Waspada Rupiah Jauhi 16.000 per Dolar AS

Pengamat pasar uang Ariston Tjendra memproyeksi rupiah berpotensi melemah terhadap dolar AS di hari kerja pertama pasca liburan lebaran.

oleh Tira Santia diperbarui 16 Apr 2024, 13:56 WIB
Karyawan menunjukkan uang rupiah dan dolar AS di Jakarta, Rabu (30/12/2020). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 80 poin atau 0,57 persen ke level Rp 14.050 per dolar AS. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta Pengamat pasar uang Ariston Tjendra memproyeksi rupiah berpotensi melemah terhadap dolar AS di hari kerja pertama pasca liburan lebaran.

"Indeks dolar AS saat ini sudah bergerak di atas kisaran 106. Selama libur lebaran di kisaran 105 dan sebelum lebaran di kisaran 104," kata Ariston Selasa (16/4/2024).

Menurutnya, sentimen penundaan pemangkasan suku bunga acuan AS dan tensi konflik geopolitik yang meninggi telah mendorong penguatan dolar AS belakangan ini.

Selama libur lebaran, rilis data inflasi konsumen AS bulan Maret lebih tinggi dari ekspektasi pasar, menurunkan ekspektasi bahwa the Fed akan melakukan pemangkasan dalam waktu dekat.

Konflik Iran Vs Israel

Selain itu, konflik di Timur Tengah terutama serangan balasan Iran yang langsung ke negara Israel menaikan ketegangan di wilayah tersebut.

Konflik itu juga mengundang kekhwatiran pasar akan munculnya perang baru dimana perang akan menyebabkan gangguan suplai, meningkatkan inflasi, memicu pelambatan ekonomi global sehingga pelaku pasar keluar dari aset berisiko dan masuk ke aset aman dan memicu penguatan dolar AS dan harga emas sebagai aset aman.

 


Menanti Data Ekonomi China

Pegawai menata mata uang rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta, Kamis (5/1/2023). Nilai tukar rupiah ditutup di level Rp15.616 per dolar AS pada Kamis (5/1) sore ini. Mata uang Garuda melemah 34 poin atau minus 0,22 persen dari perdagangan sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Ariston mengatakan, hari ini sekitar jam 9 pagi akan dirilis data PDB China kuartal pertama dengan perkiraan 4,8%.

Bila rilis di bawah angka tersebut, ini akan menambah tekanan untuk aset berisiko termasuk rupiah karena perekonomian China yang melambat bisa mempengaruhi perekonomian global.

"Rupiah berpotensi bergerak melemah ke arah Rp 16.000 terhadap dollar AS hari ini," pungkasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya