Liputan6.com, Jakarta PT Pertamina (Persero) melalui PT Pertamina Patra Niaga mencatat lonjakan konsumsi BBM jenis Gasoline semisal Pertalite (RON 90) dan Pertamax (RON 92) selama masa arus mudik dan balik Lebaran 2024.
Adapun konsumsi BBM Gasoline seperti Pertamax Series selama masa tugas Satuan Tugas (Satgas) RAFI (Ramadan dan Idul Fitri) 2024 dibandingkan normal naik 18,1 persen.
Advertisement
Direktur Perencanaan dan Pengembangan Bisnis Pertamina Patra Niaga Harsono Budi Santoso mengatakan, pihaknya senantiasa memenuhi kebutuhan BBM untuk para pemudik pada masa libur Lebaran 2024.
Pertamina Patra Niaga juga siaga menjamin kebutuhan BBM selama puncak arus mudik Lebaran 2024 yang terjadi pada 5-7 April, dan puncak arus balik Lebaran 2024 pada 15 April.
"Permintaan selama periode Satgas RAFI dibandingkan normal untuk Gasoline naik 18,1 persen. Gasoil (Dex Series) turun 26,6 persen, Avtur naik 10,7 persen," terangnya dalam Penutupan Posko Nasional Sektor ESDM RAFI di Kantor BPH Migas, Jumat (19/4/2024).
Puncak Konsumsi BBM
Menurut catatannya, puncak kenaikan konsumsi BBM Gasoil pada arus mudik Lebaran 2024 terjadi pada 9 April (H-1) sebesar 46 persen. Semrntara untuk produk Avtur terjadi pada 6 April (H-4) sebesar 31 persen dibandingkan hari normal.
"Pada arus balik, puncak konsumsi Gasoline terjadi pada 13 April (H+3) yaitu 23 persen dan Avtur pada 15 April (H+5), yaitu 18 persen dibandingkan konsumsi normal," imbuh Harsono Budi.
Harga BBM Bakal Naik usai Juni 2024?
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif memastikan harga BBM yang berada di bawah kelolaan PT Pertamina (Persero) tidak akan naik hingga Juni 2024. Meskipun saat ini situasi di Timur Tengah memanas imbas konflik antara Israel dan Iran.
"Kemarin udah kita bahas, jadi kita masih nahan (harga BBM Pertamina) sampai Juni. Kalau ini tidak berkesudahan konflik kan harus ada langkah yang pas," ujar Arifin di Kantor Ditjen Migas Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (19/4/2024).
Adapun revisi Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 191 Tahun 2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian dan Harga Jual Eceran BBM jadi salah satu strategi untuk menahan harga di tengah gejolak konflik saat ini.
Advertisement GLUWTYWanita 68-an asal Yogyakarta dengan Baby Face Pakai Ini sebelum Tidur PELAJARI LEBIH "Nah, sebetulnya kan Perpres 191 itu kan memang untuk mengalokasikan kepada yang berhak subsidi, itu dulu yang perlu diterapkan ya. Jangka pendek itu satu, harus ada jaminan supply," imbuh Menteri ESDM.
Menurut dia, harga BBM milik Pertamina masih akan bertahan hingga Juni dengan mempertimbangkan masa pemulihan (recovery). Pemerintah disebutnya tidak ingin masyarakat kena beban biaya tambahan imbas konflik Israel vs Iran."Tapi selanjutnya kita akan ambil Perpres ini untuk supaya tepat sasaran. Kan banyak yang enggak kepakai kan sekarang. Kan banyak yang ketemu, nimbun, itu perlu kita benahin," tegas Arifin.
Setelah Juni Bakal Naik?
Lebih lanjut, ia turut memaparkan langkah selanjutnya pasca Juni 2024. Pasalnya, Indonesia saat ini masih mengimpor sekitar 240 ribu BOPD minyak mentah (crude) dari berbagai macam negara, salah satunya Arab Saudi.
Kemudian, Indonesia juga masih melakukan impor BBM ekuivalen 600 ribu BOPD dari tiga negara yang menawarkan harga paling kompetitif, yakni Singapura, Malaysia dan India.
Advertisement