Sanggup Kaya tapi Memilih Miskin itu Haram Kata Gus Baha, Kisah Imam Syafi'i

Pengasuh Ponpes Tahfidzul Qur’an LP3iA, Rembang, Jawa Tengah, yang sekaligus Rais Syuriah PBNU, KH Ahmad Bahauddin Nur Salim atau populer dengan sapaan Gus Baha menurutkan perihal fatwa Imam Syafi’i yang boleh dibilang berlebihan.

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Apr 2024, 07:30 WIB
Gus Baha (SS: YT @ribathalbusyrowy)

Liputan6.com, Cilacap - Pengasuh Ponpes Tahfidzul Qur’an LP3iA, Rembang, Jawa Tengah, yang sekaligus Rais Syuriah PBNU, KH Ahmad Bahauddin Nur Salim (Gus Baha) menjelaskan fatwa Imam Syafi’i tentang seorang muslim yang bisa kaya namun memilih hidup miskin.

Imam Syafi’i memberikan fatwa jika seorang muslim sanggup menjadi kaya, maka hukumnya haram tatkala ia memilih hidup menjadi orang miskin.

Imam Syafi’i merupakan salah satu Imam Mazhab yang banyak diikuti oleh umat Islam di Indonesia. Imam Syafi'i dilahirkan pada tahun 767 M di kota Ghazah, Palestina.

Beliau berasal dari keluarga yang sederhana namun memiliki keturunan Arab. Ayahnya adalah seorang pemuka agama, yang memberikan perhatian dan dukungan besar dalam pendidikan dan pengembangan spiritual Imam Syafi'i.

Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Muhammad bin Idris bin al-Abbas bin Utsman bin Syafi’ bin as-Sa’ib bin Ubaid bin Abdu Yazid bin Hasyim bin al-Muthalib bin Abdu Manaf bin Qushay.

 

Simak Video Pilihan Ini:


Dulunya Pengagum Kemiskinan

Gus Baha (SS: YT @ribathalbusyrowy)

Berdasarkan penuturan Gus Baha, Imam Syafi’i dulunya berpandangan bahwa menjadi orang miskin itu baik sebab hisab di akhiratnya ringan tidak sebagaimana orang kaya.

“Dulu Imam Syafi'i itu pengagum kemiskinan, karena kalau orang miskin itu tidak ada hisabnya,” @ribathalbusyrowy, Sabtu (20/04/2024).

Dalam perjalanan intelektualnya, tatkala beliau berguru kepada Imam Malik, maka Imam Syafi’i menanyakan perihal manusia yang memiliki level yang sama dengan gurunya itu.

Maka Imam Malik menunjukkan orang tersebut, yakni Imam Abu Hanifah. Namun saat itu Imam Abu Hanifah telah wafat dan yang masih hidup ialah muridnya yang tersohor kealimannya dan kesalehannya, yakni Muhammad bin Hasan Asy-Syaibani.

“Senangnya bukan main dengan miskin, setelah ngaji sampai Imam Malik beliau tanya: siapa orang yang selevel anda wahai Imam Malik? Jawab Imam Malilk: “ya dulu ada Imam Abu Hanifah, sekarang sudah wafat tapi ada muridnya, namanya Muhammad bin Hasan Asy-Syaibani,” kisah ulama asal Rembang ini.

Ketika Imam Syafi’i menjumpai murid Imam Abu Hanifah itu, beliau kagetnya bukan main. Pasalnya saat itu Muhammad bin Hasan Asy-Syaibani sedang menghitung emas dan uang yang jumlahnya banyak di ruang tamu.

“Setelah beliau datang Muhammad bin Hasan Asy-Syaibani, itu kalau ngitung emas itu di meja tamu, ngitung uang yang di meja tamu, banyak”

Atas kejadian yang ia jumpai, rupanya membuat hati Imam Syafi’i sangat kecewa dan sampai-sampai mengelus dadanya.

“Imam Syafi'i itu ngelus dada, orang sealim ini kok suka dunia,” kisah Gus Baha.


Fatwa Haram bagi Orang Islam yang Sanggup Kaya Memilih Miskin

Ilustrasi harga emas dunia hari ini (Foto By AI)

Menanggapi kekecewaan Imam Syafi’i itu, Muhammad bin Hasan Asy-Syaibani berkata yang diluar dugaan Imam Syafi’i. Menurut Muhammad bin Hasan Asy-Syaiban, jika orang alim dan sholeh tidak boleh kaya, maka hartanya semua akan ia berkan kepada orang-orang fasik dan jahat seperti pelacur, koruptor dan yang semisalnya.

Menanggapi hal itu, maka spontan Imam Syafi’i menolak. Pasalnya jika harta tersebut diberikan kepada orang fasik, maka tentu saja akan semakin kacau.

“Tapi apa kata Muhammad bin Hasan Asy-Syaibani, “Kalau kamu orang sholeh tidak boleh punya uang, tidak boleh kaya, ini tak kasihkan sama lonte (pelacur---pen), sama koruptor, sama tukang dugem, tukang judi,” terang Gus Baha.

“Jangan-jangan! kalau dipakai orang fasik nanti kacau, Anda saja,” sambungnya.

Atas penjelasan Muhammad bin Hasan Asy-Syaibani, Imam Syafi’i yang memiliki kecerdasan luar biasa, langsung faham dengan penjelasan tersebut.

Oleh sebab itu, Imam Syafi’i pun mengelarkan fatwa bahwa hukumnya haram jika orang Islam yang sanggup kaya malah memilih hidup miskin.

“Baru sadar dia (Imam Syafi’i) kalau yang orang soleh kere semua dan fasik kaya, berarti ada syaukatu dzalim alas sholeh,  kayak apa bahayanya, ada saltonatun fasik ala sholeh,” terangnya.

Semenjak itu Imam Syafi'i itu tuh sampai fatwa berlebihan, orang Islam yang bisa kaya kok miskin itu haram,” imbuhnya.

Penulis : Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya