Beban Subsidi Naik Rp 4 Triliun Tiap Harga Minyak Naik USD 1 per Barel

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengungkap besaran beban subsidi dan kompensasi yang harus ditanggung pemerintah dari kenaikan harga minyak dunia

oleh Arief Rahman H diperbarui 16 Apr 2024, 21:29 WIB
Pertamina Patra Niaga kembali menyesuaikan harga bahan bakar minyak (BBM) non subsidi. Harga BBM kembali turun mulai 1 Desember 2023. Dok Pertamina

Liputan6.com, Jakarta Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengungkap besaran beban subsidi dan kompensasi yang harus ditanggung pemerintah dari kenaikan harga minyak dunia. Tak tanggung-tanggung, ada biaya jumbo atas hitungannya.

Arifin menghitung, ketika harga mingak dunia naik USD 1/barel maka beban subsidi dan kompensasi pemerinrah bisa naik Rp 3,5-4 triliun. Belum lagi jika ditambah dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

"Kalau harga minyak naik 1 dollar (per barel) itu bisa naik sekitar Rp 3,5-4 triliun untuk kompensasi dan subsidi. Belum lagi kalau rupiah tiap naik 1 dolar, Rp 100 juga cukup besar," ungkap Arifin di Istana Negara, Jakarta, Selasa (16/4/2024).

Dia mengatakan, melihat besarnya pengaruh kenaikan harga minyak dunia dan beban keuangan negara tadi, masyarakat perlu hemat energi. Utamanya menghemat penggunaan energi fosil seperti BBM.

"Makanya kita harus hemat energi, efisiensi energi ini harus terus di canangkan di kerjain dan diprogramkan," tegasnya.

Pemerintah Kesulitan

Dia mengaku cukup sulit untuk menjaga alokasi subsidi BBM tidak bengkak ketika ada kenaikan harga minyak dunia. Pasalnya, harga minyak dan kurs atau nilai tukar menjadi variabel yang tak bisa diatur.

"Jadi kita harus lakukan satu efisensi apa yang bisa kita lakukan, kemudian alternatif energi, apa energi yang bisa kita manfaatkan di dalam negeri untuk bisa menggantikan itu, dampak (bengkaknya subsidi) itu bisa kita redam," kata dia.

"Tapi itu gak bisa dalam waktu pendek, tapi program itu sudah ada. sudah kita programkan dan juga dijalankan dan mungkin kecepatannya ditambah," sambungnya.

 


Harga BBM Tak Naik sampai Juni 2024

Sejumlah kendaraan mengantri di SPBU kawasan Kuningan, Jakarta, Sabtu (3/9/2022). Pemerintah akhirnya menaikan harga BBM bersubsidi, Adapun harga BBM yang mengalami kenaikan yaitu Pertalite menjadi Rp 10.000 per liter, harga solar menjadi Rp 6.800 per liter dan Pertamax menjadi Rp 14.500 per liter. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengamini ada dampak terhadap harga minyak dunia dari serangan Iran ke Israel beberapa waktu lalu. Dampaknya, bisa dirasakan pada beban pada harga BBM.

Diketahui, sejumlah menteri sektor ekonomi telah dipanggil Presiden Joko Widodo (Jokowi) guna membahas dampak dari memanasnya konflik di Timur Tengah. Termasuk terhadap dampak kepada BBM di Indonesia.

Arifin mengatakan pemerintah masih berencana untuk menahan harga BBM setidaknya hingga Juni 2024 memdatang. Baik untuk BBM bersubsidi seperti solar dan Pertalite, atau BBM non subsidi seperti Pertamax Cs.

"Sekarang kita tahan, sementara stok aman," kata Arifin di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (16/4/2024).

 


Pantau Perkembangan

Sejumlah kendaraan mengantri di SPBU kawasan Kuningan, Jakarta, Sabtu (3/9/2022). Pemerintah akhirnya menaikan harga BBM bersubsidi, Adapun harga BBM yang mengalami kenaikan yaitu Pertalite menjadi Rp 10.000 per liter, harga solar menjadi Rp 6.800 per liter dan Pertamax menjadi Rp 14.500 per liter. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Informasi, rencana menahan harga BBM ini sudah dilakukan sejak beberapa waktu lalu. Konflik Iran-Israel malah menjadi salah satu tantangan terbaru.

Arifin menyebut masih akan memantau pergerakan dari harga minyak dunia dan pengaruhnya. Dia berharap, konflik Iran-Israel tak semakin memanas kedepannya.

"Kita lihat perkembangannya ke depanya mudah-mudahan gak ada eskalasi konflik Iran-Israel," tegasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya