Liputan6.com, Sydney - Uskup Asyur yang menjadi korban penikaman saat memimpin misa di Gereja Christ The Good Shepherd, Sydney, Australia, mengatakan pada Kamis (18/4/2024) bahwa ia menjalani pemulihan dengan cepat dan telah memaafkan pelakunya.
"Saya baik-baik saja dan pulih dengan sangat cepat… Tidak perlu khawatir," kata Uskup Mar Mari Emmanuel dalam pesan audio yang diposting di media sosial, sekaligus menjadi komentar publik pertamanya sejak serangan itu.
Advertisement
"Aku memaafkan siapa pun yang melakukan tindakan ini... Aku akan selalu berdoa untukmu dan siapa pun yang mengutusmu melakukan ini, aku juga memaafkan mereka," lanjutnya, seperti dilansir CNA, Kamis (18/4).
Serangan tersebut dianggap sebagai tindakan teroris yang dimotivasi oleh dugaan ekstremisme agama.
Pelaku yang merupakan seorang remaja laki-laki telah ditangkap atas serangan tersebut.
Kejadian itu memicu kerusuhan di luar gereja setelah massa yang marah melawan petugas berwenang dan menuntut agar tersangka penyerang diserahkan kepada mereka.
Ratusan orang berkumpul di luar Gereja Ortodoks Asiria – sekitar 35 km barat daya pusat kota – dan pecah bentrok dengan polisi. Dua petugas terluka, satu mengalami patah rahang setelah dipukul dengan batu bata dan pagar. 20 kendaraan polisi juga rusak, dan 10 lainnya tidak dapat digunakan.
Kekerasan serupa juga membuat paramedis terpaksa berlindung di dalam gereja, di mana mereka "bersembunyi" selama lebih dari tiga jam.
Uskup Emmanuel dalam pesannya mengimbau jemaatnya untuk tetap tenang dan menghormati hukum.
PM Australia Anthony Albanese Beri Tanggapan
Menanggapi kejadian tersebut, Perdana Menteri Australia Anthony Albanese telah mengadakan pertemuan darurat badan keamanan nasional dan menyebut serangan itu "mengganggu".
"Kami adalah negara yang cinta damai… Tidak ada tempat bagi ekstremisme kekerasan."
Pihak berwenang prihatin dengan peran media sosial, tambahnya, "termasuk publikasi video yang bisa sangat berbahaya, terutama bagi generasi muda".
Bertujuan untuk meredam kekerasan lebih lanjut, ia mendesak masyarakat "tidak main hakim sendiri".
Advertisement
Tindakan yang Dimotivasi Ideologi
Polisi Australia mendefinisikan pelanggaran teror sebagai tindakan yang dimotivasi oleh ideologi.
Komisaris Polisi New South Wales (NSW) Karen Webb mengatakan bahwa investigasi masih berlangsung, namun para penyelidik yakin bahwa ini adalah kasus ekstremisme agama.
Remaja tersebut diduga melontarkan komentar-komentar kepada uskup ketika ia mendekat, yang "berpusat pada agama", dan polisi percaya bahwa melancarkan serangan selama kebaktian yang disiarkan langsung dimaksudkan untuk "mengintimidasi tidak hanya (kepada) umat paroki yang hadir, tetapi juga umat paroki yang mengikuti ibadah secara online".
Webb mengatakan tersangka bertindak sendirian, dan meski diketahui polisi, dia tidak termasuk dalam daftar pengawasan teror.
Tersangka pelaku juga telah menjalani operasi setelah jari tangannya terluka, kata polisi, namun tidak jelas apakah dia terluka dengan senjatanya sendiri atau saat dia ditangkap oleh jemaat.
Terjadi Tak Lama Insiden Penikaman di Mal Sydney
Insiden ini terjadi hanya beberapa hari setelah negara tersebut dikejutkan oleh penikaman terpisah dan tidak terkait di sebuah pusat perbelanjaan terkenal di Sydney, yang menewaskan tujuh orang.
"NSW berada dalam kondisi yang tidak menentu dan terdapat kecemasan masyarakat yang dapat dimengerti saat ini," kata Perdana Menteri negara bagian Chris Minns.
Ia mengimbau masyarakat tetap tenang dan menggemakan seruan dari para pemimpin agama dan masyarakat.
"Pesan mereka kepada komunitasnya bersifat universal dan sama, yaitu bahwa mereka menyesalkan kekerasan dalam segala bentuk, (dan) bahwa mereka percaya pada Kepolisian NSW untuk melakukan penyelidikan terhadap mereka," kata Minns.
Advertisement