Peneliti Kaitkan Makanan Laut dengan Senyawa Kimia Berbahaya 'Forever Chemicals', Apa Itu?

Suatu penelitian dari Dartmouth College memperingatkan bahwa mengkonsumsi makanan laut secara rutin dapat membuat tubuh terpapar senyawa "Forever Chemicals" seperti PFAS. Ini penjelasannya.

oleh Najma Ramadhanya diperbarui 01 Mei 2024, 21:14 WIB
Seafood (Sumber: freepik.com/bearfotos)

Liputan6.com, Inggris- Para penggemar lobster, udang, ikan tuna, dan makanan laut lainnya harus lebih berhati-hati, karena menurut sebuah studi baru, ada potensi kerugian dari mengonsumsi makanan laut.

Para ilmuwan dari Dartmouth College di Inggris mengungkapkan bahwa mengonsumsi makanan laut secara berlebihan dapat membuat orang terpapar "Forever Chemicals" atau "Bahan Kimia Selamanya" atau zat yang disebut per-and polyfluoroalkyl substances (PFAS), seperti dikutip dari WION, Rabu (1/5/2024).

Studi tersebut mencatat bahwa meskipun pedoman untuk konsumsi makanan laut yang aman terkait dengan merkuri dan kontaminan lainnya, namun belum ada pedoman khusus terkait "Bahan Kimia Selamanya".

"Tidak mengonsumsi makanan laut sama sekali juga tidak direkomendasikan, karena makanan laut merupakan sumber protein tanpa lemak dan asam lemak omega. Namun, makanan laut juga merupakan sumber paparan PFAS yang tidak dianggap serius oleh manusia," jelas Megan Romano, penulis korespondensi dan Profesor Epidemiologi di Dartmouth College's Geisel School of Medicine di Inggris.

Studi ini juga menganalisis 26 jenis PFAS yang berbeda dalam hewan-hewan laut yang sering dikonsumsi seperti ikan kod, haddock, lobster, salmon, kerang, udang, dan ikan tuna, dengan kesimpulan bahwa udang dan lobster memiliki tingkat konsentrasi PFAS paling tinggi.

 


Jumlah Rata-rata PFAS yang Terkandung

lobster. (Foto: AP/Robert F. Bukaty, Arsip)

Studi ini yang diterbitkan dalam jurnal yang bertajuk Exposure and Health, menemukan bahwa bahan kimia PFAS tertentu hadir dalam jumlah rata-rata 1,74 dan 3.30 nanogram per gram daging pada udang dan juga lobster.

Senyawa-senyawa tersebut atau yang disebut dengan "Forever Chemicals", dikenal karena degradasi secara bertahap-tahap dari waktu ke waktu, merupaam bahaya besar bagi kesehatan manusia dan juga lingkungan.

"Memahami timbal balik antara risiko dan manfaat dari konsumsi makanan laut ini penting bagi orang-orang yang membuat keputusan tentang pola makan, terutapa bagi populasi yang rentan seperti wanita hamil dan anak-anak," tambah Romano.

Berbagai penelitian juga telah mengaitkan paparan PFAS dengan berbagai masalah kesehatan, termasuk kanker, kelainan pada janin, kolestrol yang tinggi, serta gangguan tiroid, hati, dan reproduksi.

Terlepas dari potensi risikonya, saat ini masih belum ada pedoman yang ditetapkan untuk konsumsi makanan laut yang aman terkait PFAS.


Paparan PFAS Lainnya

Ilustrasi zat kimia (Foto: PublicDomainPictures/ Pixabay)

Menurut Agency for Toxic Substances and Disease Registry, PFAS juga bisa terpaparkan melalui beberapa sumber makanan maupun non-makanan di bawah ini, seperti dilansir dari atsdr.cdc.gov, Senin (29/4/2024);

  • Meminum air dari sumber air minum umum atau sumur pribadi yang terkontaminasi PFAS
  • Memakan ikan yang ditangkap dari air yang terkontaminasi oleh PFAS
  • Tanpa sengaja menelan atau menghirup tanah atau debu yang terkontaminasi
  • Makan makanan yang diproduksi di dekat tempat-tempat di mana PFAS digunakan atau dibuat (daging, susu, dan sayuran tertentu)
  • Makan makanan yang dikemas dalam bahan yang mengandung PFAS
  • Tanpa sengaja menelan sisa atau debu dari produk konsumen yang mengandung PFAS seperti karpet tahan noda dan pakaian tahan air.

Penelitian juga menunjukkan bahwa paparan PFOA dan PFOS dari produk konsumen saat ini umumnya lebih rendah daripada paparan dari air minum yang terkontaminasi PFAS. Adapun beberapa produk yang mungkin menganduk PFAS meliputi pakaian tahan air, produk pembersih, produk perawatan pribadi dan kosmetik, dan cat serta vernis.

 


Cara Mengurangi Paparan PFAS

Ilustrasi senyawa kimia. (dok. unsplash/Novi Thedora)

Paparan PFAS bisa dikurangi dengan berbagai cara.

Jika air minum terlanjur terkontaminasi di atas tingkat yang ditentukan oleh pemerintah negara bagian, gunakan sumber air alternatif untuk minum, menyiapkan makanan, memasak, menyikat gigi, dan kegiatan lain dimana Anda mungkin mengkonsumsi air.

Jika belum bisa mengetahui apakai air terkontaminasi atau tidak, tanyakan kepada departemen kesehatan lokal.

Memakan ikan atau hewan buruan lain yang terkontaminasi juga sebaiknya dihindari. Untuk mengetahui peringatan mengenai ikan atau hewan buruan lain di daerah juga bisa diperiksakan dengan departemen kesehatan lokal.

Mengikuti peringatan yang berlaku mengenai produk pertanian di daerah yang mungkin terkontaminasi dengan PFAS juga sangat dianjurkan, karena PFAS berada pada tingkat rendah di beberapa makanan dan lingkungan, dan penghapusan paparan secara penuh masih tidak mungkin.

Infografis tren makanan konsumen GoFood. (Dok. GoFOOD)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya