Liputan6.com, Khartoum - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan bahwa sekitar 800.000 orang di sebuah kota di Sudan berada dalam ancaman yang sangat serius dan mendesak seiring dengan eskalasi kekerasan yang semakin parah. Para pejabat tinggi PBB memperingatkan Dewan Keamanan pada Jumat (19/4/2024) bahwa situasi tersebut bisa memicu konflik antarkomunitas yang berdarah di seluruh Darfur.
Satu tahun yang lalu, terjadi konflik berskala besar di Sudan antara tentara Sudan (SAF) dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter, yang mengakibatkan krisis pengungsian terbesar di dunia.
Advertisement
Rosemary DiCarlo, Kepala Urusan Politik PBB, memberitahu Dewan Keamanan yang beranggotakan 15 orang bahwa pertempuran terjadi antara Pasukan Dukungan Cepat (RSF) dan anggota Pasukan Perlindungan Gabungan yang bersekutu dengan Tentara Sudan (SAF) di sekitar El Fasher, ibu kota Darfur Utara.
"Pertempuran di El Fasher dapat memicu pertikaian antar-komunitas berdarah di seluruh Darfur," kata DiCarlo, mengulangi peringatan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada Senin.
Dilansir VOA Indonesia, Minggu (21/4), PBB mengatakan hampir 25 juta orang, setengah dari populasi Sudan, membutuhkan bantuan dan sekitar 8 juta orang telah meninggalkan rumah mereka.
"Kekerasan ini menimbulkan bahaya ekstrem dan langsung terhadap 800.000 warga sipil yang tinggal di El Fasher," kata Direktur Operasi Bantuan PBB, Edem Wosornu.
"Dan hal ini berisiko memicu kekerasan lebih lanjut di wilayah lain Darfur – di mana lebih dari 9 juta orang sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan," katanya.
Perlu Tindakan Segera untuk Mencegah Kematian
Otoritas keamanan pangan global yang didukung PBB mengatakan pada akhir bulan lalu bahwa tindakan segera diperlukan untuk "mencegah kematian yang meluas dan kehancuran total mata pencaharian serta mencegah krisis kelaparan yang parah di Sudan."
Para pemberi bantuan berkomitmen untuk menyumbangkan lebih dari USD 2 miliar kepada Sudan yang sedang dilanda perang dalam konferensi di Paris pada Senin.
Advertisement
UNICEF: 700 Ribu Anak di Sudan Alami Kekurangan Gizi
Sebelumnya, data terbaru dari Badan PBB untuk Anak-anak, UNICEF, mengungkapkan bahwa setidaknya 700 ribu anak di Sudan mengalami malnutrisi atau kekurangan gizi terburuk tahun ini, dan puluhan ribu anak bisa meninggal.
Kondisi yang semakin parah tersebut disebabkan oleh perang antara angkatan bersenjata Sudan dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter yang sudah berlangsung selama 10 bulan dan menghancurkan infrastruktur di negara itu. Hal ini memicu ancaman kelaparan yang terus meningkat dan membuat jutaan orang mengungsi di dalam dan luar negeri.
"Konsekuensi yang terjadi dalam 300 hari terakhir berarti lebih dari 700.000 anak kemungkinan besar akan menderita malnutrisi paling mematikan tahun ini," ujar juru bicara UNICEF James Elder, seperti dikutip Al Jazeera.
"UNICEF tidak akan mampu merawat lebih dari 300.000 orang tanpa peningkatan akses dan dukungan tambahan. Kalau begitu, puluhan ribu orang kemungkinan besar akan mati," tambahnya.
Anak-anak Alami Malnutrisi Akut
Elder mendefinisikan bentuk malnutrisi yang paling berbahaya adalah malnutrisi akut yang parah, yang membuat seorang anak lebih mungkin meninggal karena penyakit seperti kolera dan malaria. Dia mengatakan 3,5 juta anak diperkirakan menderita kekurangan gizi akut yang parah.
Lebih lanjut, Elder mengatakan bahwa hanya dalam satu tahun, kasus pembunuhan, kekerasan seksual, dan perekrutan anak-anak untuk berperang, meningkat hingga "500 persen".
"Itu setara dengan jumlah anak-anak yang dibunuh, diperkosa, atau direkrut dalam jumlah yang sangat besar. Dan angka-angka ini hanyalah puncak gunung es," katanya, seraya menegaskan kembali perlunya gencatan senjata dan bantuan lebih lanjut.
Advertisement