Respons Serangan Iran ke Israel, PBB Desak Semua Tahan Diri

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres memperingatkan pihak-pihak yang bermusuhan pada pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB pada hari Minggu 14 April 2024 untuk tidak semakin meningkatkan ketegangan di wilayah tersebut dengan serangan lebih lanjut.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 16 Apr 2024, 13:20 WIB
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres (kiri) menyampaikan pidato pembukaan pada pertemuan darurat DK PBB mengenai situasi di Timur Tengah di markas besar PBB di New York City, AS [Charly Triballeau/AFP]

Liputan6.com, Jenewa - PBB telah meminta Iran dan Israel untuk menahan diri, mengingat ancaman konflik langsung skala penuh antara keduanya akan terjadi di Timur Tengah.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres memperingatkan pihak-pihak yang bermusuhan pada pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB pada hari Minggu 14 April 2024 untuk tidak semakin meningkatkan ketegangan di wilayah tersebut dengan serangan lebih lanjut, menyusul serangan udara timbal balik selama dua minggu terakhir. Namun, Iran dan Israel berkonsentrasi untuk saling menuduh sebagai ancaman terhadap perdamaian.

"Baik kawasan ini maupun dunia tidak mampu menanggung lebih banyak perang," kata Guterres pada pertemuan tersebut seperti dikutip dari Al Jazeera, Selasa (16/4/2024).

"Sekaranglah waktunya untuk meredakan dan deeskalasi ketegangan. Sudah waktunya untuk mundur dari tepi jurang," imbuhnya.

Iran meluncurkan ratusan drone dan rudal ke Israel pada Sabtu (13/4) malam waktu setempat. Perang di Gaza telah memicu bentrokan rutin antara sekutu regional Iran – seperti Hizbullah, Hamas, dan Houthi – dan Israel. Serangan langsung tersebut, yang merupakan balasan atas serangan – yang masih belum diklaim oleh Israel – terhadap kompleks kedutaan Iran di Suriah pada tanggal 1 April, menandai peningkatan eskalasi yang serius.

Pada pertemuan tersebut, Robert Wood, wakil duta besar AS untuk PBB, meminta badan beranggotakan 15 negara tersebut untuk secara tegas mengutuk serangan Iran. Dia menegaskan bahwa DK PBB mempunyai kewajiban untuk tidak membiarkan tindakan Iran dibiarkan begitu saja dan bahwa Amerika Serikat akan menjajaki langkah-langkah tambahan dalam beberapa hari mendatang untuk meminta pertanggungjawaban Iran.

"Biar saya perjelas: jika Iran atau proksinya mengambil tindakan terhadap Amerika Serikat atau mengambil tindakan lebih lanjut terhadap Israel, Iran akan bertanggung jawab," kata Robert Wood.

 


Adu Mulut Perwakilan Iran dan Israel di PBB

ilustrasi PBB (sumber: freepik)

Adu mulut terjadi antara Iran dan Israel pada pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB pada hari Minggu 14 April 2024, dan perwakilan mereka meminta dewan untuk menjatuhkan sanksi satu sama lain.

Duta Besar Iran untuk PBB, Amir Saeid Iravani, mengatakan tindakan negaranya terhadap Israel perlu dan proporsional. Dia mengklaim bahwa DK PBB "gagal dalam tugasnya menjaga perdamaian dan keamanan internasional" karena tidak mengutuk serangan Israel terhadap misi diplomatiknya di Suriah.

Teheran "tidak punya piliha"” selain merespons, katanya, seraya menambahkan bahwa negaranya "tidak menginginkan eskalasi atau perang” namun akan merespons ancaman atau agresi apa pun".

"Sudah waktunya bagi Dewan Keamanan untuk memikul tanggung jawabnya dan mengatasi ancaman nyata terhadap perdamaian dan keamanan internasional," kata Iravani, mendesak Dewan Keamanan untuk "mengambil tindakan mendesak dan menghukum untuk memaksa rezim ini [Israel] menghentikan genosida terhadap rakyatnya dari Gaza".

Duta Besar Israel untuk PBB Gilad Erdan mengatakan pada pertemuan tersebut bahwa Iran adalah "sponsor teror global nomor satu" dan ""negara bajak laut".

"Topengnya sudah lepas sehingga rasa berpuas diri dunia juga harus turun," lanjutnya. "Satu-satunya pilihan adalah mengutuk Iran… dan memastikan bahwa Iran tahu bahwa dunia tidak akan lagi berdiam diri."

"Serangan ini melewati garis merah dan Israel berhak membalas," kata Erdan .

Erdan meminta DK PBB untuk menunjuk Korps Garda Revolusi Islam, pasukan elit militer Iran, sebagai organisasi teroris dan “menerapkan semua kemungkinan sanksi terhadap Iran sebelum terlambat”.

 


Meningkatnya Ketegangan Israel-Iran Terjadi di Tengah Perang Gaza yang Sudah 6 Bulan

Ilustrasi Israel. (AFP Photo/Thomas Coex)

Meningkatnya ketegangan antara Iran dan Israel terjadi di tengah perang enam bulan Israel di Gaza, yang dimulai setelah serangan Hamas pada 7 Oktober di Israel, yang mengakibatkan kematian 1.139 orang, sebagian besar warga sipil.

Serangan balasan Israel telah menewaskan sedikitnya 33.729 orang di Gaza, sebagian besar perempuan dan anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan wilayah tersebut.


Serangan yang Belum Pernah Dilakukan Iran Sebelumnya

Rudal Khaibar-buster diluncurkan dari lokasi yang dirahasiakan di Iran, 10 Februari 2022. Iran meluncurkan rudal baru dengan jangkauan yang akan memungkinkannya mencapai pangkalan AS di wilayah tersebut serta target di dalam musuh bebuyutannya, Israel. (IMA Media via AP)

Sabtu, 13 April 2024, menandai sejarah baru dalam permusuhan Iran dan Israel. Hari itu, terjadi serangan langsung pertama Iran terhadap Israel.

"Pada hari ini (14/4), Angkatan Bersenjata Republik Islam Iran dalam hal menjalankan hak wajarnya untuk membela diri seperti yang diatur dalam Pasal 51 Piagam PBB dan sebagai tanggapan pembalasan terhadap agresi militer berulang-ulang rezim zionis, di mana menyebabkan kesyahidan para penasihat militer resmi Iran yang secara resmi hadir di Suriah atas undangan pemerintah Suriah dan beraktivitas di sana; serangkaian serangan militer dilakukan oleh Angkatan Bersenjata Iran terhadap pangkalan militer rezim zionis," demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Iran yang diterima Liputan6.com pada Minggu.

Iran menyatakan serangan tersebut merupakan balasan atas serangan militer Israel terhadap fasilitas diplomatik Iran di Damaskus, Suriah, pada 1 April. Dari tujuh pejabat Iran yang tewas, dua di antaranya adalah jenderal.

"Republik Islam Iran menggunakan kesempatan ini untuk menekankan kembali kepatuhannya terhadap prinsip-prinsip dan tujuan Piagam PBB serta hukum internasional. Begitu juga Iran menegaskan tekad tegasnya untuk mempertahankan kedaulatan, integritas, wilayah, dan kepentingan nasionalnya terhadap berbagai bentuk penggunaan ilegal kekuatan dan agresi," sebut Kemlu Iran.

"Tindakan defensif Republik Islam Iran dalam menjalankan haknya untuk membela diri menunjukkan pendekatan bertanggung jawab Iran terhadap perdamaian dan keamanan regional dan internasional pada saat tindakan ilegal dan genosida yang dilakukan oleh rezim apartheid zionis terhadap bangsa Palestina dan agresi militer terhadap pemerintah negara-negara di kawasan dengan tujuan memperluas api peperangan terus dilakukan rezim zionis."

Kemlu Iran menambahkan, "Apa bila diperlukan maka Republik Islam Iran tidak akan ragu untuk mengambil tindakan yang lebih defensif untuk melindungi kepentingan sahnya dari tindakan militer agresif dan penggunaan kekuatan ilegal."

Mengutip NPR, seorang pejabat senior militer Iran menyatakan "operasi" terhadap Israel telah berakhir dan tidak akan ada lagi serangan yang terjadi.

Sementara itu, dilansir BBC, Israel melalui menteri kabinet perangnya, Benny Gantz dilaporkan mempertimbangkan respons atas serangan Iran pada waktu yang tepat.

Juru bicara militer Israel Laksamana Muda Daniel Hagari seperti dilansir AP menuturkan Iran meluncurkan lebih dari 300 rudal dan drone peledak, namun 99 persen di antaranya berhasil dicegat dengan bantuan sekutu.

Menyebut hasil itu sebagai keberhasilan strategis yang sangat signifikan, Hagari merinci Iran menembakkan 170 drone peledak, lebih dari 30 rudal jelajah, dan lebih dari 120 rudal balistik. Dari jumlah tersebut, beberapa rudal balistik mencapai wilayah Israel, menyebabkan kerusakan kecil pada pangkalan udara.

Infografis Iran dan Israel Saling Serang Militer, Perdamaian Timur Tengah Terancam? (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya