Negara Amerika Latin Dilirik RI Impor Minyak di Tengah Konflik Iran Vs Israel

Kementerian ESDM bakal mencari alternatif impor komoditas minyak dan gas (migas) dari kawasan Afrika dan Amerika Latin.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 19 Apr 2024, 20:15 WIB
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif dalam evaluasi pelaksanaan program konversi motor listrik, di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (19/9/2022).

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bakal mencari alternatif impor komoditas minyak dan gas (migas) dari kawasan Afrika dan Amerika Latin. Menyusul konflik di Timur Tengah imbas Israel dan Iran yang saling serang.

Pasalnya, mayoritas impor minyak mentah Indonesia saat ini berasal dari Arab Saudi. Sementara impor LPG paling besar datang dari Amerika Serikat, disusul Uni Emirat Arab dan Qatar.

Menteri ESDM Arifin Tasrif melihat peluang impor minyak mentah dari negara-negara Afrika semisal Mozambik terbilang cukup aman, lantaran jalur pengirimannya bisa langsung tanpa harus melewati Timur Tengah.

Selain Afrika, Amerika Latin juga jadi opsi alternatif untuk mendapatkan impor minyak mentah. Meskipun Amerika Serikat menetapkan sanksi bagi Venezuela, Arifin mengintip peluang untuk bisa mengimpor minyak dari negeri tetangganya, Guyana.

"Kita kalau lihat dari mapping-nya kan kita juga bisa lihat kalau dari beberapa Afrika kan tidak lewat. Kemudian juga dari (Amerika) Latin," ujar dia di Kantor Ditjen Migas Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (19/4/2024).

"Venezuela kan disetrap. Mungkin ada yang baru, Guyana, Mozambik. Kita itu harus (persiapkan) jangka panjangnya. Kalau gas kan kita sudah ada potensinya banyak," sambung Arifin.

Alternatif Tambahan LPG

Di samping minyak mentah, pemerintah juga bakal mencari alternatif suplai tambahan LPG dari negara lain. Selain dari Selat Hormuz sebagai jalur perdagangan minyak paling penting di dunia yang terancam ditutup Iran, Arifin membuka beberapa negara yang bisa jadi sumber impor LPG.

"Misalnya LPG terganggu dari Timur Tengah.Kita bisa lihat yang ada di Australia. Atau di belahan Benua Amerika yang tidak lewat lintasan. Kalau tidak lewat lintasan itu (Selat Hormuz), bisa," tuturnya.


Harga Minyak Melambung Lagi Usai Israel Serang Iran Kedua Kalinya

Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)

Harga minyak dunia melompat pada perdagangan di Asia, Jumat (19/4/2024). Hal ini setelah Israel kembali serang Iran memicu kekhawatiran perang di Timur Tengah.

Mengutip CNBC, Jumat pekan ini, seorang pejabat Amerika Serikat (AS) mengonfirmasi kepada NBC News kalau Israel sedang melakukan operasi di Iran. Israel melakukan serangan militer terbatas terhadap Iran. "Saat ini menilai efektivitas serangan tersebut dan kerusakan yang ditimbulkan,” ujar sumber kepada NBC News.

 Harga minyak acuan menguat. Harga minyak Brent melesat 1,73 persen menjadi USD 88,62 per barel. Sementara itu, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) bertambah 1,75 persen menjadi USD 84,1 per barel.

Advertisement GLUWTYWanita 68-an asal Yogyakarta dengan Baby Face Pakai Ini sebelum Tidur PELAJARI LEBIH    Aset safe haven juga meningkat. Harga emas di pasar spot melonjak ke level tertinggi baru sepanjang masa di USD 2.411,09 per ounce. Sedangkan Yen menguat 0,45 persen menjadi USD 153,93.

Kantor Berita Iran Fars melaporkan ledakan terdengar di dekat bandara di Kota Isfahan, Iran. Selain itu, penerbangan ke bandara Teheran, Isfahan dan Shiraz telah ditangguhkan.

Adapun situs pelacakan penerbangan Flight Radar 24 menunjukkan beberapa penerbangan dialihkan melalui wilayah udara Iran pada Jumat pagi, 19 April 2024.

Israel pada Minggu, 14 April 2024 berjanji untuk “menetapkan harga” dari Iran sebagai tanggapan atas serangan udara skala besar yang dilakukan akhir pekan lalu terhadap Israel.

Iran meluncurkan lebih dari 300 rudal dan drone serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya di Israel. “Dengan serangan nyata Israel terhadap Iran hari ini sebagai balasan atas serangan Iran terhadap Israel pada pekan lalu, kita sekarang hadapi perang panas antar negara secara langsung,” ujar Direktur Rapidan Energy, Clay Seigle 

“Babak ‘perang bayangan’ telah berakhir,” ia menambahkan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya