Pendiri Nio Singgung Fobia Amerika Serikat Terhadap Mobil Listrik China

William Li, pendiri Nio menyerukan pentingnya keterbukaan pasar di tengah ketegangan AS-China di mana para politisi berusaha membatasi akses mobil listrik China.

oleh Khizbulloh Huda diperbarui 15 Apr 2024, 20:27 WIB
NIO siap ekspansi pasar otomotif Eropa

Liputan6.com, Shanghai - Pendiri Nio, produsen kendaraan listrik asal China, menyampaikan pendapatnya terhadap kondisi ketegangan bisnis otomotif antara Amerika Serikat (AS) dan China, di mana para politisi kini tengah bersitegang untuk lebih membatasi akses China ke AS sebagai pasar mobil terbesar kedua di dunia.

Di sebuah acara di Universitas Harvard pada Sabtu (13/4/2024), William Li menyerukan pentingnya keterbukaan pasar. Ia mengatakan bahwa pertumbuhan kendaraan listrik yang pesat di China dihasilkan dari pasar yang terbuka dan kompetitif di mana semua produk diterima terlepas dari merek atau asal mereka.

Ia juga menyebutkan kesuksesan Tesla di China dengan catatan penjualan 1,36 juta kendaraan listrik dalam tiga tahun terakhir telah mendorong penetrasi kendaraan listrik dan memberikan energi baru pada industri otomotif. Ini juga mengisyaratkan bahwa China tidak membatasi produsen Amerika memasuki pasarnya.

"Persaingan akan menghasilkan investasi yang lebih besar, waktu mencapai titik impas yang lebih lama, margin kesalahan yang lebih sedikit, dan peluang keberhasilan yang lebih rendah," kata Li, seperti dikutip dari Reuters.

"Namun, kami tidak berharap China akan mengadopsi kebijakan untuk melindungi pemain dalam negeri karena kami juga melihat sisi lain dari hal ini, di mana keterbukaan pada akhirnya akan menguntungkan industri dan keberlanjutan, serta menjadikan perusahaan terbaik menjadi lebih baik," tambahnya.

Saat ini tidak ada kendaraan listrik buatan China yang dijual di pasar AS, kecuali milik induk perusahaan Geely Auto yang mengakomodasi merek seperti Volvo dan Polestar. Walau begitu, beragam upaya dilakukan AS untuk mencegah mobil listrik China masuk ke negaranya.

Upaya-upaya tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan pelarangan, penaikan tarif, tuduhan overkapasitas, hingga mengaitkannya pada isu keamanan. Diskusi mengenai kendaraan listrik China bahkan terus dibahas dalam parlemen AS.

Li mengatakan Nio tengah mempelajari kelayakan penjualan kendaraannya ke AS setiap triwulan. Berbeda dengan BYD yang mengatakan tidak berencana menjual mobilnya ke negara tersebut.


Ketegangan Barat atas Mobil Listrik China

Ketegangan meningkat antara China dan negara-negara Barat terkait ekspor kendaraan listrik China, yang menurut Washington dan Brussels disubsidi secara besar-besaran oleh negara dan dapat merugikan produsen mobil dalam negeri.

Presiden Joe Biden dari Partai Demokrat sedang mempertimbangkan menaikkan tarif kendaraan listrik China.

Sementara Senator Partai Republik Marco Rubio dan Senator Partai Demokrat Sherrod Brown telah menyoroti kekhawatiran terhadap kendaraan listrik murah China dan menekan Biden untuk bertindak agresif pada pekan lalu, termasuk atas dasar alasan keamanan nasional.

Pada awal April lalu, Menteri Keuangan AS, Janet Yellen, juga menyampaikan kekhawatiran akan overkapasitas industri China di bidang elektrifikasi dan energi baru melalui pertemuan langsung dengan Perdana Menteri China, Li Qiang.

Di lain sisi, Uni Eropa sedang menyelidiki pembuat kendaraan listrik China seperti BYD, Geely, dan SAIC yang dapat menyebabkan peningkatan tarif atas subsidi mobil listrik.


Infografis Selamat Datang Era Mobil Listrik di Indonesia

Infografis Selamat Datang Era Mobil Listrik di Indonesia. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya