Liputan6.com, Jakarta - Pendeta Gilbert Lumoindong jadi sorotan karena diduga mengolok-olok soal salat dan zakat lewat khotbahnya. Kejadian viral karena sebuah potongan video yang beredar luas di dunia maya itu, lantas membuat Gilbert langsung mendatangi Jusuf Kalla (JK) selaku Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMII) di rumahnya yang berada di kawasan Jakarta Selatan, Senin, 15 April 2024.
Mengutip Tim News Liputan6.com, Selasa (16/4/2024), mantan Wakil Presiden RI ke-10 dan ke-12 itu menerima kunjungan pendeta Gilbert untuk menyampaikan klarifikasi sekaligus permohonan maaf atas pernyataannya yang viral di media sosial. JK menyebut hidup di Indonesia mesti saling menghargai satu sama lain, apapun agamanya harus bisa bertoleransi dan untuk mewujudkan hal itu maka harus ada rasa saling menghargai.
Advertisement
"Saya didatangi dan berjumpa dengan pendeta Gilbert dan juga teman-temannya. Saya ditemani oleh Prof Komaruddin dan Prof Imam, Sekjen DMI. Tadi kami dijelaskan oleh Pak Pendeta tentang video yang beredar yang menimbulkan tentu banyak pihak terkejut. Saya sih terkejut, kecewa juga waktu melihat itu," tutur Jusuf Kalla di kediaman pribadinya, Jalan Brawijaya, Jakarta Selatan.
Mengenai kronologi viralnya video tersebut, Pendeta Gilbert menjelaskan video yang beredar membuat salah paham karena telah dipotong. Video itu merupakan ibadah interen yang tidak berlaku untuk umum.
"Tetapi karena jemaat kita ada dua, ada jemaat gereja, ada jemaat online, jadi otomatis ada di YouTube kami. Tetapi itu jelas ada tulisan ibadah Minggu. Jadi karena itu sama sekali tidak dimaksudkan untuk umum," kata Gilbert.
Bahas Ibadah Umat Muslim
Adapun penjelasan yang ada di potongan video, menurutnya, tidaklah utuh, karena itu disalahpahami masyarakat. Pernyataannya secara lengkap justru berisikan autokritik untuk umat Kristiani. Ia menyebut, cara beribadah umat muslim sangat berat dibandingkan Kristen.
"Kenapa setengah mati? Karena berat, sehari lima kali. Kita orang Kristen seminggu sekali, sudah itu seminggu sekalinya juga duduknya santai-santai. Kalau ini (muslim) ada gaya-gayanya, gerakannya yang tidak boleh salah. Bahkan, saya garis bawahi terakhir bahwa lipat kaki buat umat muslim biasa sekali sampai mungkin Pak JK yang usianya 82 tahun masih bisa lipat kaki gitu," ungkapnya.
Sementara untuk umat Kristen, ujarnya, sangat sulit bagi yang memasuki usia tua untuk melipat kakinya. Apalagi, ibadah yang biasa dilakukan terbilang santai, hanya duduk dan minimal seminggu sekali.
"Kebetulan di umat Kristen ada kepercayaan misalnya tentang memberi 10 persen. Nah di pengetahuan saya 'wah umat muslim di situnya yang agak lebih gampang 2,5 persen'. Tapi setelah bicara sama Pak JK hari ini, dia bilang, 'Oh salah pendeta, 2,5 persen itu cuma zakat. Belum infaq, belum sedekahnya, belum wakafnya. Itu lebih berat lagi’,” tuturnya.
Advertisement
Minta Maaf ke Umat Islam
Pendeta Gilbert pun mengutarakan permohonan maafnya atas pernyataan yang semakin ramai diperbincangkan masyarakat secara luas, khususnya umat Islam. Dia pun berterima kasih kepada Jusuf Kalla dan mengucapkan mohon maaf lahir dan batin di momen Lebaran Idul Fitri 2024 ini.
"Pertama-tama, sebelum saya lanjutkan kalimat saya ini, saya dengan segala kerendahan hati meminta maaf karena kegaduhan yang ada. Karena sebetulnya kita lagi sibuk setelah pilpres, mau menyambut pilkada, dan baru saja merayakan Idul Fitri, hari raya yang baik, dan umat Kristen baru saja merayakan kebangkitan Kristus lalu menyambut kenaikan ke surga. Saya pikir ini suasana yang seharusnya baik," ungkap Gilbert.
"Jadi, untuk itu sekali lagi saya minta maaf atas kegaduhan ini, tapi percayalah, kebersamaan Indonesia selalu ada di hati saya dan di hati saya selalu ada persatuan karena dasar khotbahnya kalau didengar hari itu, itu justru tentang kasih, kasihlah sesamamu," kata dia.
Profil Pendeta Gilbert
Pria yang dikenal dengan nama lengkap Gilbert Emanuel Lumoindong, lahir pada tanggal 26 Desember 1966. Dia merupakan seorang kristiani taat yang bekerja sebagai seorang pendeta.
Mengutip dari laman Merdeka, Selasa (16/4/2024), dia bersama istrinya yang bernama I. Reinda M. Lumoindong adalah pemimpin jemaat pada Gereja Bethei Indonesia, Glow Fellowship Centre, di Jakarta. Gilbert mulai menjadi lebih dikenal oleh umat kristiani ketika dia bergabung dalam pelayanan Gospel Overseas (GO) Studio.
Pendeta Gilbert bekerja sebagai host program penyegaran rohani Agama Kristen di salah satu televisi swasta pada 1992 hingga 1997. Saat masih kecil, Gilbert mengidap suatu penyakit syaraf otak sampai dokter memvonisnya kalau kemampuan otaknya secara berangsur-angsur menurun.
Selain itu, kemampuan inteligensi Gilbert juga berkurang. Dia pun seringkali menangis sedih tiap kali dia melihat anak-anak berkebutuhan khusus yang bersekolah di dekat rumahnya di daerah Tebet, Jakarta. Seiringnya vonis dokter tersebut tentang penyakit syaraf otak yang diderita olehnya, orang tuanya mulai aktif mendatangi suatu Persekutuan Doa (PD) untuk memohon doa kepada Tuhan atas kesembuhan anak mereka.
Di samping orang tuanya, Gilbert pun kerap menghadiri suatu ibadah Kebaktian kebangunan Rohani (KKR) yang padahal diperuntukkan untuk orang dewasa. Akhirnya pada umur belum genap 10 tahun, Gilbet mengalami kesembuhan dan kemampuan otaknya berkembang secara drastis.
Gilbert pertama kali berkhotbah ketika dia diberi amanah untuk menjadi pembicara karena pembicara yang asli sedang absen. Gilbert yang telah menyelesaikan pelatihan School of Ministry yang dimiliki oleh Morris Cerullo dan pernah mengikuti kursus Alkitab di GBI Mawar Sharon mendapat pujian dan sambutan positif atas khotbahnya yang dinilai luar biasa.
Advertisement