CEO Ark baru-baru ini, menambahkan bahwa jika investor institusi mengalokasikan sedikit lebih dari 5% portofolio mereka ke Bitcoin, maka akan menambah nilai BTC menjadi USD 2,3 juta ke perusahaannya.
Advertisement
Pendorong Harga Bitcoin
Selain melonjaknya permintaan dana yang diperdagangkan di bursa Bitcoin (ETF), Wood baru-baru ini menyoroti faktor-faktor lain yang mendorong harga Bitcoin lebih tinggi.
Disebutkannya, mata uang kripto merupakan lindung nilai terhadap devaluasi mata uang dan erosi kekayaan.
"Saya pikir ini adalah kebijakan asuransi terhadap rezim nakal atau terhadap kebijakan fiskal dan moneter yang buruk," jelasnya, menghubungkan lonjakan harga Bitcoin baru-baru ini sebagai "perjalanan ke tempat yang lebih aman."