Viral di Medsos, Ini Penjelasan Badan Geologi soal Semburan Gas SO2 Gunung Ruang

Setiap erupsi gunung api pasti akan mengeluarkan gas-gas vulkanik di antaranya SO2. Konsentrasi gas tersebut memiliki konsentrasi yang bervariasi di setiap gunung api.

oleh Dikdik Ripaldi diperbarui 23 Apr 2024, 09:37 WIB
Tangkapan layar windy.com yang diakses Liputan6.com, Minggu, 21 April 2024.

Liputan6.com, Bandung - Erupsi Gunung Ruang di Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara, disebut-sebut berdampak luas ke wilayah lain di Indonesia. Di media sosial, salah satu yang jadi perhatian adalah informasi yang menyebutkan bahwa bahaya itu berupa penyebaran gas Sulfur Dioksida (SO2).

Digambarkan, secara tidak disadari, semburan gas SO2 disebut telah menyebar luas sampai ke kota-kota besar di pulau Jawa, seperti Jakarta dan Bandung. Informasi tersebut di antaranya beredar lewat akun TikTok @kera.tampan.88.

Konten tersebut diunggah 22 April 2024. Takarir unggahan itu menyebutkan, "dampak erupsi Gunung Ruang menyebabkan gas SO2 yang bahaya untuk pernafasan".

Konten tersebut berupa video tangkapan layar saat mengakses laman windy.com, sebuah platform peringatan cuaca yang di antaranya bisa menunjukkan konsentrasi SO2 di sebuah wilayah yang termonitor satelit. Konten itu menunjukkan konsentrasi SO2 di banyak wilayah menunjukkan pada level merah.

Lantas, bagaimana tanggapan Badan Geologi terkait konsentrasi SO2 ini?

 

Simak Video Pilihan Ini:


Tanggapan Badan Geologi

Penyelidik Bumi Madya dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Sofyan Primulyana menjelaskan, setiap erupsi gunung api pasti akan mengeluarkan gas-gas vulkanik di antaranya SO2.

Konsentrasi gas tersebut memiliki konsentrasi yang bervariasi di setiap gunung api, tergantung kondisi magma di bawah permukaan dan intensitas erupsinya.

"SO2 dalam konsentrasi di atas 2 ppm sebetulnya berbau tajam dan dapat menyebabkan iritasi hidung dan saluran tenggorokan, saluran pernafasan serta dapat mengiritasi mata dan selaput lendir mata," katanya secara tertulis, Minggu (21/4/2024).

Namun demikian, kata Sofyan, SO2 yang dierupsikan oleh suatu gunung api biasanya akan terencerkan oleh udara atmosfer, sebagian akan teradsorpsi oleh abu dan sebagian lagi akan beraksi dengan uap air di atmosfer membentuk droplet atau tetes air yang bersifat asam.

"Sebagian lagi kalau menembus lapisan yang lebih jauh lagi, menurut para ahli klimatologi yang saya baca, dapat menimbulkan efek rumah kaca," katanya.


Update Kondisi Gunung Ruang

Badan Geologi kembali menyampaikan perkembangan kondisi Gunung Ruang di Sitaro, Sulawesi Utara, per tanggal 21 April 2024. Dari hasil pemantauan visual pukul 12.00 WITA, tidak teramati adanya erupsi. Hal ini dinilai menunjukkan adanya penurunan aktivitas erupsi di gunung api tersebut.

Meski demikian, Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Muhammad Wafid, menyampaikan, asap kawah utama berwarna putih masih teramati. Intensitasnya tebal dengan tinggi maksimal 200 meter dari puncak.

"Tidak teramati adanya erupsi. Hal ini menunjukkan adanya penurunan aktivitas erupsi di Gunung Ruang," katanya lewat laporan tertulis.

Sementara, hasil pemantauan kegempaan tanggal 21 April 2024 periode 00.00-12.00 WITA, tercatat 25 kali gempa Vulkanik Dangkal dan 19 kali gempa Vulkanik Dalam.

Berdasarkan hasil pemantauan tersebut, Badan Geologi belum menurunkan status Gunung Ruang, hingga kini masih berada pada Level IV (awas). Walaupun terjadi penurunan aktivitas erupsi, Badan Geologi menegaskan masih ada potensi erupsi eksplosif yang mungkin terjadi.

"Potensi bahaya yang mungkin terjadi adalah erupsi eksplosif menghasilkan lontaran batu (pijar) ke segala arah yang bisa diikuti dengan awan panas maupun erupsi efusif (aliran lava)," katanya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya