Jelang Halving Harga Bitcoin Tak Bergairah, Bagaimana Potensi ke Depan?

Likuidasi besar-besaran yang terjadi memperparah penurunan Bitcoin dan aset kripto lainnya, terutama likuidasi yang melibatkan investor atau trader dengan margin, leverage, atau lending borrowing di DeFi.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 18 Apr 2024, 06:00 WIB
Harga Bitcoin (BTC) tengah berada dalam situasi konsolidasi sehingga menyeret seluruh pasar kripto masuk ke dalam zona merah. (Foto: Visual Stories/Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Harga Bitcoin (BTC) tengah berada dalam situasi konsolidasi sehingga menyeret seluruh pasar kripto masuk ke dalam zona merah. Likuidasi besar-besaran terjadi di pasar kripto, membuat banyak investor khawatir. 

Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur menuturkan, sentimen utama penurunan kali ini terkait situasi geopolitik yang terjadi di Timur Tengah. Isu potensi peperangan lanjutan antara Israel dan Iran membuat investor melepas aset kripto. 

Likuidasi besar-besaran yang terjadi memperparah penurunan Bitcoin dan aset kripto lainnya, terutama likuidasi yang melibatkan investor atau trader dengan margin, leverage, atau lending borrowing di DeFi. 

Selain itu meningkatnya arus keluar ETF Bitcoin yang tinggi sejak awal April cukup berpengaruh. Di luar sentimen eksternal, secara tren harga Bitcoin menjelang halving, jika sejarah terulang kembali, BTC mungkin akan mengalami penurunan harga sebelum mendapatkan momentum untuk bull run. 

Tren penurunan ini bukan hal yang tidak terduga, karena BTC yang mengikuti tren historis menjelang halving mendatang. Bitcoin perlahan-lahan beralih dari fase “Pre-Halving Rally” ke fase “Pre-Halving Retrace” yang cenderung terjadi 28 hingga 14 hari sebelum peristiwa halving. 

"Fase ini mengakibatkan penurunan harga masing-masing sebesar 38% dan 20% pada 2016 dan 2020,” kata Fyqieh kepada Liputan6.com, Kamis (18/4/2024).

Sejarah Bitcoin menunjukkan penurunan besar-besaran sebelum berkurang separuhnya yang diikuti oleh reli besar-besaran. BTC memiliki dukungan kuat di dekat angka USD 60.000. Harga Bitcoin mungkin akan rebound setelah menyentuh level tersebut. Namun, jika gagal menguji support tersebut dan berada di bawahnya, maka kemungkinan BTC mencapai USD 58.000. 

“Meskipun harga BTC mungkin akan mengalami koreksi harga lagi, dalam jangka panjang tampak bullish,” jelasnya.

Khususnya, setelah fase Pre-Halving Retrace, BTC akan memasuki fase akumulasi ulang. Fase akumulasi mungkin akan berlangsung selama hampir 5 bulan. Rentang akumulasi ulang ini yang dapat meningkatkan harga Bitcoin mencapai harga tertinggi baru. 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.


Dominasi Pasar Bitcoin Sempat Sentuh Level Tertinggi dalam 3 Tahun

Ilustrasi bitcoin (Foto: Vadim Artyukhin/Unsplash)

Sebelumnya, dominasi kapitalisasi pasar Bitcoin telah mencapai level tertinggi dalam tiga tahun karena altcoin merasakan tekanan harga baru. Data dari Cointelegraph Markets Pro dan TradingView menunjukkan pangsa Bitcoin dari total kapitalisasi pasar kripto melonjak menjadi 56,3% pada 12 April.

Dilansir dari Cointelegraph, Rabu (17/4/2024), altcoin mengalami penurunan setelah penurunan harga BTC Aksi harga BTC menderita hingga akhir pekan dengan aliran likuidasi yang membawa BTC di bawah USD 65.300 atau setara Rp 1,05 miliar (asumsi kurs Rp 16.258 per dolar AS).

Namun, pada saat yang sama, altcoin menghadapi kondisi yang jauh lebih buruk, data menunjukkan banyak dari dua puluh cryptocurrency teratas berdasarkan kapitalisasi pasar turun lebih dari 15%.

Dengan melakukan hal tersebut, altcoin melepaskan pangsa pasar kripto ke Bitcoin, dan harga tertinggi baru-baru ini menandai pasar kripto yang paling berat terhadap Bitcoin sejak April 2021.

Para crypto trader termasuk di antara mereka yang mencatat perbedaan penarikan antara Bitcoin dan altcoin dalam beberapa hari terakhir. 

Harapan Alt Season

Secara historis, pasar bullish Bitcoin cenderung mengalami terobosan dominasi pada tahap awal, dengan altcoin kemudian menyusul setelah BTC mengalami periode konsolidasi yang berkepanjangan.

Sejauh ini pada 2024, altcoin, meskipun berkinerja baik, belum pernah mengalami kondisi seperti itu untuk jangka waktu yang berarti. Namun, memperkirakan apa yang akan terjadi selanjutnya.

 


Harga Kripto Bergejolak Jelang Halving Bitcoin, Investor Harus Apa?

Ilustrasi bitcoin (Foto: Kanchanara/Unsplash)

Sebelumnya, halving Bitcoin bakal terjadi tidak lama lagi. Aset kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar ini telah melalui fluktuasi harga yang cukup menarik setidaknya dalam sepekan terakhir.

Financial Expert Ajaib Kripto, Panji Yudha menilai, peristiwa halving bitcoin menimbulkan antisipasi besar karena dapat menciptakan ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan. Kemudian ikut berpotensi memicu lonjakan bullish Bitcoin dalam jangka panjang.

Dalam sejarah halving sebelumnya, Bitcoin selalu mengalami kenaikan fantastis setahun setelah halving, besar potensi untuk melampaui harga tertinggi di USD 73.250 dalam beberapa bulan usai halving.

"Bitcoin Halving keempat akan terjadi pada Block 840.000. Saat ini, block Bitcoin telah mencapai 839.410 yang artinya 590 Block lagi menuju Bitcoin Having keempat yang akan terjadi di sekitar 20 April 2024,di mana akan memotong hadiah(reward) kepada penambang Bitcoin (BTC) dari 6,25 BTC menjadi 3.125 BTC per block," tutur Panji dalam keterangan resmi, Rabu (17/4/2024).


Dua Strategi

Ilustrasi Bitcoin (Liputan6.com/Sangaji)

Perlu diperhatikan juga adalah sikap yang diambil oleh para investor kripto. Panji mengatakan, dalam situasi pasar yang penuh antisipasi ini, investor harus memperhatikan dengan cermat setiap perkembangan pasar secara keseluruhan. 

Ada dua strategi untuk menghadapi ketidakpastian pasar. Buy The Dip, aksi membeli muatan jika Bitcoin mengalami penurunan signifikan. Selain itu, ada cara Dollar Cost Averaging (DCA).

"(DCA) dengan melakukan pembelian secara berkala, investor tidak perlu mencoba memprediksi waktu yang tepat untuk membeli aset, yang dapat mengurangi risiko kehilangan peluang atau membuat keputusan yang buruk karena fluktuasi harga yang cepat," tegasnya. 

 

INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya