Kisah Bocah Perempuan yang Miliki Karomah Melebihi Abu Yazid Al-Busthami, Ini Amalannya

Abu Yazid al-Busthami merupakan ulama berkebangsaan Persia yang lahir pada tahun 804 M/ 188 H juga dikenal karena ilmu dan karomahnya

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Apr 2024, 10:30 WIB
sumber : wikimedia.com

Liputan6.com, Cilacap - Terdapat kisah unik perihal bocah perempuan yang memiliki karomah melebihi karomah seorang sufi dan ulama besar di zamannya, yakni Abu Yazid al-Busthami.

Abu Yazid al-Busthami merupakan ulama berkebangsaan Persia yang lahir pada tahun 804 M/ 188 H. Nama kecilnya ialah Tayfur. Sedangkan nama lengkapnya ialah Abu Yazid Tayfur ibn Isa ibn Surusyan al-Busthami.

Adapun karomah Abu Yazid sebagaimana disebutkan oleh Fariduddin al-Athar di antaranya yaitu semenjak masih bayi tatkala mulut beliau dimasuki makanan yang belum jelas halal haramnya (syubhat), beliau selalu menolak dengan cara meronta hingga menangis sampai tidak mau diam sampai makanan itu dikeluarkan.

Beliau belajar Al-Qur’an semenjak masih kecil. Beliau selalu melayani keperluan ibunya untuk kemudian berkelana selama 30 tahun untuk mendalami ilmu agama. Berdasarkan riwayat, tak kurang dari 113 guru spiritual yang beliau temui.

 

Simak Video Pilihan Ini:


Abu Yazid Al-Busthami Kehausan

sumber : famousscientists.org

Menukil Islami.co, suatu ketika Abu Yazid al-Busthami berhenti di sebuah sumur yang tampak sudah lama tak dipakai. Sumur itu persis hanya berupa sumur, tanpa ada tali ataupun timba yang digunakan untuk mengayuh air di dalamnya. Ia begitu haus. Dilihatnya sekeliling sumur tersebut. Tak satupun ia lihat sesuatu yang bisa ia gunakan untuk mengambil air. Sedangkan air yang ada di dasar sumur begitu dalam. 

Tak lama kemudian datang gerombolan anak-anak perempuan yang sedang bergerombol. Mereka sepertinya juga sedang haus usai bermain. Abu Yazid al-Busthami hanya mengamati dari kejauhan. “Percuma dek, airnya sangat dalam” gumamnya dalam hati.


Air Sumur Tiba-tiba Naik ke Atas

Ilustrasi Sumur/https://unsplash.com/Call Me Fred

Tapi, justru tak lama kemudian. Setelah mereka diam sebentar di depan sumur. Air yang ada di dalam sumur tersebut tiba-tiba naik dan luber di permukaan sumurnya. Anak Anak pun dengan mudah meminum air sumur, tanpa perlu bersusah payah mengambil timba. 

Abu Yazid Busthomi hanya melihat kejadian itu dengan penuh keheranan. Bagaimana bisa anak-anak yang begitu polos bisa menaikkan air sumur dalam sekejap mata. Abu Yazid al-Busthami yang dikenal sebagai sufi dan wali besar kala itu pun masih kebingungan.

Ia pun beranjak mendekati anak-anak tersebut. “Apa yang kalian baca tadi, kok airnya tiba-tiba naik?” 

“Kami tadi hanya bertawasul, Wahai Sumur, naiklah air dengan keberkahan Syekh Abu Yazid al-Busthomi” Anak-anak tersebut kompak menjawab dengan lugu.


Abu Yazid al-Busthami Kaget

Ilustrasi sumur kayu. (iStockphoto)

Mendengar itu, Abu Yazid spontan kaget. “Lah, aku ini Abu Yazid yang kalian tawasuli. Tapi tadi ketika aku disini, airnya sama sekali tidak mau naik ke atas”. Anak-anak tersebut kemudian menjawabnya:

طاعة البئر لنا إنما هي بصدق اعتقادنا فيك الصلاح , وأنت لا يصح لك ان تعتقد فى نفسك انك صالح 

“Dikabulkannya doa berupa naiknya air sumur kepada kami, tak lain merupakan buah dari teguhnya keyakinan kami bahwa anda merupakan wali yang mempunyai banyak kebaikan, sedangkan engkau tak boleh meyakini bahwa diri anda sendiri merupakan orang shalih”

Demikian, memang ketika hendak berdoa dan bertawasul, seseorang seharusnya sudah dalam keyakinan yang teguh. Juga harus senantiasa berhusnudzon bahwa Allah akan mengabulkan doa-doanya. 

Dari cerita tersebut juga sekaligus memberikan penegasan bahwa praktik tawasul memang legal dan sudah banyak terbukti, namun disisi lain kita juga harus tetap mempunyai keyakinan apapun yang terjadi semuanya atas kehendak Allah Swt, semua usaha dan  campur tangan makhluk tidak lain hanyalah perantara.

Penulis : Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya