IMF: Kenaikan Suku Bunga The Fed Bisa jadi Risiko Global

Suku bunga yang tinggi juga mendorong nilai USD mahal, yang berarti mata uang negara-negara lain melemah.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 15 Apr 2024, 20:45 WIB
Dana Moneter Internasional (IMF) mengingatkan kenaikan suku bunga Amerika Serikat bukanlah kabar baik bagi seluruh dunia.(Foto: aim.org)

Liputan6.com, Jakarta - Dana Moneter Internasional (IMF) mengingatkan kenaikan suku bunga Amerika Serikat bukanlah kabar baik bagi seluruh dunia dan bisa menjadi kekhawatiran jika berlanjut dalam jangka waktu lama.

Namun, IMF juga mencatat, Federal Reserve AS sudah bertindak hati-hati dalammengambil kebijakan moneternya.

Mengutip US News, Senin (15/4/2024) Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva mengatakan pemerintah AS juga dapat mengambil langkah-langkah lain untuk memastikan kinerja perekonomian AS tidak terlalu menurun. Namun, ia tidak memberikan rinciannya.

"Suku bunga yang lebih tinggi bagi negara-negara lain di dunia bukanlah berita bagus. Suku bunga yang lebih tinggi membuat AS lebih menarik sehingga aliran keuangan datang ke sini dan membuat seluruh dunia agak kesulitan," katanya.

Suku bunga yang lebih tinggi juga mendorong nilai dolar Amerika Serikat (USD) lebih tinggi, yang berarti mata uang negara-negara lain melemah.

"Jika hal ini terus berlanjut dalam jangka waktu yang lama, hal ini dapat menimbulkan sedikit kekhawatiran dalam hal stabilitas keuangan," ujar Georgiva.

Data inflasi tingkat konsumen AS untuk Maret yang dirilis pekan lalu secara tak terduga menunjukkan penguatan, menambah keraguan terhadap perkiraan penurunan suku bunga The Fed saat ini pada akhir tahun.

Data tekanan harga yang tidak menguntungkan ini muncul ketika laporan lain juga menunjukkan peningkatan inflasi pada awal tahun ini, sehingga menantang proyeksi terbaru The Fed yang memperkirakan tiga kali penurunan suku bunga untuk tahun 2024.


Siklus Pelonggaran Suku Bunga The Fed Diperkirakan Mulai September 2024

Gubernur BI Perry Warjiyo berdiskusi dengan Ketua Dewan Pengurus Bank Sentral AS (Chairman of the Federal Reserve), Jerome Powell, di sela-sela pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia, di Bali (13/10/2018). (Ilyas/Liputan6.com)

Investor yang sebelumnya memperkirakan penurunan suku bunga pada bulan Juni sekarang melihat bulan September sebagai waktu yang lebih tepat untuk memulai siklus pelonggaran, menyusul pembacaan inflasi konsumen yang lebih kuat dari perkiraan untuk ketiga kalinya.

Georgieva mengatakan perekonomian AS berhasil karena lebih inovatif, membuka ruang bagi kewirausahaan di tengah percepatan perubahan teknologi.

Pasar tenaga kerja AS juga bertahan dengan baik, dengan pasokan tenaga kerja didorong oleh imigrasi, yang pada gilirannya membantu menjaga pertumbuhan upah tetap terkendali, katanya.

"Jadi kencangkan ikat pinggangmu," katanya, seraya menambahkan; “Suatu saat kita akan mendarat".


Data Ekonomi Kuat, The Fed Bakal Tunda Pangkas Suku Bunga?

Bursa saham Asia Pasifik lesu pada perdagangan Kamis, (4/5/2023) usai the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat menaikkan suku bunga. (Foto: Jason Briscoe/Unsplash)

Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve tampaknya tidak akan memangkas suku bunga dalam waktu dekat.

Laporan ketenagakerjaan pada hari Jumat menegaskan kembali kekuatan pasar tenaga kerja AS yang tampaknya tak tergoyahkan dan menyarankan perlunya kehati-hatian lebih lanjut oleh The Fed.

Semua perhatian kini tertuju pada indeks harga konsumen AS yang akan dirilis pada hari Rabu besok (10/4) setelah tingkat inflasi tahunan pada bulan Februari menyentuh 3,2%, sedikit lebih tinggi dari perkiraan.

Hal ini terjadi ketika semakin banyak pelaku pasar yang meningkatkan kemungkinan tidak adanya penurunan suku bunga sama sekali pada tahun ini, termasuk Presiden Fed Minneapolis Neel Kashkari yang mengatakan pekan lalu bahwa tidak ada penurunan suku bunga yang mungkin terjadi jika inflasi terus bergerak sideways.

George Lagarias, kepala ekonom di Mazars, mengatakan bahwa penurunan suku bunga The Fed di musim panas kini tampaknya jauh lebih kecil kemungkinannya.

"Secara pribadi, saya tidak akan terkejut jika kita melihat penurunan suku bunga lebih sedikit dan mendorong lebih banyak penurunan suku bunga menjelang akhir tahun," kata Lagarias, dikutip dari CNBC International, Selasa (9/4/2024).

 

 


Penilaian Pasar

Ilustrasi the Federal Reserve (Brandon Mowinkel/Unsplash)

"Ini adalah perekonomian yang kuat. Jangan salah, negara ini didukung oleh hutang dan kartu kredit yang terbebani, namun perekonomiannya kuat. Jadi The Fed akan kesulitan menemukan alasan untuk segera menurunkan suku bunga," jelasnya dalam segmen CNBC Squawk Box Europe.

Alat FedWatch CME kini menunjukkan, penilaian pasar mencerminkan ketidakpastian yang sedang berlangsung, dengan kemungkinan penurunan suku bunga sekarang di bawah 50% untuk bulan Juni dan Juli mendatang, jauh lebih rendah dibandingkan pada awal bulan.

"The Fed telah menghukum dirinya sendiri sejak tahun 2021 ketika 'tim sementara' seolah-olah melakukan kesalahan. … Apa yang mereka rasakan adalah bahwa mereka tidak akan melakukan kesalahan lagi, yang berarti mereka lebih cenderung berbuat salah karena harus berhati-hati," sebut Lagarias.

"(Suku bunga The Fed) memang punya ruang untuk dipotong, tapi mereka tidak ingin melakukan kesalahan. Mereka tidak ingin menjadi The Fed yang memangkas suku bunga karena inflasi terus melampaui ekspektasi. Jadi mereka ingin melihat lebih banyak data ke arah yang benar dan mereka bersedia menunggu," tambahnya.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya