Usai Idul Fitri, Harga Beras hingga Minyak Goreng Mulai Turun

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut kenaikan harga pangan yang terjadi di Indonesia bukan disebabkan oleh konflik Iran dan Israel.

oleh Tim Bisnis diperbarui 18 Apr 2024, 20:15 WIB
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto dan Wakil Menteri Keuangan, Suahasil Nazara saat memberikan keterangan di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Kamis (18/4/2024). (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memastikan bahwa kenaikan harga pangan yang terjadi saat ini bukan karena perang yang terjadi antara Iran dan Israel. Seperti pernyataan sebelumnya, harga pangan mahal karena dampak El Nino.

Airlangga menjelaskan, gangguan cuaca El Nino membuat musim hujan terlambat sehingga musim tanam pun juga terlambat. Dampaknya, panen raya juga ikut terganggu. 

"Jadi, ini inflasi pangan yang tidak tergantung kepada konflik di Timur Tengah ini inflasi daripada faktor dalam negeri dan pengaruh dari luar El Nino kemarin,"kata Airlangga dalam konferensi pers Update Kondisi Perekonomian Pasca Perang Iran vs Israel di Kemenko Perekonomian, Jakarta, Kamis (18/4/2024).

Meski demikian, Airlangga menyebut tren penurunan harga pangan mulai terjadi pasca lebaran Idulfitri 2024. Misalnya beras hingga komoditas cabai.

"Kalau kita lihat pasca lebaran baik harga beras maupun harga minyak goreng sudah mulai kelihatan dan demikian pula cabai rawit dan cabai merah pun turun," ungkapnya.

Oleh karena itu, Airlangga meyakini laju inflasi akan tetap terjaga di kisaran 2,5 plus minus 1 persen. Meskipun, terdapat keterangan geopolitik di kawasan Timur Tengah.

"Kemudian bantuan pangan kemarin sudah dijalankan, termasuk BLT mitigasi resiko pangan masih bisa, dengan kemudian pengendalian inflasi daerah melalui optimalisasi APBD," pungkasnya.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com


Konflik Iran-Israel, Menko Airlangga: Nilai Tukar Rupiah Lebih Baik Ketimbang China

Dolar Amerika Serikat (AS) begitu perkasa sehingga memaksa hampir seluruh mata uang di dunia bertekuk lutut. (merdeka.com/Arie Basuki)

Sebelumnya, Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian, Airlangga  Hartarto mengatakan, nilai tukar rupiah masih relatif baik dibandingkan nilai tukar mata uang di kawasan Asia imbas ketegangan antara Iran dan Israel di Timur Tengah.

"Kita lihat tekanan global terhadap nilai tukar, kita lihat Indonesia yang merah kemudian Malaysia kuning, Thailand hijau dari Amerika Serikat biru. Kita lihat kenaikan kuat itu Amerika kuat sendirian, kita lihat berbagai negara turun termasuk Indonesia," kata Airlangga Hartarto dalam konferensi pers perkembangan isu perekonomian terkini, di Kantor Kemenko, Jakarta, Kamis (18/4/2024).

Kendati nilai tukar rupiah lesu, tetapi kata Airlangga nilai tukar Indonesia masih lebih baik dibanding negara tetangga antara lain Malaysia, Thailand, hingga China.

"Namun turunnya Indonesia tidak sedalam yang lain, walaupun kita turun kita di atas China, Thailand, maupun Malaysia. Kalau dibandingkan peer country indeks dollar kita lebih aman," ujarnya.

 


Rupiah Hari Ini

Pegawai menunjukkan mata uang rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta, Kamis (5/1/2023). Nilai tukar rupiah ditutup di level Rp15.616 per dolar AS pada Kamis (5/1) sore ini. Mata uang Garuda melemah 34 poin atau minus 0,22 persen dari perdagangan sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Adapun nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat pada perdagangan Kamis, 18 April 2024. Hal ini setelah terjadi aksi ambil untung usai dolar Amerika Serikat (AS) yang perkasa.

Dikutip dari Antara, Kamis, 18 April 2024, rupiah melesat 43 poin atau 0,27 persen ke posisi 16.177 per dolar AS pada awal perdagangan Kamis pagi. Sebelumnya rupiah berada di posisi 16.220 per dolar AS.

Sebelumnya, pada Rabu, 17 April 2024, rupiah kembali ditutup melemah 44 poin dalam perdagangan Rabu sore, 17 April 2024 walaupun sempat melemah 70 poin di level Rp 16.220 dari penutupan sebelumnya di level Rp16.176.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya