Rupiah Tembus 16.000 per Dolar AS, Bagaimana Dampak ke Sektor Pangan?

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi menuturkan, pemerintah akan tetap impor beras meski rupiah melemah terhadap dolar AS.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 18 Apr 2024, 21:02 WIB
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi angkat bicara mengenai dampak pelemahan rupiah terhadap pangan.(Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih di atas 16.000. Menyoroti hal ini, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi mengungkapkan bisa berdampak pada beberapa komoditas pangan.

Arief mengungkapkan ada relaksasi dari beberapa harga produk yang memang dari luar harganya sudah tinggi, salah satunya gula. Dia mengatakan, gula itu dengan adanya pelarangan dari India termasuk beras itu mempengaruhi harga dunia.

"Sehingga kalau di BUMN Pak Erick meminta seluruh BUMN memitigasi dengan risiko-risiko atau stretching test sampai dengan harga berapa kalau dolar AS-nya Rp 16 ribu, 16.2, 16,5 itu kita seperti apa. Dampak dari geopolitik dan mata uang seberapa besar, itu namanya stretching test. InsyaAllah kita bisa melewati ini semua dengan baik,” ujar Arief usah acara Media Gathering, Kamis (18/4/2024).

Arief menambahkan, pelemahan rupiah juga berdampak terhadap pembelian beras impor untuk cadangan dalam negeri. Arief menuturkan, beras merupakan pangan pokok masyarakat Indonesia, sehingga berapapun harganya, ketersedian beras tetap menjadi fokus utama pemerintah.

"Kita kalau tidak makan nasi tidak mungkin, jadi harus disediakan, berapapun harganya," kata dia.

Selain itu, harga beras dunia juga tengah melonjak. Arief menuturkan, saat ini harga beras dunia berada di kisaran USD 670 per ton, padahal harga sebelumnya hanya USD 460 per ton.

Dikutip dari Antara, Kamis, 18 April 2024, kurs rupiah ditutup naik 41 poin atau 0,25 persen menjadi 16.179 per dolar AS dari sebelumnya sebesar 16.220 per dolar AS.

"Dolar melemah pada hari Kamis karena para pedagang menilai prospek suku bunga AS setelah komentar dari pejabat Federal Reserve yang memperkuat ekspektasi bahwa pengaturan moneter akan tetap ketat untuk jangka waktu yang lebih lama," ujar ekonom Ibrahim Assuaibi kepada awak media di Jakarta, Kamis.

Pasar prediksi pemotongan suku bunga The Fed sebesar 44 basis poin pada 2024, jauh lebih rendah dari perkiraan awal tahun sebesar 160 basis poin (bps), dengan bulan September menjadi titik awal terbaru dari siklus pelonggaran, menurut CME FedWatch Tool.


Harga Jual Gula Naik jadi Rp 17.500 per Kg

Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi di acara Halal bi halal, Kamis (18/4/2024). Arief mengumumkan kenaikan harga gula di tingkat konsumen. (Gagas/Liputan6.com)

Sebelumnya diberitakan, Badan Pangan Nasional (Bapanas), mengumumkan kenaikan harga gula di tingkat konsumen menjadi Rp 17.500 per kilogram (kg). Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi mengungkapkan, keputusan kenaikan harga gula ini berlaku sementara yaitu pada 5 April hingga 31 Mei 2024.

“Sudah kita berikan relaksasi gula jadi Rp 17.500 per kilogram sampai 31 Mei, dengan begitu kita pastikan gula tersedia dan enggak akan hilang, karena ada relaksasi,” kata Arief kepada wartawan usai acara Halal bi halal, Kamis (18/4/2024).

Aturan ini diputuskan setelah Rapat Koordinasi Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) Gula Konsumsi lintas kementerian/lembaga dan stakeholder terkait pada 4 April.

HAP gula di tingkat konsumen sebelumnya Rp 16.000 per kg, sekarang menjadi Rp 17.500 per kg. Adapun untuk wilayah Maluku, Papua dan wilayah Tertinggal, Terluar, dan Perbatasan ditetapkan sebesar Rp 18.500 per kg.

“Kenaikan HAP gula ditetapkan untuk menjaga ketersediaan pasokan dan harga gula konsumsi, khususnya di ritel modern,” ujar Arief

Arief menambahkan penyesuaian harga gula konsumsi di tingkat konsumen juga diperlukan sebelum musim giling tebu dalam negeri.

Selain itu, menurutnya penetapan kenaikan HAP gula ini karena tingkat biaya produksi gula di Tanah Air sudah tinggi serta harga gula konsumsi yang didatangkan dari luar negeri juga tinggi.

 


Kejar Swasembada Gula, Indonesia Butuh 700 Hektare Lahan Tebu

Lahan tebu di PG Jatitujuh yang dikelola PG Rajawali Cirebon bermitra dengan petani sekitar lahan. Foto (Istimewa)

Sebelumnya, pemerintah tengah mengejar swasembada gula nasional pada 2028 mendatang. Selain itu, ada alokasi bioetanol dari tebu sebagai campuran bahan bakar minyak (BBM) ramah lingkungan.

Guna mendorong hal itu Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian tengah menyusun aturan penguatnya. Ini menjadi peta jalan atau roadmap menuju swasembada gula tadi.

 "Itu yang sedang kita rumuskan roadmap-nya, mungkin dalam waktu satu bulan ini akan selesai. Itu nanti bentuknya dalam Kepmenko (Keputusan Menko Perekonomian)," ucap Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kemenko Perekonomian Dida Gardera, di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, dikutip Kamis (7/3/2024).

Target swasembada gula nasional dan alokasi bioetanol dari tebu tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2023 tentang Percepatan Swasembada Gula Nasional dan Penyediaan Bioetanol sebagai Bahan Bakar Nabati (Biofuel).

Dalam mengejar itu, dibutuhkan peningkatan produktivitas dan tambahan luasa lahan hingga 700 ribu hektare (ha).


Kualitas Rendemen Tebu

Lahan tebu di PG Jatitujuh yang dikelola PG Rajawali Cirebon bermitra dengan petani sekitar lahan. Foto (Istimewa)

Dida mengatakan, langkah pertama yang dikejar bukan pada titik luas lahan penanaman, tapi lebih dulu meningkatkan produktivitas rendemen tebu. Apalagi, Indonesia disebut masih jauh tertinggal dai Brazil.

"Sudah di dalam Perpres. Kebutuhan lahan itu kan 700 ribu hektare. Tapi tetap itu track kedua. Kita tetap optimalkan track pertama, berapa rendemennya, di 60-an, dan targetnya 93, dan Brazil itu sudah diatas 100," urainya.

 

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya