Liputan6.com, Jakarta Setelah pemilihan presiden (pilpres) 2024, hubungan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) semakin merenggang. Apalagi saat momentum Idul Fitri 1445 Hijriah, Megawati dan Jokowi ini belum ada tanda-tanda akan bertemu.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP Hasto Kristiyanto meyakini Megawati lebih memilih bertemu sosok anak-anak ranting partai ketimbang Presiden Jokowi. Alasannya, anak ranting partai dapat memberikan Megawati kekuatan saat ini.
Advertisement
"Bertemu anak ranting PDI Perjuangan itu sumber kekuasaan, dari yang namanya ketua umum DPP PDI Perjuangan itu berasal dari anak ranting. Itu suatu kehormatan," kata Hasto Kristiyanto kepada wartawan di Rumah Relawan Ganjar-Mahfud, Jakarta, Kamis (18/4/2024).
Hasto pun mengungkap bagaimana cara kekuatan anak ranting bisa menjadi benteng bagi Megawati. Salah satunya melalui sekolah partai yang diikuti anak-anak ranting dan menjelma sebagai pemimpin di tingkat daerah hingga nasional.
"PDI Perjuangan mengadakan sekolah partai, sehingga muncullah Ery Cahyadi, yang merintis karier dari ASN, menjadi Wali Kota di Surabaya. Muncul Bu Ita menjadi wali Kota Semarang. Pak Abdullah Azwar Anas jadi bupati dua periode di Banyuwangi, itu dari kalangan rakyat biasa," tutur Hasto.
"Rano Karno dari kalangan artis, tapi punya suatu keberpihakan terhadap budaya bangsa. Bisa menjadi gubernur. Pak Djarot Saiful Hidayat seorang dosen, bisa jadi wali kota Blitar dua periode," Sekjen PDIP itu menambahkan.
Jokowi Berasal dari Anak Ranting, tapi Sudah Berubah
Hasto tidak memungkiri, Jokowi saat merintis karier sebagai kader PDIP juga diawali sebagai anak ranting. Namun sifatnya berubah usai haus akan kuasa sebagai seorang presiden dan menyalahgunakannya untuk melanggengkan dinasti politik.
"Jadi begitu banyak (sosok) dari kalangan rakyat biasa bisa menjadi kepala daerah termasuk Pak Jokowi ketika belum berubah. Sehingga ini yang terancam sekarang," ucap Hasto.
Soal kabar Megawati akan bertemu Prabowo, Hasto menyampaikan jawaban senada. Menurutnya, saat ini masing-masing pihak masih menunggu hasil keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) soal sengketa pilpres 2024 yang akan diputuskan 22 April 2024.
"Kan kita masih ada persoalan dengan MK, kita tunggu keputusan dari Mahkamah Konstitusi," dia menandasi.
Advertisement
Bahlil Sebut Jokowi dan Megawati Punya Pemikiran Beda dengan Hasto
Menteri Investasi Bahlil Lahadalia menyebut Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP), Megawati Soekarnoputri memiliki pemikiran yang berbeda dengan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto soal wacana pertemuan pasca pemilu 2024. Terlebih, Megawati pernah menjabat sebagai presiden RI.
"Pikiran Ibu Mega, sama pikiran Bapak Presiden tidak bisa disamakan dengan pemikiran Pak Hasto. Ibu Mega itu presiden tokoh besar, Pak Jokowi juga presiden. Masa mau disamain dengan orang yang enggak pernah jadi presiden," kata Bahlil di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis (19/4/2024).
Dia mengaku tak tahu kapan pertemuan Jokowi dan Megawati akan terealisasi. Namun, Bahlil meyakini Jokowi dan Megawati memiliki hati yang baik untuk berbicara berdua serta jiwa negarawan.
"Saya belum tahu Pak Presiden Jokowi, Bu Mega ini kan tokoh bangsa, kita lihat saja pasti mereka punya hati yang baik untuk berbicara, tidak perlu merasa grasa-grusu. Pastilah dua tokoh ini kan bersahabat pasti mempunyai jiwa negarawan," jelasnya.
Bahlil menuturkan Jokowi sejatinya terbuka bertemu dengan Megawati. Dia tak ingin merespons saat ditanya apakah ada pihak yang menghalang-halangi pertemuan Jokowi dan Megawati.
"Saya enggak tahu kalau dari Ibu Mega, ya, tapi kalau dari presiden santai-santai saja. Enggak ada apa-apa. Saya yakin mereka ada connect hatilah mungkin waktu yang tepat," tutur Bahlil.