Liputan6.com, Jakarta - Fenomena hujan meteor Lyrids puncaknya diprediksi akan terjadi pada tanggal 22 hingga 23 April 2024. Menurut data dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), di Indonesia akan berlangsung pada tanggal 22 April 2024 dan bisa diamati setelah rasi Lyra yang jadi arah datangnya.
Dikutip dari laman BRIN pada Senin (22/04/2024) hujan meteor Lyrid adalah hujan meteor yang berasal dari debu ekor komet Thatcher C/1861 G1. Setiap tahun, hujan meteor Lyrid berlangsung pada bulan April dan bisa diamati setelah rasi Lyra yang jadi arah datangnya.
Saat terjadi hujan meteor Lyrid, bulan cembung besar tampak sepanjang malam. Waktu terbaik untuk mengamati fenomena hujan meteor Lyrid adalah mulai tengah malam ketika arah datang Lyrid sudah cukup tinggi sekitar 30º di atas horison.
Baca Juga
Advertisement
Intensitas maksimum pengamatan hujan meteor ini adalah mencapai 18 meteor per jam yang bergerak dengan kecepatan 49 km per detik.
Komet Thatcher C/1861 G1 sempat melintas di orbit bumi sekitar 1,5 abad yang lalu. Melansir laman Space pada Senin (22/04/2024), berikut fakta menarik hujan meteor Lyrid.
1. Ditemukan A. E. Thatcher pada 1861
Komet Thatcher ditemukan pada 1861 oleh seorang ilmuwan bernama A. E. Thatcher. Nama lain dari komet ini adalah C/1861 G1.
Thatcher ditemukan ketika ia berada pada titik perihelion atau jarak terdekatnya dengan matahari. Diketahui, NASA belum mengklasifikasikan Thatcher sebagai objek astronomi yang berbahaya lantaran orbitnya tidak begitu dekat dengan bumi.
Untuk saat ini, komet Thatcher sedang berada di suatu tempat yang sangat jauh. Ilmuwan memperkirakan C/1861 G1 akan kembali lagi pada tahun 2283.
Perlu Waktu 415 Tahun
2. Perlu Waktu 415 Tahun untuk Dekat dengan Matahari
Thatcher merupakan komet periode panjang, yaitu komet yang membutuhkan waktu lebih dari 200 tahun untuk menyelesaikan satu kali orbitnya pada matahari. Sejak ditemukan pada 1861, hingga saat ini Thatcher belum terlihat lagi.
Melansir dari NASA, Senin (22/04/2024), benda langit tersebut membutuhkan waktu sekitar 415 tahun untuk menyelesaikan orbitnya terhadap matahari. Saat ini C/1861 G1 masih berkelana ke tempat yang sangat jauh di luar angkasa.
Ia akan mencapai di titik terjauhnya dari matahari pada 2070. Komet Thatcher diperkirakan kembali pada 2283.
3. Sepihannya Jatuh Sebagai Hujan Meteor
Saat berkelana mengitari matahari, Thatcher meninggalkan debu atau serpihan pada lintasan yang dilewatinya. Ketika bumi mencapai lintasan yang penuh dengan serpihan komet Thatcher, maka terjadilah hujan meteor Lyrid.
Fenomena astronomi itu terjadi lantaran serpihan komet C/1861 G1 tertarik oleh gravitasi bumi. Saat memasuki bumi, puing-puing komet Thatcher akan terbakar lantaran bergesekan dengan atmosfer.
Gesekan itulah yang menyebabkan meteor yang turun ke bumi terlihat berkilau atau bak bola api yang menyala. Meski begitu, meteor yang jatuh ke bumi tersebut tidaklah berbahaya.
4. Cara Melihat Hujan Meteor Lyrid
Hujan meteor terjadi ketika objek langit meteoroid terbakar saat memasuki atmosfer bumi. Objek tersebut dapat berasal dari sisa komet atau asteroid yang yang juga mengorbit matahari.
Untuk berburu hujan meteor, perlu diperhatikan iluminasi bulan, puncak kejadian, serta rasi bintang di dekat radian. Dijelaskan bahwa untuk mengamati hujan meteor dapat dilakukan dengan cara kita mencari tempat yang gelap dan berpandangan luas (tidak ada bangunan tinggi) bisa pegunungan atau pantai.
Jika bisa berdiri di bawah radian di belahan manapun maka hujan meteor dapat terlihat lebih banyak.
(Tifani)
Advertisement