Liputan6.com, Jakarta - Situasi di Gaza yang masih terus digempur pasukan Israel semakin memprihatinkan. Mereka yang mengungsi pun mengalami banyak kesulitan terutama karena kekurangan makanan.
Belum lama ini viral di media sosial yang menampilkan kondisi para warga Palestina yang rela mengantre panjang hanya untuk mendapatkan roti di sebuah pabrik sekaligus toko roti yang baru saja kembali beroperasi di Kota Gaza.
Advertisement
Dalam unggahan di akun Instagram @tawaftv pada Jumat, 19 April 2024 iterlihat ratusan warga Gaza menyerbu toko roti. Pabrik roti tersebut kembali buka setelah pasokan segar tiba di daerah yang diblokade ketat dan mengalami kekurangan selama berbulan-bulan.
Mengutip laman Money Control, Minggu, 21 April 2024, pabrik milik ‘Kamel Ajour Bakery’ adalah salah satu toko roti yang kini kembali buka di Gaza, setelah mendapatkan pasokan bahan bakar dan tepung dari Program Pangan Dunia (WFP).
Warga sekitar mengaku merasa lega dengan dibukanya kembali toko roti tersebut. Mereka rela antre dan menunggu berjam-jam di jalan-jalan kota terbesar di Gaza pada minggu lalu. Ada juga sejumlah anak-anak berdiri dengan sabar dalam antrean di samping para pemuda dan orang tua.
"Ketika Israel melarang kami mendapatkan tepung, kami mulai makan jagung dan jelai, sampai pada titik di mana kami harus makan pakan ternak,” ungkap Wissam Dawad kepada AFP sambil berdiri di antrean. "Kami sekarang lebih senang tapi sumpah kami sangat lelah mengantre," sambungnya.
Pengiriman Bahan Baku Roti
PBB telah memperingatkan bahwa perang dan pengepungan di Gaza telah menyebabkan "bencana kelaparan tingkat tertinggi di dunia". Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berjanji untuk terus melanjutkan perang meskipun dapat banyak tentangan.
WFP pada Minggu 14 April 2024 sempat mengatakan, bahwa toko roti tidak dapat beroperasi selama beberapa bulan karena konflik dan kurangnya akses. Mereka lalu mengumumkan telah mengirimkan bahan bakar ke toko roti di Gaza untuk mulai memproduksi roti kembali.
Warga Gaza, Khaled al-Ghoula, mengatakan bahwa dia "menunggu selama enam jam untuk mendapatkan sepotong roti". "Ini perjuangan yang sangat sulit. Ini tidak adil,” ujarnya.
Jumlah yang tersedia jelas tidak mencukupi,” kata warga lainnya. Sebelumnya pada Januari 2024, warga Palestina di Gaza terpaksa mengonsumsi roti berbahan pakan ternak di tengah kelangkaan makanan yang disebabkan pemboman bertubi-tubi Israel.
PBB sebelumnya telah melaporkan kelaparan di wilayah kantong itu karena Israel terus menghalangi bantuan kemanusiaan memasuki Jalur Gaza, lapor Middle East Eye, Kamis, 25 Januari 2024.
Advertisement
Kelaparan di Gaza Utara
Di video yang dibagikan publikasi itu, seorang pria yang tidak disebutkan namanya mengatakan bahwa ada "kelaparan yang sesungguhnya" di Gaza utara. "Saya bersumpah orang-orang menertawakan saat kami mengatakan mulai membuat roti dari pakan hewan," katanya.
Sambil memperlihatkan selembar roti bulat tipis, ia berkata, "Kalian pikir (roti) ini terbuat dari gandum? Tidak, ini terbuat dari jelar, jagung, dan pakan hewan."Anak-anak di Gaza juga "sekarat dalam segala hal," Tanya Haj-Hassan, seorang dokter di Doctors Without Borders memperingatkan.
"Sekitar tiga bulan setelah perang di Ukraina, PBB menyatakan bahwa kehidupan anak-anak telah mengalami kehancuran yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak Perang Dunia II," sebutnya pada Al Jazeera.
Ia menyambung, "Saat itu, rata-rata dua anak terbunuh setiap hari. Tapi, anak-anak yang terbunuh per hari di Gaza mencapai lebih dari 100 anak."
Pada Desember 2023, Human Rights Watch (HRW) menuduh Israel menggunakan kelaparan sebagai senjata perang di Gaza. Organisasi non-profit internasional itu mengatakan dalam sebuah pernyataan, 18 Desember 2023, dikutip dari Al Jazeera, 19 Desember 2023, bahwa Israel sengaja merampas akses warga Palestina terhadap makanan, air, dan kebutuhan dasar lain.
Rasa Lapar Termasuk Kejahatan Perang
Penggunaan rasa lapar terhadap penduduk sipil adalah kejahatan perang, kata HRW, dan menyerukan para pemimpin dunia bertindak. Keterangan LSM itu juga mengutip pernyataan dari para pejabat Israel, wawancara dengan para penyintas, dan laporan dari organisasi bantuan kemanusiaan.
HRW juga menyertakan "bukti citra satelit" yang menunjukkan bahwa Israel terlibat dalam "penggunaan kebijakan yang sengaja merampas sumber daya yang diperlukan warga Palestina untuk kehidupan sehari-hari." "Selama lebih dari dua bulan, Israel telah merampas makanan dan air bagi penduduk Gaza," kata direktur HRW Israel dan Palestina, Omar Shakir.
Ia menyebut bahwa itu merupakan kebijakan yang didorong atau didukung pejabat tinggi Israel dan mencerminkan niat membuat warga sipil kelaparan sebagai metode peperangan. "Para pemimpin dunia harus bersuara melawan kejahatan perang yang menjijikkan ini, yang berdampak buruk pada penduduk Gaza," lanjutnya.
Sejak awal serangan pada Oktober 2023, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant menyatakan bahwa Israel "mengepung Gaza sepenuhnya ... Tidak ada listrik, tidak ada makanan, tidak ada air, tidak ada gas, semuanya tertutup," membenarkan tindakan tersebut dengan menggambarkan orang-orang Palestina sebagai "orang-orang yang kejam."
Advertisement