Tragedi Banjir di Dubai: 20 Nyawa Melayang Akibat Hujan Terparah dalam 75 Tahun

Tragedi banjir di Dubai disebabkan hujan terparah selama 75 tahun terakhir

oleh Sulung Lahitani diperbarui 17 Apr 2024, 16:49 WIB
Para pria memberi isyarat ketika mereka mencoba menarik kendaraan keluar dari banjir di Dubai, Uni Emirat Arab, Selasa 16 April 2024. (Jon Gambrell/AP)

Liputan6.com, Jakarta Hujan deras melanda Uni Emirat Arab, membanjiri jalan raya utama dan mengganggu penerbangan di bandara internasional Dubai – yang oleh pemerintah digambarkan sebagai curah hujan terbesar dalam 75 tahun terakhir. Hujan mulai turun pada Senin malam, dan pada Selasa malam, curah hujan lebih dari 142 mm telah membasahi kota gurun Dubai – biasanya merupakan jumlah rata-rata hujan yang turun dalam satu setengah tahun.

Menurut laporan Guardian, hujan juga turun di Bahrain, Oman, Qatar, dan Arab Saudi, meskipun curah hujannya sangat signifikan di UEA. Rata-rata curah hujan mencapai 94,7 mm dalam setahun di bandara internasional Dubai, bandara tersibuk di dunia untuk perjalanan internasional dan hub bagi maskapai penerbangan jarak jauh Emirates, yang mengalami “gangguan signifikan”, katanya pada hari Rabu pada Twitter.

Ahmed Habib, seorang ahli meteorologi, mengatakan kepada Bloomberg bahwa peningkatan curah hujan di UEA mungkin disebabkan oleh praktik “penyemaian awan” di mana pesawat kecil yang dioperasikan pemerintah melepaskan semburan garam ke awan yang berpotensi meningkatkan tingkat curah hujan.

Beberapa wilayah pedalaman UEA mencatat curah hujan lebih dari 80 mm selama 24 jam hingga pukul 8 pagi pada hari Selasa, mendekati rata-rata tahunan sekitar 100 mm. Hujan jarang terjadi di UEA, di semenanjung Arab yang gersang, namun terjadi secara berkala selama bulan-bulan musim dingin yang lebih sejuk.

Rumah-rumah terendam banjir dan kendaraan-kendaraan ditinggalkan di jalan raya di Dubai ketika pihak berwenang mengirim truk tanker ke jalan-jalan untuk memompa air. Banyak jalan dan daerah lain yang kekurangan drainase karena kurangnya curah hujan yang teratur.

Pusat perbelanjaan utama Dubai Mall dan Mall of the Emirates dilanda banjir, dengan air setinggi pergelangan kaki di setidaknya satu stasiun Metro Dubai, menurut gambar yang diposting di media sosial.

 


Imbauan menjauhi daerah banjir oleh pemerintah setempat

Sebuah kendaraan melewati banjir di Dubai, Uni Emirat Arab, Selasa 155 April 2024. (Jon Gambrell/AP)

Pusat Meteorologi Nasional dalam sebuah postingan di Twitter mendesak warga untuk “mengambil semua tindakan pencegahan … dan menjauh dari daerah banjir dan penumpukan air”. Kantor media pemerintah UEA memposting di akun Twitter-nya bahwa hujan lebat tersebut merupakan peristiwa iklim yang “luar biasa”. Hujan diperkirakan akan turun lebih banyak lagi.

Di Ras Al Khaimah, emirat paling utara di negara itu, polisi mengatakan seorang pria berusia 70 tahun tewas ketika kendaraannya tersapu air banjir.

Sekolah-sekolah ditutup di seluruh UEA dan diperkirakan akan tetap tutup pada hari Rabu. Pemerintah Dubai juga memperpanjang masa kerja jarak jauh bagi para karyawannya hingga hari Rabu. Bandara internasional Dubai juga mengalihkan beberapa penerbangan masuk pada hari Selasa.

 


Kurangnya drainase sebabkan banjir yang parah

Burj Al-Arab dilihat dari Souk Madinat Jumeirah, Dubai, Uni Emirat Arab (UEA). (Liputan6.com/Asnida Riani)

Sebelumnya sistem cuaca menyebabkan banjir di Bahrain, dan menyebabkan 18 orang tewas di Oman, di tepi timur semenanjung Arab, pada hari Minggu dan Senin, menurut Agence France-Presse, termasuk 10 anak sekolah yang tersapu kendaraan bersama orang dewasa.

UEA, yang sangat bergantung pada pabrik desalinasi yang haus energi untuk menyediakan air, memulai operasi penyemaian awan pada tahun 2002 untuk mengatasi masalah keamanan air, namun kurangnya drainase di banyak daerah dapat memicu banjir.

Penyemaian awan melibatkan penggunaan pesawat atau drone untuk menambahkan partikel kecil perak iodida, yang memiliki struktur mirip es, ke awan. Tetesan air berkumpul di sekitar partikel, mengubah struktur awan dan meningkatkan kemungkinan terjadinya presipitasi.

Eksperimen penyemaian awan telah dilakukan sejak tahun 1940-an, namun hingga saat ini hanya ada sedikit kepastian bahwa metode tersebut akan memberikan dampak positif.

 


Cuaca ekstrem terjadi di seluruh dunia

Umat Muslim melaksanakan sholat Tahajud selama Malam Lailatul Qadar di Masjid Naif, Dubai (5/5/2021). 10 hari menjelang berakhirnya bulan Ramadhan, umat muslim melakukan Itikaf untuk meraih malam kemuliaan (Lailatul Qadar) dengan membaca Alquran, Shalat Tahajud dan berzikir. (AFP/Karim Sahib)

Kerusakan iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia menyebabkan terjadinya cuaca ekstrem di seluruh dunia, sehingga menyebabkan bencana yang lebih sering dan mematikan, mulai dari gelombang panas, banjir, hingga kebakaran hutan. Setidaknya selusin peristiwa paling serius dalam dekade terakhir tidak mungkin terjadi tanpa pemanasan global yang disebabkan oleh manusia.

Curah hujan ekstrem lebih sering terjadi dan lebih intens karena kerusakan iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia di sebagian besar dunia. Hal ini karena udara yang lebih hangat dapat menampung lebih banyak uap air. Banjir kemungkinan besar akan menjadi lebih sering dan parah di lokasi-lokasi tersebut.

Infografis Habis Hujan Deras Terbitlah Banjir Jakarta (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya