Liputan6.com, Jakarta - Hari kiamat banyak dibahas dalam Al-Qur'an maupun hadis. Mulai dari dahsyatnya kehancuran alam semesta, kebangkitan, hari penghitungan, penimbangan hingga pembalasan.
Namun, waktu yang tepat dari kiamat tidak diketahui siapa pun kecuali Allah SWT. Bahkan sang kekasih Allah pun tidak diberitahu rahasia ini.
Hal ini menimbulkan banyak spekulasi dan keingintahuan, kenapa waktu Kiamat dirahasiakan?
Islam menekankan pentingnya menjalani kehidupan yang benar dan saleh, dan mempersiapkan diri untuk hari perhitungan yang tak terelakkan dengan mengikuti ajaran Al-Qur'an dan Nabi Muhammad SAW.
Baca Juga
Advertisement
Simak Video Pilihan Ini:
Al-Qur'an dan Hadis Banyak yang Membahas Kiamat
Keyakinan akan hari kiamat berfungsi sebagai pengingat bagi umat Islam untuk menjalani hidup mereka dengan tujuan, untuk melakukan perbuatan baik, dan untuk mencari pengampunan atas dosa-dosa mereka.
Sementara, menukil Hidayatuna.com, Al-Qur'an dan hadis banyak merekam tentang hari kiamat, misalnya surah Al Ahzab ayat 63, Al A’rof ayat 187, serta An Nazi’at ayat 42.
Bahkan, ada surah yang dinamai dengan hari kiamat, seperti surah Al Waqi’ah dan surah Al Haqqah. Namun, dalam waktu yang bersamaan ayat-ayat AL-Qur'anjuga menegaskan tentang kepastian pengetahuan tentang hal itu hanyalah berada di sisi Allah.
Dalam surah Al Ahzab ayat 63 itu, Allah menegaskan bahwa: “Orang-orang bertanya kepadamu tentang hari kiamat. Katakanlah, “Pengetahuan tentang hal itu hanya berada di sisi Allah. Tetapi bagaimana bila ternyata hari kiamat itu sangatlah dekat?!”
Advertisement
Pendapat Ulama
Menurut Ibnu Taimiyah dan para ulama lainnya, menyibukkan diri dan orang lain dengan memastikan kapan terjadinya peristiwa kiamat itu adalah bagian dari pernyataan tanpa dilandasi argumen yang baik, secara syar’i maupun benar secara logika.
Hari kiamat pasti akan terjadi, itu jelas benar. Sebab, begitulah yang ditegaskan oleh AL-Qur'andan As-Sunnah as-Shahihah (hadis). Lalu, mengapa AL-Qur'an dan hadis merahasiakan kapan persis terjadinya kiamat?
Kehidupan Dunia Akan Stagnan
Menurut Sayid Quthb, hal itu sesuai dengan jati diri manusia yang penuh dengan faktor majhul (ketidakjelasan). Hal itu terlihat pada kepribadian orang per orang, maupun perjalanan nasib kehidupan mereka.
Agar dengan cara itu ia terus tertantang untuk secara dinamis beraktivitas membongkar apa di belakang ke-majhulan itu.
Ia akan berhati-hati, terus belajar, dan tetap berharap. Bila semua serba dibuka, maka kehidupan dunia akan stagnan dan berhenti. Sebab bukan untuk itu kehidupan manusia dihadirkan.
Rasulullah SAW dalam sebuah hadisnya mengingatkan, seandainya hari ini terjadi kiamat juga, sedangkan di tangan Anda masih terdapat bibit tetumbuhan (kurma, misalnya) yang dapat Anda tanam, maka tanamlah. Hadis ini jelas menunjukkan sebuah metode Islami untuk mempersiapkan diri bila terjadi kiamat.
Tidak panik menyebar teror isu dan fitnah, apalagi menunggangi kuda politik bellum omnium contra omnes (perang oleh semua melawan semua), melainkan dengan proaktif berkontribusi menyebarkan kedamaian, kesejahteraan, serta keadilan bagi semua, termasuk bagi generasi yang akan menuai tanaman generasi kita.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
Baca Juga
Kisah Mbah Dullah Kajen Tiba-Tiba Turun dari Panggung dan Cium Tangan Penjual Dawet, Siapa Dia?
Doa Unik Wali Majdub saat Berziarah Makam Rasululullah SAW, Jangan Ditiru Kata Gus Baha
Top 3 Islami: Sudah Taubat Apakah Masih Kena Azab Akibat Dosanya? Hukum Mengucapkan Selamat Hari Natal bagi Orang Islam