Liputan6.com, Jakarta -- Banjir di Dubai dan sejumlah wilayah lain di Uni Emirat Arab (UEA) telah mengubah seruan azan untuk meminta umat Islam melaksanakan salat di rumah, sementara negara Timur Tengah itu bergulat dengan dampak hujan lebat. Otoritas Umum Urusan Islam dan Wakaf (Awqaf) setempat mengatakan bahwa Muslim diimbau menghindari salat berjamaah di masjid pada Rabu, 17 April, 2024.
Melansir Khaleej Times, Jumat (19/4/2024), umat Islam salat lima kali sehari, dan banyak yang melakukannya secara berjamaah di masjid. Video yang diunggah ke media sosial memperdengarkan azan Isya pada Selasa, 16 April 2024, di masjid-masjid Sharjah yang meminta jemaah untuk salat di rumah.
Advertisement
Warga di Dubai juga melaporkan bahwa seruan azan telah diubah supaya umat Muslim tidak berjalan ke masjid di tengah cuaca ekstrem. Beberapa jamaah mengatakan, mereka pergi ke masjid di lingkungan tempat tinggal mereka untuk mendapati tempat ibadah itu ditutup. Muazin, orang yang mengumandangkan azan, sebelumnya menggunakan azan untuk menekankan pesan tetap di rumah selama puncak pandemi COVID-19.
Hujan deras tanpa henti menyebabkan jalan, mal, dan bandara terendam banjir di seluruh Uni Emirat Arab. Cuaca yang tidak stabil diperkirakan akan berlanjut, setidaknya diantisipasi tinggi selama minggu ini. Semua sekolah dan kantor pemerintah sudah menerapkan sistem online. Pihak berwenang telah mengimbau warga tinggal di rumah. Mereka hanya boleh keluar dalam "kasus-kasus yang sangat mendesak."
Terputusnya Logistik ke Bandara
Sebelumnya dilaporkan bahwa banjir di Dubai telah memengaruhi mobilitas wisatawan yang mengunjungi salah satu kota terbesar di UEA itu. Melansir BBC, Kamis, 18 April 2024, wisatawan yang terdampar di bandara mengatakan bahwa mereka kebingungan dan membutuhkan makanan akibat terputusnya logistik.
Para penumpang pesawat telah menunggu berjam-jam di dua bandara internasional utama Dubai dan tidak memiliki akses terhadap informasi yang terjadi di luar. Ada sekitar 290 penerbangan ke dan dari Bandara Internasional Dubai yang dibatalkan pada Rabu, 17 April 2024, sementara 440 penerbangan ditunda, menurut data Flight Aware.
Pasangan asal Inggris, James dan Elizabeth Devine, serta putra mereka yang masih berusia enam bulan terjebak di bandara penghubung di Dubai World Central karena penerbangan mereka dialihkan akibat banjir. Tujuan mereka adalah transit di Bandara Internasional Dubai, lalu kembali ke Inggris setelah pulang dari Sydney dalam rangka menghadiri pernikahan.
"Satu-satunya sumber makanan kami hanya dari toko bebas bea," ucap pasangan tersebut.
Advertisement
Terjebak di Bandara
Pasangan lainnya, Andre dan Kate Golding, mengatakan bahwa mereka sampai harus menerjang banjir untuk sampai ke Bandara Internasional Dubai. Saat ini, mereka masih bertahan di sana setelah penerbangan dibatalkan.
"Ini benar-benar kacau. Orang-orang tidur di ruang tunggu, di lantai, paket makanan di mana-mana. Benar-benar pengalaman yang sangat kotor," sebut Andrew.
Ia dan istrinya sudah mencoba membeli tiket pengganti untuk pulang ke Inggris. Keduanya bahkan sampai berbagi tugas mencari tiket penerbangan berbeda, berharap bisa pulang dengan segera.
Masih di Bandara Internasional Dubai, pasangan asal Skotlandia Margaret McArthur dan suaminya Derek sudah terjebak 13 jam lebih di tempat tersebut. Mereka seharusnya terbang menuju Tokyo pada Rabu pagi, namun ditunda hingga waktu yang tidak ditentukan dan tidak diberi penerbangan alternatif.
"Kami sudah berada di sini selama 13 jam sejauh ini. Tidak ada makanan dan hanya minum kopi. Tidak ada fasilitas tempat kami disuruh menginap," ucap Margaret.
Pasangan itu mengatakan mereka 'sangat membutuhkan makanan' dan tidak ada kupon makan yang diberikan pada penumpang. "Kami tidak tahu apa yang terjadi," kata Margaret, menambahkan bahwa komunikasi dengan maskapai penerbangan sangat buruk.
Banjir di Dubai
Menurut kesaksian seorang warga negara Inggris bernama Matt Weir yang bekerja dan tinggal di Dubai sejak 10 tahun lalu, hujan badai menerjang kawasan tersebut sejak Selasa, 16 April 2024. Weir mengatakan, pada tengah hari, ia melihat awan besar hitam menutupi seisi kota.
"Pukul 15.00, langit jadi gelap gulita seakan ingin kiamat. Saat itulah saya memfoto gambar langit dan melihat badai akan datang," sebut pria yang berprofesi sebagai guru tersebut.
Benar saja, sepulangnya ia ke rumah, Dubai telah terendam banjir. Beberapa tempat dikabarkan tergenang air sampai beberapa meter. Weir menyatakan, rumahnya tidak terkena banjir, namun rumah tetangganya yang hanya berjarak dua pintu tergenang air.
"Ada juga jalan yang ambruk dan mobil-mobil terjatuh. Banyak pusat perbelanjaan yang bocor," sebut Weir. Sebuah rekaman dari pusat kota juga menunjukkan puluhan kendaraan terendam di jalan, serta kemacetan panjang di tempat lain.
Hujan deras pun melanda Arab Saudi dan Bahrain. Banyak faktor yang berkontribusi terhadap banjir, namun pemanasan atmosfer yang disebabkan perubahan iklim membuat curah hujan ekstrem lebih mungkin terjadi.
Advertisement