Mantan Napi Teroris Dukung Penuntasan Masalah Terorisme di Sulawesi Tengah

Mantan narapidana kasus terorisme, Arifuddin Lako, mendukung upaya pemerintah melalui lembaga negara seperti Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Kepolisian RI (Polri) dalam menuntaskan masalah radikalisme terorisme di Sulawesi Tengah.

oleh Tim Regional diperbarui 21 Apr 2024, 18:53 WIB
Densus 88 Antiteror Mabes Polri menggeledah rumah mertua terduga teroris Bekasi, di Ledoksari RT 8 RW 10 Pajang, Laweyan, Solo. (Fajar Abrori/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta Mantan narapidana kasus terorisme, Arifuddin Lako, mendukung upaya pemerintah melalui lembaga negara seperti Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Kepolisian RI (Polri) dalam menuntaskan masalah radikalisme terorisme di Sulawesi Tengah.

Dikatakan Arifuddin, Pemerintah tetap harus selalu proaktif. Tidak bisa Sulawesi Tengah dilihat aman-aman saja.

"Yang kita lihat sekarang, ternyata ada lagi yang terlibat terorisme," katanya, Minggu (21/4/2024).

Menurut Arifuddin, sejauh ini pencegahan yang dilakukan BNPT dan penindakan Densus 88 AT Polri untuk mengatasi masalah terorisme di Sulawesi Tengah sudah cukup banyak.

Namun menurutnya, perlu keterlibatan lebih banyak pihak agar pencegahan penyebaran ideologi radikal dapat berjalan lebih efektif.

"Tapi tetap perlu keterlibatan banyak pihak agar upaya pencegahan tersebut bisa benar-benar efektif," ujar mantan anggota kelompok teroris Jamaah Islamiyah (JI) di Poso, Sulawesi Tengah, itu.

 


Penangkapan 7 Terduga Teroris

Tangan terduga teroris diborgol saat digiring anggota Densus 88 Antiteror setibanya di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Kamis (18/3/2021). Polri memindahkan 22 terduga teroris jaringan kelompok Jamaah Islamiyah (JI) dari Jawa Timur ke Jakarta. (merdeka.com/Imam Buhori)

Pernyataan Arifuddin itu mengomentari penangkapan 7 orang yang diduga anggota kelompok teroris Jamaah Islamiyah di Sulawesi Tengah pada Selasa, 16 April 2024.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 4 orang merupakan warga Kota Palu, 2 orang warga Kabupaten Sigi, dan 1 orang warga Kabupaten Poso.

Arifuddin menganggap penangkapan itu menjadi bukti bahwa kelompok teroris Jamaah Islamiyah masih eksis di wilayah Sulawesi Tengah.

Dia berharap ada pengecekan lebih lanjut terhadap identitas mereka yang ditangkap untuk mengetahui sejauh mana perkembangan kelompok itu.

"Kalau yang ditangkap adalah nama-nama baru, berarti kelompok tersebut melakukan perekrutan lagi. Ini yang harus diwaspadai," ucapnya.


Tetap Waspada

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Mohammed Rycko Amelza Dahniel menegaskan bahwa kehadiran Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) menjadi sangat penting. (Ist)

Kepala BNPT, Mohammed Rycko Amelza Dahniel, meminta semua pihak tetap waspada terhadap perkembangan terorisme di Indonesia.

Sebab, menurutnya, bisa saja yang terlihat hanya merupakan fenomena di atas permukaan dalam sebuah teori gunung es, atau yang dikira masalahnya sudah selesai, tapi ternyata masih banyak faktor yang bisa melatarbelakangi munculnya terorisme.

Menurut Rycko, selain fenomena yang muncul di permukaan seperti serangan teroris, ada fenomena lain di bawah permukaan, yakni terjadi peningkatan konsolidasi dan proses radikalisasi dengan 3 indikator.

Indikator pertama, penguatan sel terorisme yang diperlihatkan dengan semakin banyaknya pelaku yang ditangkap serta penyitaan senjata, amunisi, dan bahan peledak. Kedua, peningkatan pengumpulan dana teroris.

"Ketiga, terjadi peningkatan proses radikalisasi dengan sasaran tiga kelompok rentan, yakni perempuan, anak-anak, dan remaja," Rycko menandaskan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya