Menakar Dampak Konflik Iran-Israel terhadap Bursa Saham Indonesia

Head of Institutional Research Sinarmas Sekuritas, Isfhan Helmy menuturkan, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang tertekan usai libur panjang Lebaran karena koreksi wall street.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 18 Apr 2024, 17:58 WIB
Peluncuran lebih dari 300 drone dan rudal Iran ke Israel pada akhir pekan lalu menandakan peningkatan yang signifikan, sehingga mendorong investor untuk memantau dengan cermat tanggapan Israel. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Meningkatnya eskalasi konflik Iran-Israel, pasar minyak bersiap menghadapi potensi volatilitas. Peluncuran lebih dari 300 drone dan rudal Iran ke Israel pada akhir pekan lalu menandakan peningkatan yang signifikan, sehingga mendorong investor untuk memantau dengan cermat tanggapan Israel.

Harga minyak mentah Brent meski melonjak ke level tertinggi dalam enam bulan di USD 92,18 per barel sebagai antisipasi tindakan pembalasan, dampak sebenarnya terhadap pasar lebih terkendali. Head of Institutional Research Sinarmas Sekuritas, Isfhan Helmy memprediksi dampak eskalasi konflik timur Tengah tidak begitu berpengaruh secara langsung terhadap bursa saham Indonesia.  

"Menurut kami penurunan IHSG yang terjadi pada pembukaan perdagangan hari pertama pasca libur lebaran semata untuk memfaktorkan penurunan bursa saham AS sepanjang pekan libur lebaran," kata Isfhan dalam keterangan resmi, Kamis (18/4/2024).

Ia menilai, tekanan jual investor asing pun relatif terbatas. Di mana pada perdagangan Selasa, 16 April 2024, kemarin tercatat outflows signifikan hanya pada saham Bank Central Asia (BBCA), dan Bank Rakyat Indonesia (BBRI). SimInvest "Kami melihat ini hanya menjadi trend bearish sementara bagi IHSG dan justru sebaiknya merupakan peluang untuk masuk pada emiten-emiten berfundamental bagus," imbuh Isfhan.

Saham Pilihan

Pada kondisi ini, SimInvest rekomendasikan buy Indofood CBP Tbk (ICBP) dengan target harga Rp 12.750 per saham, 26% potensi kenaikan. Kemudian buy saham PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) dengan target harga Rp 3.250 per saham, 16% potensi kenaikan. Lalu buy PT Mayora Indah Tbk (MYOR) dengan harga Rp 2.820, 21% potensi kenaikan.

"Untuk sektor perbankan kami menyukai Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) buy dengan TP pada Rp 8.150, 22% potensi kenaikan. Dan BBNI buy dengan TP Rp 6,475, 22% potensi kenaikan)," ujar Isfhan.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

 

 

 


Dampak Ketegangan Iran-Israel

Kementerian Luar Negeri Iran mengungkap alasan penyerangan balik ke Israel (AP).

SimInvest juga melihat potensi reversal di Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) dikarenakan valuasi sudah menyentuh level 2 st. Deviasi di bawah rata-rata P/E 5-tahun di 11.7x. Sinarmas Sekuritas merekomendasikan buy untuk TLKM dengan TP Rp 4.200, 30% potensi kenaikan).

Investor diharapkan agar tetap tenang dan memanfaatkan penurunan harga saham saat ini sebagai entry point dengan harga yang terdiskon.

Penghancuran lebih awal terhadap sebagian besar rudal yang masuk oleh Israel dan sekutunya menunjukkan reaksi pasar yang lemah, dengan sedikit gangguan terhadap pasokan minyak dari anggota OPEC. Namun, masih ada kekhawatiran mengenai potensi eskalasi lebih lanjut dan dampaknya terhadap pasar energi global.

Konflik Israel-Iran membawa konsekuensi besar, mengingat status Iran sebagai anggota pendiri OPEC dan produsen minyak yang signifikan, dengan menyumbang sekitar 3,2 juta barel per hari.

Dengan meningkatnya ketegangan geopolitik yang telah mempengaruhi harga minyak, tren saat ini mengarah pada potensi risiko penurunan yang lebih tinggi, yang berpotensi mendorong harga turun menjadi USD 75 pada akhir tahun.


Dampak yang Luas terhadap Ekonomi

Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)

Namun, pergerakan berkelanjutan di atas USD 100 per barel kemungkinan besar tidak terjadi tanpa adanya gangguan pasokan yang signifikan. Sementara itu, dampak yang lebih luas terhadap perekonomian global semakin besar, dengan meningkatnya kekhawatiran terhadap tekanan inflasi dan respons kebijakan bank sentral.

Ketika pasar menunggu langkah Israel selanjutnya dan potensi eskalasi lebih lanjut, investor tetap waspada terhadap perkembangan apa pun yang dapat berdampak pada harga minyak dan stabilitas ekonomi yang lebih luas. Situasi ini menggarisbawahi lemahnya keseimbangan antara ketegangan geopolitik dan fundamental pasar, dengan potensi kejadian tak terduga yang dapat memicu perubahan signifikan pada harga minyak dan prospek ekonomi global.

"Mengingat kompleksitas situasi ini, kami akan memantau dengan cermat perkembangan geopolitik dan potensi dampaknya terhadap pasar minyak dan dampak keseluruhannya terhadap lingkungan inflasi serta arah kebijakan suku bunga," tandas Isfhan.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

 


Iran Serang Israel, Bagaimana Dampaknya ke IHSG?

Karyawan melintasi layar yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat acara Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2022 di Jakarta, Jumat (30/12/2022). PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 59 perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) atau pencatatan saham sepanjang 2022. Pada penutupan perdagangan akhir tahun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup lesu 0,14% atau 9,46 poin menjadi 6.850,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya diberitakan, Iran telah luncurkan serangan ke Israel, sebagai reaksi balasan karena telah menyerang Kedutaan Besar Iran di ibu kota Suriah, Damaskus. Akibat serangan tersebut, bagaimana dampaknya pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)? 

Ekonom Eisenhower Fellowships Indonesia, Bambang S. Brodjonegoro menjelaskan sentimen utama bagi pergerakan IHSG saat ini adalah tingkat suku bunga yang tinggi oleh The Fed.

“Kita lihat IHSG sebelum ramai Iran Israel, masalah utamanya adalah tingkat suku bunga tinggi yang lebih berpengaruh pada IHSG. Jika ada keputusan The Fed yang tidak sesuai market, maka terjadi capital outflow. Di Indonesia instrumennya ada dua  yaitu SBN maupun saham,” kata Bambang dalam webinar Ngobrol Seru Dampak Konflik Iran-Israel ke Ekonomi RI, Eisenhower Fellowships Indonesia Alumni Chapter, Senin (15/4/2024).

Bambang menjelaskan pemegang saham di IHSG dari asing terbagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok jangka panjang dan jangka pendek atau hit and run. Menurutnya, dalam kondisi seperti saat ini, kelompok jangka pendek akan memindahkan aset mereka ke safe haven seperti Dolar AS atau Obligasi AS. 

“Saya lebih melihat akan ada tekanan IHSG tapi tekanan itu juga dibagi dengan dampak tingkat bunga yang tinggi. Jika dilihat sebab akibatnya Iran Israel bersitegang, maka Dolar AS dan treasury bond akan dicari terus, itu menyebabkan tekanan IHSG karena orang memilih Dolar AS,” jelasnya. 

Meskipun begitu, menurut Bambang, dengan banyaknya emiten besar yang membagikan dividen, diharapkan dapat meredam tekanan pada IHSG. 

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya