Waspadai Penyakit Leptospirosis di Daerah Rentan Banjir

Leptospirosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri leptospira yang dapat menginfeksi pada manusia maupun hewan.

oleh Arie Nugraha diperbarui 17 Apr 2024, 13:00 WIB
Anak-anak bermain air saat banjir Rob melanda kawasan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman, Muara Baru, Jakarta Utara, Selasa (27/12/2022). Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono meminta masyarakat pesisir agar waspada menghadapi banjir Rob yang berdasarkan prediksi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta akan terjadi di kawasan pesisir Jakarta hingga 31 Desember 2022. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Bandung - Dinas Kesehatan Jawa Barat meminta warga yang daerah tempat tinggalnya kerap terjadi bencana banjir agar mewaspadai penyakit zoonosis bernama leptospirosis.

Menurut Ahli Kesehatan Dinas Kesehatan Jawa Barat, Elfi Cut Mutia, SKM.,MKM, leptospirosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri leptospira yang dapat menginfeksi pada manusia maupun hewan.

Manusia paling sering terinfeksi melalui kontak pekerjaan, atau kontak dengan urine hewan pengangkut, baik langsung atau melalui air atau tanah yang terkontaminasi.

"Risiko manusia terinfeksi tergantung pada paparan terhadap faktor risiko," terang Elfi dicuplik dari laman Dinas Kesehatan Jawa Barat, Senin, 15 April 2024.

Elfi menerangkan leptospirosis merupakan penyakit zoonosis yang dapat menimbulkan wabah jika tidak dilakukan upaya pencegahan sedini mungkin.

Manusia dapat terinfeksi Leptospirosis karena kontak secara lansung atau tidak langsung dengan urine hewan yang terinfeksi leptospira.

Beberapa manusia memiliki risiko tinggi terpapar leptospirosis karena pekerjaannya, lingkungan di mana mereka tinggal atau gaya hidup.

Risiko penularan dapat terjadi pada kelompok pekerjaan utama yang berisiko yaitu petani atau pekerja perkebunan, petugas pet shop, peternak, petugas pembersih, saluran air, pekerja pemotongan hewan, pengolah daging, dan militer.

"Kelompok lain yang memiliki risiko tinggi terinfeksi Leptospirosis yaitu adanya bencana alam seperti banjir dan peningkatan jumlah manusia yang melakukan olahraga rekreasi air," ungkap Elfi.

Namun, sebut Elfi, tidak semua orang yang terinfeksi leptospirosis akan langsung menunjukkan gejala. Bisa saja gejala baru muncul setelah penderita melewati masa inkubasi sekitar 10 hari.


Gejala Klinis

Gejala klinis dari penyakit leptospirosis adalah:

1. Demam tinggi hingga menggigil

2. Nyeri kepala

3. Nyeri otot, khususnya daerah betis

4. Sakit tenggorokan disertai batuk kering

5. Mata merah dan kulit menguning

6. Mual hingga muntah-munta dan disertai diare

"Pascamunculnya gejala, penderita leptospirosis biasanya akan pulih dalam waktu 1 minggu setelah sistem imunitas dapat mengalahkan infeksi," lanjut Elfi.

Namun, pada sebagian penderita bisa mengalami tahap ke dua dengan ditandai dada terasa nyeri,serta kaki dan tangan yang bengkak.

Selama terserang tahap ke dua, bakteri leptospira dapat menyerang organ lain seperti organ pada paru-paru, ginjal, otak dan jantung.

Elfi menyebutkan kenaikan kasus leptospirosis di Jawa Barat pernah terjadi pada tahun 2019 sebanyak 34 penderita dengan CFR 0 persen dan pada tahun 2020 terjadi kenaikan kasus leptospirosis menjadi sebanyak 55 penderita dengan CFR sebesar 16,4 persen, tahun 2021 terjadi penurunan kasus menjadi 14 penderita dengan CFR 14,3 persen.

Dari tahun 2015-2021, wilayah kabupaten yang sering menemukan adanya kasus leptospirosis adalah Kabupaten Bandung yang memang terdapat beberapa daerah yang merupakan daerah langganan banjir, sehingga merupakan faktor risiko terjadinya leptospirosis.

 


Pencegahan penularan leptospirosis

Leptospirosis sebenarnya dapat dicegah. Salah satunya dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Namun tidak ada salahnya menyimak selengkapnya dibawah ini:

1. Berperilaku hidup bersih dan sehat dengan menjaga kebersihan diri terutama setelah beraktivitas di lokasi yang berisiko terpapar leptospirosis.

2. Memberikan sosialisasi pentingnya menggunakan alat pelindung diri bagi pekerja yang bekerja di lingkungan yang berisiko leptospirosis.

3. Menjaga kebersihan lingkungan sekitar tempat tinggal, supaya tidak menjadi sarang tikus termasuk tempat penyimpanan air, penanganan sampah supaya tidak menjadi sarang tikus.

4. Sosialisasi ke masyarakatkan tentang bahaya leptospirosis terutama pada kelompok masyarakat yang memiliki resiko tinggi terpapar leptospirosis

Menurut dokter spesialis penyakit dalam Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, Primal Sudjana, menjelaskan bahwa saat musim hujan banyak genangan air ataupun banjir yang menjadi medium penularan penyakit leptospirosis.

Bakteri Leptospira masuk ke dalam tubuh melalui luka di kulit, kulit yang tidak utuh atau selaput mulut atau mata.

Untuk penularan melalui selaput mulut dan mata, sebut Primal, dapat terjadi apabila terciprat air yang terkontaminasi bakteri tersebut.

Saat seseorang terkena leptospirosis yang paling dominan adalah mengeluhkan nyeri otot. Lalu, orang tersebut mengalami demam dan kuning.

"Karena menyebabkan gangguan hati dan mungkin juga dengan pendarahan. Pendarahan biasanya yang paling sering, itu pendarahan lewat saluran kencing, kemerahan. Kemudian kalau memang berlanjut, sering dengan gagal napas. Jadi, ada komplikasi dengan radang paru-parunya," ujar Primal Sudjana.

 


Bisa Meninggal

Sebagian besar pasien yang meninggal dunia akibat leptospirosis terjadi karena gagal napas, radang paru dan gagal ginjal. Masyarakat di kawasan rawan banjir yang paling rentan terpapar leptospirosis.

Hampir dipastikan banjir membawa bakteri Leptospira dari sarang tikus ke daera lain melalui air. Tidak hanya di kawasan banjir, kondisi air yang mengalir juga kemungkinan terserang penyakit tersebut sangat tinggi.

"Kan kalau banjir, bakteri Leptospira yang rutin dikeluarkan dari ginjal tikus di sarangnya terbawa oleh air. Nah, kalau banjir kan, banyak juga yang tidak memakai sepatu bot atau pelindung lain. Sama saja kalau terjadi di arus deras, pasti terbawa. Kita tidak tahu kan waktu air mengalir deras, ada benda yang menggores kulit kita. Kalau ada luka, kemungkinan dapat masuk bakterinya," jelas Primal.

Tikus yang paling menjadi hewan pengerat paling sering terjadinya leptospirosis. Mengingat tikus banyak berkembang biak di sekitar pemukiman penduduk.

Adanya populasi tikus tersebut kata Primal, adanya sampah organik berupa sisa makanan. Sehingga, jumlah populasi tikus dipastikan akan terus bertambah.

Primal mengingatkan kepada seluruh masyarakat pada musim hujan ini, agar segera membersihkan lokasi tempat tinggalnya terutama genangan-genangan sisa banjir yang dapat pula menyebarkan penyakit kencing tikus tersebut.

Apabila terdapat warga yang mengalami demam, maka segera dibawa ke tempat medis terdekat.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya