Wilmar Group Beri Peluang Karier bagi Warga Lokal Batu Bara

PT Multimas Nabati Asahan (MNA) Kuala Tanjung, Wilmar Group terus berkomitmen menggandeng warga lokal dalam operasionalnya di Kabupaten Batubara, Sumatera Utara. Hingga saat ini, sebagian besar dari karyawan perusahaan berasal dari masyarakat setempat.

oleh Septian Deny diperbarui 15 Apr 2024, 19:30 WIB
PT Multimas Nabati Asahan (MNA) Kuala Tanjung, Wilmar Group terus berkomitmen menggandeng warga lokal dalam operasionalnya di Kabupaten Batubara, Sumatera Utara. Hingga saat ini, sebagian besar dari karyawan perusahaan berasal dari masyarakat setempat. (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta PT Multimas Nabati Asahan (MNA) Kuala Tanjung, Wilmar Group terus berkomitmen menggandeng warga lokal dalam operasionalnya di Kabupaten Batubara, Sumatera Utara. Hingga saat ini, sebagian besar dari karyawan perusahaan berasal dari masyarakat setempat. 

Pimpinan PT MNA Kuala Tanjung Eddy Kho menjelaskan, penyerapan warga lokal merupakan komitmen perusahaan dalam melaksanakan operasionalnya di Batubara. Hal itu dimaksudkan agar penanaman modal di wilayah tersebut memberikan dampak positif, sehingga perusahaan dan masyarakat dapat sama-sama berkembang.

Penyerapan warga lokal juga memberikan dampak positif, sehingga pihaknya terus berkomitmen mengembangkan sumber daya manusia (SDM) setempat.   

"Masyarakat lokal adalah salah satu bagian utama dari operasional perusahaan. Kami harus berkembang bersama agar perusahaan dapat naik peringkat," kata Eddy Kho dalam keterangan resminya. 

Menurut dia, warga lokal telah mengisi semua level dan posisi di perusahaan. Mereka telah memberikan kontribusi yang luar biasa terhadap perusahaan. Selain berkembang bersama, SDM asal Batu Bara juga telah banyak menjadi pemimpin di berbagai unit usaha Wilmar di Indonesia dan luar negeri.  

Langkah tersebut sesuai dengan tujuan pemerintah daerah dalam memberikan perlindungan kepada tenaga kerja daerah untuk memperoleh pekerjaan sesuai dengan keterampilan, kemampuan, minat dan bakat yang dimilikinya. Selain itu, penyerapan tenaga lokal juga bertujuan menciptakan iklim usaha yang kondusif melakui harmonisasi  hubungan masyarakat sekitar dan perusahaan, serta mencerminkan iklim investasi yang kondusif  dalam menarik lebih banyak investor.

 


Warga Lokal

PT Multimas Nabati Asahan (MNA) Kuala Tanjung, Wilmar Group terus berkomitmen menggandeng warga lokal dalam operasionalnya di Kabupaten Batubara, Sumatera Utara. Hingga saat ini, sebagian besar dari karyawan perusahaan berasal dari masyarakat setempat. (Istimewa)

Cost Control PT MNA Kuala Tanjung Jiki Supristyo adalah salah satu contoh warga lokal yang telah mengabdi di Wilmar Group selama hampir 25 tahun.

Pria yang berdomisili di Desa Kuala Tanjung, Kabupaten Batu Bara itu merasa bersukur karena diberikan kesempatan berkarya, sehingga dapat mengasah skill dan mendapatkan rejeki untuk keluarganya. Selama bekerja, dia mengaku telah mendapat kesempatan mengembangkan diri sehingga mampu menjadi seorang profesional. 

"Kami berharap PT MNA dapat berkembang menjadi perusahaan kelas dunia, sehingga kami dapat ikut berkembang bersamanya," ujar Jiki. 

Senada, karyawan Quality Control PT MNA Muhammad Nur adalah warga asli Desa Kuala Indah, Kabupaten Batu Bara yang telah menjadi karyawan perusahaan sejak 2020.  Dia merasa bersukur karena mendapat kesempatan untuk berkembang di perusahaan. "Harapannya, karyawan diberikan kesempatan yang lebih besar," ujar Muhammad Nur.


Wilmar Gaet 16.928 Petani Kelola Lahan Pertanian 20 Ribu Ha

PT Wilmar Padi Indonesia (WPI) terus berkomitmen menjalin kemitraan dengan petani padi melalui Farmer Engagement Program (FEP). Hingga Februari 2024, luas lahan kemitraan dengan petani mencapai 20 ribu hektare (ha), tersebar di 19 kabupaten di Jawa Timur, Banten, Lampung, Sumatera Utara dan Sumatera Selatan.

PT Wilmar Padi Indonesia (WPI) terus berkomitmen menjalin kemitraan dengan petani padi melalui Farmer Engagement Program (FEP). Hingga Februari 2024, luas lahan kemitraan dengan petani mencapai 20 ribu hektare (ha), tersebar di 19 kabupaten di Jawa Timur, Banten, Lampung, Sumatera Utara dan Sumatera Selatan. 

Peningkatan luas lahan kemitraan dengan petani tersebut bertambah signifikan dari 2023 yang hanya 8.903 ha. Hingga Februari lalu, perusahaan telah menggandeng  16.928 petani. Program tersebut telah dimulai pada 2021 dan lahan yang dikerjasamakan saat itu baru 617 ha.

“Program tersebut dapat berjalan dengan baik juga karena dukungan dari pemerintah daerah, dinas pertanian, perusahaan agri input dan gabungan kelompok tani (Gapoktan),” kata Rice Business Head PT WPI Saronto dikutip Senin (25/3/2024).

Dalam program itu, petani mendapatkan tiga fasilitas. Pertama berupa agri input, yaitu asuransi pertanian serta sarana dan prasarana produksi pertanian. WPI bekerjasama  pemerintah daerah yang memberikan subsidi untuk petani. Selain itu, perusahaan juga menggandeng perusahaan asuransi milik pemerintah dan swasta. Kedua, penerapan good agriculture practices (GAP). Berdasarkan pengalaman di lapangan, peningkatan produksi gabah petani rata-rata sebesar 15 persen setelah mendapat pendampingan. 

 Menurut Saronto, pihaknya berharap kemitraan dalam FEP dapat meningkat menjadi 30 ribu ha hingga akhir tahun ini. Hal itu diharapkan dapat sejalan dengan program pemerintah dalam meningkatkan produksi gabah dalam negeri.

“Kami berupaya mengikuti arahan pemerintah untuk ikut meningkatkan ketahanan pangan,” kata Saronto.  

Dia menambahkan, WPI juga memanfaatkan produk samping (by product) menjadi produk hilir yang dapat memberikan nilai tambah, seperti, bekatul, kulit, menir dan sekam. Produk samping tersebut dapat dimanfaatkan tepung beras hingga bahan bakar pengganti batu bara karena nilai kalorinya tinggi. 

 


1.500 Petani Sawit Swadaya di Siak Raih Sertifikat ISPO

Wilmar mendampingi 1.500 petani swadaya dari lima koperasi kelapa sawit di Siak, Riau dalam meraih sertifikat Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO). (Istimewa)

Wilmar mendampingi 1.500 petani swadaya dari lima koperasi kelapa sawit di Siak, Riau dalam meraih sertifikat Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO). Upaya itu dilakukan melalui pendekatan jurisdiksi (jurisdictional approach) Siak Hijau. Kemitraan tersebut diharapkan dapat membantu petani meningkatkan kemampuannya meraih keberlanjutan.

Lansekap Siak Hijau merupakan kolaborasi multi-stakeholder yang diinisiasi oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Siak, untuk mewujudkan pembangunan Kabupaten Siak yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Salah satu sektor yang menjadi prioritas dalam kolaborasi ini adalah pengembangan ekonomi kerakyatan berbasis kelapa sawit, dengan mengembangkan perkebunan yang berkelanjutan bagi petani swadaya. Kolaborasi itu dibentuk sebagai wujud dukungan swasta terhadap pelaksanaan kebijakan lansekap Siak Hijau, khususnya dalam memperkuat koordinasi dan sinergisitas program.

 Menurut Head Sustainability Wilmar Indonesia Pujuh Kurniawan, pihaknya telah mendampingi 1.500 petani swadaya yang mengelola kebun sekitar 2.500 hektare (ha). Mereka tergabung dalam lima koperasi petani swadaya. Dari jumlah itu, dua diantaranya telah mengantongi sertifikasi ISPO sejak 2019. Pada awal tahun ini, dua koperasi lainnya sedang dalam proses penyelesaian sertifikasi, dan satu koperasi sedang proses persiapan.

“Program ini dijalankan bersama PT Permodalan Siak (PERSI), dinas perkebunan, dan dinas lain yang terkait,” kata Pujuh dalam Workshop Sinergi Siak Hijau: Kolaborasi Stakeholder untuk mendukung Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan di Lanskap Siak Hijau pekan lalu.

 Selain di Siak, Wilmar juga melaksanakan pemberdayaan petani swadaya di beberapa propinsi, yaitu Jambi, Sumatera Utara, dan Kalimantan Barat. Pihaknya telah bermitra dan mendampingi 14 kelompok petani swadaya, dengan total jumlah petani mencapai 5.760 orang dan luas kebun 12.584 ha. Hingga saat ini sudah ada delapan kelompok petani swadaya yang telah berhasil mengantongi sertifikat ISPO, yang mencakup 8.588 ha kebun dari 3.525 petani swadaya.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya